PENDAHULUAN
Oleh Pir Vilayat Inayat Khan
Bagi sufi, pikiran adalah suatu dunia tersendiri: suatu
istana pantulan cermin secara mutual, yang di dalamnya imaginasi muncul secara
kreatif dari pikiran ilahian—atau kadang-kadang mengalir tanpa arah.
Mebentukkan alam kreatif, di mana segala sesuatu yang berpikir memiliki
keberadaan mempunyai hukum-hukumnya sendiri, berkebalikan dari alam raya fisik.
Di sini memori-memori terikat kuat dengan memori-memori, bergerak keluar dari
tepi-waktu mereka ke dalam keadaan tanpa-waktu. Disini penemuan-penemuan
mencapai utilitas mereka dan gagasan-gagasan bertautan dan perkawinan silang,
mengukuhkan diri mereka menjadi tak dikenal (anonymous).
Seperti sufi pendahulunya, Hazrat Inayat Khan melihat
tangan ketuhanan dalam setiap kejadian dan setiap pikiran. Dibalik apa yang
kita pikirkan terdapat pemikiran tersendiri, pemikiran planet: kesadaran
keplanetan (planetary), mebentukkan perluasan akal. Karena apa yang kita
yakini adalah tatanan cermin-cermin tak berbatas, memantulkan yang Satu dalam
banyak bentuk kenekaan. Sesungguhnya, kreativitas mengucurkan pemikiran
ketuhanan. Adalah ketaksucian cermin yang dihilangkan, menyebabkan dunia maya,
imajinasi bergerak liar (run amok). Kita mengenal disini dunia khayal;
tak bertepi, phantasmaguria, kesesatan diri, dengan resultannya adalah
penderitaan. Satu-satunya jawaban adalah membersihkan cermin itu. Hazrat Inayat
Khan menyingkap di halaman-halaman ini apa tingkatan-tingkatan Katarsis (Catharsis)
bagi peziarah, dan dia menunjukkan bagaimana penerimaan para pengembara (travellers)
pada jalan adalah kepada sugesti (khususnya terhadap bahaya dari sugesti
mandiri negatif).
Jika kesadaran dicerlangkan lagi, akal menjadi kristal
bening, dan seseorang mulai mengembangkan kekuatan terbesar dari persepsi,
ketajaman, intuisi, bahkan ilham. Mimpi dan visi seseorang menjadi tersingkap.
Seseorang melihat penyebab dibalik penyebab dan tujuan di tapal (beyond)
tujuan dari semua situasi alih-alih menjadi terobsesi oleh penampakan luarnya.
Dia yang membuka makna-makna mencapai tujuan hidupnya.
Hanya kepada akal individual dangkal individual yang mampu merasakan kata tak
mungkin; terhadap kesadaran Tuhan, satu-satunya yang dapat diterima adalah
semua-kemungkinan.
Dimensi Spiritual Psikologi
Catatan Editor
Kompilasi ajaran-ajaran psikologi Hazrat Inayat Khan ini
dibuat dari transkrip-transkrip kuliah [yang] guru besar sufi [ini] berikan
selama tahun 1910-an s/d 1920-an. Beberapa dari bahan ini sebelumnya telah
diterbitkan, tersebar [pada] semua jilid seri “pesan sufi” (sufi message);
sebagian besar darinya, termasuk makalah terbanyak di Bagian Empat, pada
kekuatan fisik dan visi lebih tinggi, yang tidak pernah sebelumnya diumumkan.
Karena Dimensi Spiritual Psikologi terdiri dari
kuliah-kuliah tersendiri kadang-kadang terdapat bahan subjek tumpang-tindih
dari satu bab terhadap yang lain, dan pembaca perlu menggunakan indeks.
Sejumlah paragraf telah dihapus dan
urutan paragraf yang lain agak dimodifikasi untuk melengkapi aliran
gagasan-gagasan dan untuk menghilangkan pengulangan sedapat mungkin.
Psikologi adalah bidang yang sangat luas, dan dalam
pemahaman terluasnya—sifat alamiah dan kesempurnaan manusia—dasar terkuat dari
karya Hazrat Inayat Khan.
Saya hendak menyampaikan rasa terima kasihku
sedalam-dalamnya kepada Pir Vilayat Inayat Khan dan kepada Sajjada dan Sikandar
Kopelman atas inspirasi dan pengarahan mereka dalam penyiapan buku ini. Juga
terima kasih [ku] kepada Zahira Rabinowits dan kepada syarif dan Farida Graham
atas bantuan tulus mereka pada pemeriksaan dan pengindeksan.
