R: “Ani, tadinya kukira kau seorang gadis yang lain di 
kampung ini! Tadinya kukira kau sebuah pribadi! Tapi rupanya kau tidak 
lebih daripada gambaran seorang gadis kampung yang mudah didapat di 
sembarangan jalan! Kau perempuan yang lemah! Perempuan yang tidak bisa 
menentukan sikapnya sendiri! Tentunya kau tahu bukan?! Bahwa apa yang 
kucapai selama ini adalah demi kau, Ani. Demi kita berdua. Tapi semua 
ini kau khianati! Kau hancurkan!” 
A: “Tapi Rhoma! Semua ini kulakukan karena…”  
R: “Karena kau tidak menyintai aku lagi?!” 
A: “Bukan begitu Rhoma!” 
R: “Atau memang dengan sengaja kau hendak membuat aku menderita?" 
A: “Tidak, Rhoma!” 
R: “Cukup Ani!” 
A: *nangis* “Rhoma!” 
R: “Tak perlu kau kemukakan 1001 macam alasan. Rupanya dibalik 
kecantikan dan kelembutan wajahmu yang selama ini kukagumi tersimpan 
sifat tercela! Kau tidak setia! Pantas kau tidak pernah membalas 
surat-suratku!” 
A: *nangis* “Tidak! Kau sendiri yang tidak pernah membalas surat-suratku!” 
R: “Bohong! Kau yang tidak pernah membalas surat-suratku!” 
A: “Kau!” 
R: “Kau! Buktinya kau telah melupakan diriku!” 
A: “Rhoma! Kau boleh menyalahkan aku! Tapi aku dapat membuktikan 
ketidaksetiaanmu! Setelah kau menjadi penyanyi ternama, kau lupa Rhoma! 
Kau terlena dalam pelukan Santi!”
R: “Santi?” 
A: “Ya! Dan aku sendiri dapat melihat dengan mata kepalaku sendiri! Malam itu di studio!” 
R: “Apa? Semudah itu kau menuduhku?! *hening* Ya, sekarang 
aku baru ingat. Pada malam itu, ketika kau melihat adegan itu, rupanya 
kau telah membuat perkiraan-perkiraan sendiri yang salah! Dan kemudian 
kau pulang untuk memutuskan kawin dengan orang lain! Padahal, padahal 
kalau kau tahu Ani. Justru pada malam itu aku sedang gelisah 
memikirkanmu! Karena aku gelisah aku jadi marah-marah sama Santi! Karena
 aku marah-marah, Santi jadi merajuk. Dan terpaksa aku harus membujuknya
 agar dia mau rekaman!” 
A: *mendesah* 
R: “Itu yang menjadi alasanmu?!” 
A: “Cu..kup! Rhoma!” *mendesah* “Tapi…” 
R: “Tapi apa lagi? Rupanya ingin sekali kau agar aku dapat 
menyaksikan bagaimana bahagianya kau bersanding dengan laki-laki 
pilihanmu sang insinyur itu?! Dan rupanya ingin sekali kau 
mencabik-cabik hatiku di hadapan orang banyak?! Bukankah untuk itu kau 
kirimkan undangan ini kepadaku?!” 
A: *nangis* “Rhoma!” 
R: “Baik Ani, kalau memang itu kehendakmu, aku pasti datang dalam 
pesta perkawinanmu nanti. Walaupun dengan segala kehancuran hati! 
Selamat!” *lempar undangan* 
A: *kejer* “RHOMAAA!” *mendesah*
-TAMAT-
source :  http://indyamitha.wordpress.com/tag/transkrip-dialog-rhoma-ani/
 
4 komentar:
Tidak Rhoma,hehe
ane sangat suka filmnya bang haji ini.
posting terus bro!
patut diajukan jempol bang haji,filmnya bagus2 sekali,saya suka sekali nonton film2ny bang haji Rhoma Irama jempol dah
bagus dan inspiratif
Kerennnn bang haji
Posting Komentar