Anka Laura de la Torre Bueno
Bagian Satu
Psikologi: Sains Akal
Bab Satu
Psikologi,
Sains, dan Esoterisme
Pada masa ketika sains dan psikologi menjadi pemahaman
yang pasti, pengetahuan akan menjadi lengkap. Tetapi jika saya menggunakan kata
psikologi, saya tak memaksudkannya dalam pengertian yang umumnya dipahami,
karena psikologi diketahui sebagai filsafat baru dalam kondisi primitif. Apa
yang saya maksud dengan psikologi adalah titik-pandang dari pemikir ; cara
sang bijak memandang pada kehidupan ; tabiat perenung ;
gagasan-gagasan dari orang-orang yang mengetahui sepenuhnya kehidupan.
Psikologi adalah ilmu tentang sifat manusia, kecenderungan manusia, peningkatan
(inclinatin) manusia, dan titik pandang manusia. Semakin dalam seseorang
menyentuh ilmu ini, semakin ia meneranginya, membuat kehidupan lebih jelas
terhadap visinya. Psikologi-lah yang menjembati ilmu material dan esoterisme.
Pertama-tama saya harus menyebutkan bahwa istilah-istilah
materi (matter) dan ruh (spirit) untuk kemudahan kita; sepanjang
kita mencerap kehidupan sebagai suatu yang dapat diraba, kita sebut materi; dan
apa yang tak dapat diraba sebagai suatu substansi tetapi hanya dapat dirasakan
kita sebut ruh. Pengetahuan tentang (hal) ini disebut psikologi ; dan
esoterisme yaitu pengetahuan yang diperoleh tidak melalui pencerapan bukan
[pula] melalui kesanggupan-meraba (tangibility) substansi, tetapi
melalui pengilhaman. Sehingga kita dapat membagi perbedaan ketiga aspek-aspek
ilmu ke dalam ilmu, psikologi, dan esoterisme. Ilmu tak akan lengkap tanpa
psikologi begitupun psikologi tak akan lengkap tanpa esoterisme. Ketiga inilah
yang membuat pengetahuan lengkap, dan dengan inilah yang seseorang dapat
berharap mengerti kehidupan sepenuhnya.
Terdapat bidang pengetahuan luas dalam alam psikologi.
Pengetahuan imaginasi dan yang serupa kembali kepada pikiran ; pengetahuan
perasaan dan yang serupa kembali kepada emosi ; pengetahuan gairah dan
yang serupa kembali kepada ungkapan (expression) ; pengetahuan
ransangan (impluse) dan supresi ; pengetahuan atraksi dan
pengetahuan efek kebalikannya ; pengetahuan simpati dan antipati, asal dan
sumber mereka semua ini termasuk psikologi. Psikologi adalah pengetahuan
tentang benda-benda yang dapat diraba, meskipun bukan benda-benda padat yang
seseorang dapat menyentuh. Itulah sebabnya lebih sukar menerangkan hukum-hukum
psikologi dalam kata-kata daripada menerangkan hukum-hukum ilmu material.
Persepsi harus dikembangkan dan pemahanan kepada
kehidupan yang didapatkan agar dapat lebih mengerti psikologi. Itu merupakan
pengertian tentang sebab dan akibat segala sesuatu, dalam setiap aksi, dalam
setiap aspek kehidupan. Psikologi adalah jenjang menuju esoterisme karena sikap
psikologislah yang mengarahkan seseorang kepada pengetahuan esoterik. Jika
seorang tidak mampu melihat kebenaran esoterisme atau mistisisme, itu karena
dia terbelakang dalam psikologi. Jika dia tidak mampu melihat hukum
tersembunyi, dia tidak akan mampu melihat cinta tersembunyi yang diserukan
dalam kitab-kitab suci (scripture) Tuhan. Itulah sebabnya esoterisme
suatu proses sangat berkebalikan terhadap proses dengan mana ilmu dipelajari,
karena ilmu dipelajari melalui analisis, sementara esoterisme didapatkan
melalui sintesis. Jika seseorang ingin mendapatkan pengetahuan esoterik
pecahkan hal-hal ke dalam (bentuk) sekecil-kecilnya, dia sedang
menganalisisnya, dan sepanjang dia menganalisisnya dia tidak akan pernah sampai
kepada pengertian esoterisme.
Psikologi membutuhkan dua hal : analisis dan
sintesis. Dengan lebih mengerti psikologi, akan terbiasa mensintesis
sebagaimana menganlisis, seseorang menyiapkan diri mensintesis hanya agar dapat
mengerti esoterisme sepenuhnya. Itulah sebabnya menuntut pengetahuan esoteris
amat berbeda dari menuntut pengetahuan ilmiah. Seperti satu menuju ke Utara
yang lain ke Selatan. Sehingga orang-orang kuno membuat pengetahuan ilmiah,
psikologi, dan esoterisme [menjadi] satu pengetahuan, dan mereka menyebutnya
alkemi. Sangat mudah menerangkannya kepada awam (simpleton) sebagai
suatu proses mengubah baja menjadi emas. Banyak orang mencari emas dalam
kehidupan pengeri mengejar alkemi ; dan beberapa, yang sampai kepada
tujuan, alih-alih mendapatkan, menjadi emas.
Ada satu cerita di Timur yang menerangkan gagasan-gagasan
ini dalam cara yang menarik. Seorang Raja sulit mendapatkan seseorang yang
benar-benar mengetahui alkemi. Sudah banyak yang datang, tetapi dalam ujian
didapati bahwa mereka tidak dapat membuat emas. Akhirnya seseorang memberitahu
Raja, “Ada satu desa yang seseorang hidup sederhana sangat bersahaja; tetapi
mereka mengatakan bahwa dia mempunyai pengetahuan alkemi. Raja mengutus
kepadanya dengan segera, dan ketika dia dibawah kehadapan baginda, raja
mengutarakan keinginannya mempelajari alkemi dan memberitahunya bahwa dia akan diberi
apapun yang dimintanya. “Tidak”, “ kata orang itu, “Setiap orang memberitahuku
bahwa Anda orang yang mengetahui.” “Tidak, Raja,” dia menjawab, “Padaku telah
menemukan orang yang salah.” “Lihat disini,” kata seorang Raja, “saya akan
memenjarakanmu seumur hidup.” Dia menjawab,” Apapun yang paduka hendak lakukan,
lakukanlah. Anda telah salah mendapatkan orang yang paduka inginkan” Baiklah,”
berkata Sang Raja, “Saya akan memberimu enam minggu untuk berpikir tentang hal
itu, dan sementara itu Anda dipenjara. Pada akhir keenam minggu saya akan
menghukum mati Anda.”
Dia dimasukkan kedalam penjara, dan setiap pagi sang raja
datang ke penjara dan bertanya, “Apakah sekarang Anda telah berubah pikiran?
Bisakah Anda mengajariku? Sekarang kematian mendekat, berhati-hatilah. Berikan
pengetahuan itu kepadaku.” Dia berkata, “Tidak, Raja, pergilah kepada orang
lain, yang mempunyai apa yang paduka inginkan; saya bukanlah orang yang paduka
cari.”
Dan setiap malam sang raja pergi ke penjara sebagai
pelayan dan menyapu lantai dan membersihkan debu ruangannya. Dia mengantarkan
makanan kepadanya, bersimpati dengannya, dan melakukan segala hal yang dia
mampu untuknya, selayaknya pelayan. Dia biasa bertanya, “Apakah Anda sakit
kepala? Dapatkah saya melakukan sesuatu untukmu? Apakah anda letih? Dapatkan
saya membereskan tempat tidur untukmu agar Anda berbaring? Bolehkah saya
mengipasi anda [sampai] anda tertidur? [udaranya] panas. [Udaranya] hangat!
“Segala sesuatu yang orang tersebut mampu melakukan dia melakukan pada saat itu.
Dan demikianlah hari-hari berlalu, dan tinggal satu hari
sebelum kepala orang tersebut dipenggal. Raja mengunjunginya dipagi hari dan
memberitahu dia, “Sekarang Anda tahu tinggal sehari lagi sebelum kematianmu.
Inilah kesempatan terakhir bagimu untuk menyelamatkan nyawamu.” Dia berkata,
”Tidak, Raja, paduka mencari orang yang lain, bukan saya.” Tetapi pada malam
itu, ketika pelayan datang, sambil meletakkan tangannya pada bahunya dia
berkata, “Orang malang, pelayan malang, Anda sungguh simpatik saya membisikkan
di telingamu kata-kata alkemi, dan alkemi itu akan mengubahimu dari baja
menjadi emas.” Pelayan berkata, “Saya tidak tahu apa yang anda katakan,
“Alkemi! Saya hanya tahu bagaimana melayani anda, san saya sungguh menyesal
bahwa besok anda akan dipancung. Itulah hal yang mengoyak hatiku. Saya berharap
bahwa saya bisa memberikan jiwaku untuk menyelamatkanmu. Sungguh saya sangat
bersyukur. Si alkemis berkata, “Lebih baik saya mati daripada memberikan alkemi
kepada orang yang tak berguna. Hal yang sama baru saja saya berikan kepada Anda
berupa [lit: dalam] simpati berupa [lit: dalam] penghargaan, berupa [lit:
dalam] cinta, saya tak memberikan kepada Raja yang keesokan hari akan mengambil
nyawaku. Mengapa demikian? Karena Anda pantas [menerimanya]; [sementara] raja
tidak. “Dia membisikkan ditelinganya kata-kata rahasia. Alih-alih membuat emas
dia menjadi emas.
Di pagi hari raja datang memberikan peringatan terakhir.
Dia berkata,”Sekarang inilah kesempatan terakhirmu. Telah tiba waktunya
kepalamu di penggal. Sekarang Anda harus menyerahkannya atau pergi ke tempat
dimana kepalamu akan dipancung. “Dia berkata, “Tidak, tidak.” Sang raja
berkata,”Tetapi Anda telah memberikannya kepadaku.” Dia berkata,” Kepadamu?
Saya tidak memberikannya kepada raja; saya memberikannya kepada pelayan.
Cerita indah-indah memberikan kita pandangan kepada
gagasan alkemi. Proses itu yang melaluinya raja menyamar menjadi pelayan adalah
proses yang melaluinya pengetahuan esoterisme diperoleh. Proses yang lain,
dimana raja memaksa, bukanlah jalan yang benar untuk memperoleh pengetahuan
tersebut tidak pernah terjadi dengan cara itu.
Kesukaran dengan pengetahuan esoterik pada saat ini
hanyalah hal ini, bahwa seseorang dilatih dalam sains belum mampu mencapi
pengetahuan tersebut kecuali dia melalui prose pengetahuan psikologis. Agar
dapat memasuki gerbang mistisisme, pertama-tama seseorang harus mengerti apakah
perasaan, apakah pelayanan, apakah kesimpatian, apakah keikhlasan. Adalah suatu
kesalahan besar cara belajar saat ini bahwa sisi sentimental tetap terpisahkan,
yang merupakan sisi terpenting. Seperti menginginkan seseorang datang, tidak
dengan nyawanya tetapi sebagai mayat ; agar bisa mendidik seseorang
nyawanya harus dikeluarkan darinya, dan dia harus diubah dari orang hidup menjadi
orang mati. Sehingga kita mendapatkan kematian kepahlawanan (heroism),
kematian idealisme, kematian jiwa yang telah membuat kesan atas kemanusiaan
yang telah berakhir selama beribu-ribu tahun. Apakah yang bisa dihidupkan pada
generasi sekarang adalah kapasitas perasaan. Pemikiran yang dikembangkan hari
ini, tetapi apakah yang dibutuhkan sekarang adalah baterai yang beridiri
dibalik pikiran, dan itulah perasaan.Dan setelah perasaan menjadi penglihatan,
suatu penglihatan yang berhubungan kepada kata pelihat.
*****
Bab Dua
Akal
dan Tubuh
Apakah akal itu? Satu bagian dari masyarakat menganggap
akal sebagai suatu hal tak-dapat dijelaskan dan masyarakat lain menganggap akal
adalah sebagai aksi dari otak. Jika demikian, akal ada selama otakpun ada, dan
tatkala otak rusak berakhirlah akal. Jika memang demeikian, semua penulis yang
bekerja tiga atau empat bulan, banyak halaman dan buku, dan semua karya seniman
selama sepuluh tahun. Studio penuh dengan lukisan, akan berada di otak. Tetapi
dimanakah otak sekecil itu menyediakan ruang untuk semua ini? Inilah konsepsi
akal yang amat terbatas. Suara menjangkau ribuan mil melalui kabel, tetapi akal
jauh lebih halus daripada suara. Tidaklah dapat dibatasi dan dihalangi terhadap
otak, meskipun otak adalah wadah yang melaluinya pikiran-pikiran dibuat jelas.
Akal dianggap sebagai sesuatu yang kecil. Kita
mengatakan, “Akalku, dalam akalku,” dan yang mana disebut milikku selalu nampak
lebih kecil daripada material tubuh, “dompetku” atau “genggamanku” merupakan
suatu tubuh. Bayangan rasa jauh lebih besar daripada yang umum diketahui;
melalui praktik mistisisme anda bisa belajar sejauh ia menjangkau. Dan akal
jauh lebih besar daripada bayangan itu. Saya mungkin duduk disini dan mengirim
pikiran saya ke Paris. Tetapi kemudian bisa dipertanyakan, “Jika saya disni dan
pikiran saya di Paris, apakah saya terpisah dari akalku? Dapatkah saya keluar
dan meninggalkan akal saya di rumah dan pulang dan mendapatkannya lagi?” Tidak,
akal mempunyai sayap-sayap yang mengembang dari sini, bukan hanya ke Paris,
tetapi New York atau ke Rusia, ke Jepang, ke Kutub Utara, ke Kutub Selatan, dan
masih jauh lagi. Jika saya mengirim pikiran saya kepada seorang kawan di India.
Jika saya mengirimnya tanpa membiarkan sesuatu ikut campur dengannya, dia akan merasakan
di dalam hidupnya dan sesuatu yang baik akan terjadi kepadanya berkaitan dengan
pikiran positif saya.
Tiada akal tanpa tubuh; sehingga dikatakan, sebelum tubuh
dibuat akal hanya berupa akasha, suatu akomodasi. Pengalaman yang telah
diperolehnya melalui tubuh sebagai kendaraan telah menjadi pengetahuan; dan
pengetahuanlah yang membuat akal. Akasha yang menjadi akal setelah tubuh
terlahir di Bumi telah berkumpul beberapa pengetahuan bak berlainan dari
beberapa akal yang telah bertemu sementara menuju ke Bumi. Barangkali dari satu
akal yang lebih ketimbang yang lain-lainnya. Pada kasus itu ia telah memperoleh
karakteristik-karakteristik secara langsung dari satu individu yang telah
meninggal dunia. Di samping itu, melalui orang tua akasha ini telah memperoleh
pengetahuan atau mentalitas nenek-moyang mereka, bangsa mereka, suku mereka,
dan dari tingkat evolusi seluruh umat manusia pada suatu waktu tertentu.
Semua yang indera dapat cerap adalah bagian terluar,
tetapi semua yang dapat akal cerap adalah bagian terdalam. Ini berarti bahwa
imaginasi muncul dari akal dan karena itulah akal dapat mencerapnya. Perasaan,
memori, konsentrasi, alasan, semua ini adalah pencerapan akal. Seseorang lebih
bisa memanggil akal ujud manusia daripada tubuh di banding dengan akal, tubuh
hanyalah seperti jas yang seseorang memakai.
*****
Bab Tiga
Kreasi
Mental
Sangat terserap orang-orang yang dalam kreasi
dapat-terlihat ini bahwa mereka sangat jarang memikirkan nilai kreasi lain yang
berada di dalam diri mereka. Hal-hal tersebut yang merangsang, yang menarik
perhatian, yang berupa ketertarikan, semua ini dituntut oleh orang, yang
meskipun menjadi terbatas dan tak hirau akan kreasi di dalam, yang terus
berlanjut secara taksadar.
Terus terang, setiap manusia adalah satu dunia dalam
dirinya. Tetapi betapa kecilnya manusia memantulkan tentangnya. Dia selalu
sadar atas ujud hanya berupa setetes di lautan. Sebaliknya dia tidak mengetahui
bentuk ujud lain, dalam mana dialah lautan dan selainnya tetasan.
Ada paragraf dalam Injil berhubungan bagaimana Tuhan
mencipta Bumi, dan kemudian menciptakan langit. Apakah artinya ini? Apakah
langit dicipta setelah bumi? Artinya adalah bahwa ciptaan ini yang disekeliling
kita pertama-tama mengesankan akal, dan lalu akal menciptakan dunianya sendiri,
langitnya sendiri. Itu adalah ciptaan akal, dunia yang lebih tinggi meski di
dalam diri kita sendiri. Dan dunia ini mungkin langit ataupun kebalikannya.
Seperti Omar Khayyam menulis, dalam sajak-sajaknya, surga manusia adalah visi
pemenuhan hasrat, dan neraka adalah bayangan jiwa [yang berada] di atas api.
Yang manakah menunjukkan bahwa hasrat adalah sumber surga dan
pemenuhannya ; pada saat yang sama adalah merupakan mental api dan
kekecewaan, kekhawatiran, kegelisahan, atau kesedihan yaitu bayangan jiwa
diatas api.
Berabad-abad yang lalu, Zoroaster mengajarkan bahwa ada
tiga jenis kebaikan : yaitu dalam fikiran, dalam lisan, dan dalam
perbuatan.
Seseorang selalu mengambil kebaikan dalam perbuatan
sebagai kebaikan, dan dosa dalam perbuatan sebagai dosa, tidak pernah berfikir
tentang kebalikan dosa dalam lisan atau juga pikiran. Kadang-kadang fikiran
manusia lebih kuat dibanding lisan dan perbuatannya. Merupakan suatu pengalaman
setiap ahli mistik dan setiap orang yang telah menjalani jalan keruhanian
(spiritual) bahwa kekuatan pikiran jauh lebih besar ketimbang yang lisan atau
perbuatan. Dalam kehidupan sehari-hari kita mendapati bahwa jika kita
memikirkan seseorang membawa buku tertentu atau kembang yang kita hasratkan,
kita sering mendapati dia datang menemui kita, membawakan buku atau kembang
tersebut dengannya. Kita tidak pernah mengungkap hasrat tersebut, dan meskipun
telah terjadi, [yang] seperti ini adalah kekuatan pikiran, kreasi akal.
“Pikiran adalah sesuatu,” seperti telah dikatakan, tetapi
(sebenarnya) mereka lebih dari itu. Pikiran adalah ujud-ujud. Mereka hidup
sebagaimana kita; mereka bekerja seperti kita bekerja. Mereka mempunyai
kehidupan dalam diri mereka. (Nabi) Isa as. berkata, “Kata-kata yang saya
bicarakan kepadamu, mereka adalah ruh dan mereka hidup”. Ruh adalah kehidupan
nyata. Manusia adalah ruh. Tubuh adalah materi. Tubuh dapat membangkitkan akal
yang kita sebut pikiran atau imaginasi. Pikiran dikontrol; yang lain tak
dikontrol.
Ada pepatah dalam bahasa sansekerta, “Tidak terhitung
banyaknya dewa-dewa dan tetap ada satu Tuhan.” Ini berarti bahwa setiap planet
adalah dunia, setiap akal adalah dunia; sesuatu yang hidup.
Pertanyaannya adalah, jika kita membuat dunia kita dan
mencetak kehidupan kita, mengapa kita harus mempunyai ketaksenangan, mengapa
kesulitan di dalam kehidupan, mengapa gagal dalam kehidupan? Jawabannya adalah
bahwa itu adalah bukan kesalahan Maha Pencipta bukan pula dunia. Adalah
kesalahan pengabdian kita, kekurang-pengetahuan kita. Buddha menggambarkan kekurang-pengetahuan
ini dalam cara : yaitu jika Anda sedang bergelantung kepada cabang sebatang
pohon dalam gelap pekatnya malam, sehingga Anda tidak mampu melihat apa yang
dibawah [Anda] itu, apakah darat atau laut. Lalu Anda selalu khawatir akan
jatuh, Anda tetap bertahan bergantung kepada pohon dan sementara Anda menderita
ketakutan betapa lamakah dapat bertahan sebelum Anda harus terlepas. Berapa
lamakah Anda dapat bergantung kepada cabang? Meskipun di bawah kaki Anda tiada
sesuatu ! seperti hidup sampai cahaya datang. Lalu seperti datangnya
matahari. Ketika matahari terbit Anda mendapati tidak ada air, karena
hanya daratlah di bawah kaki Anda.
Daratan keabadian terlalu jauh dari kita, tetapi ketika
matahari pengetahuan terbit kita melihat bahwa ia dekat, sangat dekat !
Seseorang mengetahui itu, dia tidak perlu diajari moral atau kebaikan ;
dia mengetahui apa yang terbaik untuknya, untuk berangkat ; dia mengetahui
sendiri. Dia mengetahui bahwa jika dia menciptakan ruh-ruh tersembunyi dalam pikirannya
mereka akan menjadi monster, dan akan berjalan menentangnya, dan dia akan
meruntuhkan hidupnya sendiri. Tetapi jika manusia menciptakan ruh-ruh kecintaan
dan kebaikan, yang lain akan membantunya dalam keinginannya, dan dia selalu
dikelilingi oleh cinta dan kebaikan.
Sekali orang menyadari ini, hidup mereka menjadi berbeda.
Dia menjadi penyembuh bagi manusia ; mereka bersimpati dengan kesukaran
orang lain ; mereka melayani kesulitan orang lain ; mereka mencari
tahu jika mereka tidak dapat melakukan sesuatu, tidak dapat menolong cara
apapun. Nasihat mungkin membantu, pikiran kebaikan dan simpati akan menolong.
Apapun yang dilakukan kepada orang-orang lain mereka lakukan kepada diri mereka
sendiri, karena setiap pikiran kebaikan atau kebajikan dan simpati memunculkan
sebuah dunia simpati sekitarnya, dan ada orang tidak dapat hidup tanpanya jika
mereka pergi ke suatu daerah dimana tak ada yang mengetahui mereka atau
mengerti mereka, mereka dapat mengubah simpati dan cinta ; jika mereka
telah menciptakan itu didalam diri mereka.
Itu menunjukkan betapa penting berhati-hati dari apa yang
kita katakan. Seseorang bertindak dibawah pengaruh (spell) kemarahan,
menyatakan sesuatu seperti, “Saya tidak ingin melihat wajahnya,” kata-kata
buruk apapun—dan dia berharap tidak pernah mengatakan atau melakukan sesuatu
hal setelah pengaruh itu menghilang; bahkan tidak pula kepada seorang musuh
yang dia berharap telah menyatakan hal-hal ini. Tetapi pada saat dia tidak
mengetahui bahwa apa yang dia ciptakan [sebenarnya] hidup. Yang diciptakannya
itu akan akan menakutkannya, dan akan menjadi musuhnya sebagaimana musuh
seseorang yang prasangka salahnya ditujukan. Bukan hanya itu, tetapi dia akan
memunculkan lebih banyak yang serupa itu. Sekali satu fikiran jahat diciptakan
dalam ruh kemarahan atau pengampunan, terdapat seribu ruh-ruh lain tercipta
darinya. Suatu dunia mungkin tercipta dengan memberi jalan keluar kepada
kelemahan tunggal.
Semua itu kita tumpuk dan kumpulkan di dunia luar demi
kebahagian dan kenyamanan kita (barangkali suatu kondisi) adalah terbatas,
bahkan bukan bagian ke seratus dunia ini yang kita miliki dapat kita sebut
benar-benar milik kita, tetapi akal kita dapat menciptakan dan mengumpulkan
pikiran-pikiran dan pengesanan yang tak terhitung yang semua meningkatkan dunia
nyatanya. Semua milik kita, semua yang kita kumpulkan dalam kehidupan, semua
hal-hal ini bersifat semerntara yang suatu hari kita harus tinggalkan; tetapi
yang telah kita ciptakan dari pikiran kita, dari akal kita , itulah yang hidup.
Seorang berpikir, “Duhai, suatu hari saya akan membangun
sebuah pabrik.” Pada saat ini dia tidak mempunyai uang, tidak berilmu, tanpa
kemampuan, tetapi pikiran tentang suatu hari membangun sebuah pabrik telah
datang. Kemudian dia berpikir tentang sesuatu yang lain. Barangkali tahun-tahun
berlalu, tetapi pikiran tersebut telah bekerja secara konstan melalui seribu
akal, dan seribu sumber menyediakan baginya bahwa dia mempunyai suatu hasrat.
Jika seseorang melihat kembali dalam kehidupannya, pada apa yang dia pikirkan
tentang pada waktu-waktu yang berbeda, dia akan menemukan bahwa garis nasib
(yang di Timur kami menyebut kismet, takdir) dibentuk oleh pikiran kita.
Pikiran telah mempersiapkan bagi kita kebahagiaan atau ketakbahagiaan tersebut
yang kita alami.
Jika pikiran dapat menyelesaikan ini, begitupun cinta dan
imajinasi. Bahkan suatu mimpi dapat menyelesaikan banyak hal, berdasarkan
kepada pengesanan yang ia buat. Beberapa pikiran berupa sesuatu-sesuatu, berupa
objek; pikiran yang lain berupa ujud-ujud. Beberapa pikiran berupa
malaikat-malaikat [yang] dekat dengan kita dan beberapa berupa setan. Mereka
semua mengelilingi kita, baik menolong kita menuju penyelesaian objek-objek di
hadapan kita atau menarik kita kembali dari hal-hal tersebut yang kita ingin
selesaikan.
Seseorang berpikir , dan barangkalil hasil dari pikiran
ini sangat rapuh; orang lain meampunyai pikiran pada hari ini, dan besoknya
hasrat tersebut terpenuhi. Mengapa demikian? Karena kekuatan pikiran. Dalam
pikiran seseorang terdapat kehidupan [yang lebih hidup]; pada orang lain,
kurang hidup. Kita menyebut kehidupan tertsebut yang memiliki kesadaran dan
aktivitas; kita menyebut objek tersebut yang kurang intelejensi dan kesadaran.
Bahkan, sejujurnya, keduanya hidup. Perbedaan antara objek dan sesuatu yang
hidup yaitu yang satu kurang hidup dibanding dengan yang lain. Seseorang dengan
kehendak yang lemah tak memiliki kekuatan dalam pikirannya. Jika dia memikirkan
sesuatu seribu kali, tak berefek, karena dia tidak memiliki vitalitas atau
energi tersebut yang dibutuhkan bagi pikiran untuk hidup.
Apakah vitalitas yang memberikan kehidupan kepada
pikiran? Sama dengan yang ada pada manusia, pada sayuran, pada mineral. Pada
satu kasus kehidupan berada pada permukaan; pada kasus lain tertutupi. Itulah
sebabnya kita menggunakan kata sesuatu-sesuatu pada satu kasus dan ujud pada
kasus yang lain. maka terdapat pikiran yang hidup dan pikiran yang mati. Pada
kelas yang mana pikiran termasuk, bergantung pada tekad (will power):
manakala ada tekad, kata [mengungkapkan] yang diucapkan dan yang dilakukan.
Ide ini diekspresikan oleh kata-kata kalpa vrakhsha,
“pohon hasrat.” Ceriteranya adalah siapapun yang pernah mendatangi pohon ini
dan duduk [di bawahnya] beberapa saat akan terpenuhi [lit: memiliki] keinginan
apapun yang mungkin dihasratkan. Meskipun tak ada orang yang mengetahui dimana
pohon ini bisa didapatkan. Pohon tersebut adalah akal; akarnya adalah hati.
Itulah yang memberikan kekuatan kepada pikiran, memberikan ruh atau kehidupan
kepada pikiran, adalah perasaan. Seorang
manusia tanpa perasaan dia bagaikan mati; dengan perasaan dia hidup. Dan
begitupun pikiranya. Pikiran dengan perasaan merupakan kekuatan yang lebih
besar ketimbang pikiran tanpa perasaan. Sekedar mengatakan, “Saya sangat
menyukai seni,” tak akan berefek bilamana tak ada perasaan di baliknya. Hanya
sekedar seuntai kata-kata; tak ada kehidupan padanya. Tetapi manakala kata-kata
tersebut disampaikan dengan perasaan, mereka juga keluar melalui hati Anda
pula, dan pikiran menjadi hidup.
Pernah hidup seorang besar yang kata-kata kinasihnya
dapat menghidupkan siapapun, orang yang dapat mengutuhkan kehidupan dan dapat
menyembuhkan. Mereka telah meningglkan pikiran mereka dibelakang mereka, dan
orang-orang telah memelihara mereka (pen: riwayat hidup dan ucapan-ucapannya)
sebagai skriptur, sebagai kitab suci. Orang-orang telah mengambil mereka
sebagai agama. Ada pikiran yang tak akan pernah mati, ada semacam umur panjang
yang telah diberikan kepadanya. Apapun yang membentuk pikiran mereka telah
mengambil — musik, prosa, puisi, aforisme, kumpulan kata-kakata[hikmah] —
mereka tak akan pernah mati; mereka akan hidup selamanya.
*****
Bab Empat
Akal
Ilahiah
Akal adalah suatu fakultas, tidak teraba, kegiatan
tak-terucap, yang otak hanyalah kendaraan semata. Manusia membatasi hal-hal
yang tak-terbatas dan di luar kekuatan pengkuran, dan oleh sebab itu
orang-orang [lit: dia] telah menggambarkan Tuhan dalam bentuk manusia atau
memberi kesakralan kepada ruh binatang-binatang. Seorang yang berakal lebih
besar mempunyai visi yang lebih besar, dan barangkali melihat Tuhan dalam
setiap orang; sebaliknya orang yang selalu berhasrat menemukan
kejahatan-kejahatan akan mampu menemukan kilasan kejahatan meskipun pada orang
baik. Itulah sebabnya, sejak masa kanak-kanak, manusia dibiasakan mengukur dan
mengerti hal-hal dan cara pengertiannya dan mengujinya dalam cara terbatas yang
khas bagi dirinya sendiri.
“Tiada sesuatu pun yang baru dibawah matahari,” Kata
[Nabi] Sulaiman. Orang-prang terus mengakui telah menemukan sesuatu yang baru, tetapi
ia mungkin telah ditemukan atau ditemukan kembali ribuan kali sejalan [ dengan
] hari-hari berlalu.
[Kitab] Veda, yang mengungkap filsafat kuno orang-orang
Hindu, dalam bahasa Sansekerta, ibu dari bahasa-bahasa, menggunakan kata many
atau manushi untuk manusia, dan manas untuk akal. Kata many
dalam bahasa Inggris bermuasal sama. Ini menunjukkan bahwa muasal ujud manusia
adalah akal; tetapi bentuk luarnya terlalu dekat dengan matanya sehingga ia
menyembunyikan aspek-aspek lain ujudnya yang dalam membandingkannya [lit: ini]
nampak tak terlihat.
Dalam bahasa Arab tertulis,”Jika Anda ingin mengetahui
Tuhan Anda harus mengetahui dirimu sendiri,” Bagaimana mungkin manusia kecil
mengetahui sementara dia dalam [keadaan] kepayang individualisme! “Saya ujud terpisah;
Anda yang lain; tiada hubungan antara Anda dan saya, dan kita semua memiliki
kesenangan dan kehendak bebas kita sendiri,” tidakkah manusia mengetahui sejauh
mana hidupnya yang tidak bergantung pada objek-objek dan benda-benda yang
membuat tubuh tetap hidup tetapi juga pada kegiatan ribuan akal dalam setiap
hari! Setiap kali seorang tertawa merupakan pantulan akalnya, dikontrol oleh
kekuatan akal orang lain. Mengapa dia
merasa kadang-kadang sedih, kadang-kadang gembira, kadang-kadang ceria, kadang-kadang
antusias, kadang-kadang letih tanpa alasan, kadang-kadang tertekan dan
kelelahan? Kita bertemu begitu banyak akal sepanjang siang dan malam yang terpantul pada akal kita; sehingga
pikiran-pikiran berubah, yang nampaknya tanpa alasan. Meskipun kegiatan
kehidupan kita bergantung pada pikiran-pikiran ini, dan perubahannya menurut
kepadanya.
Lalu siapakah yang dapat mengatakan, “Saya seorang
individu, tidak bergatung dan bebas. Saya dapat memikirkan apa saja yang saya
inginkan, dan saya dapat melakukan yang saya inginkan?” Anda tidak melakukan
apa yang Anda inginkan; Anda tidak memikirkan apa yang Anda inginkan. Terdapat
berbagai pikiran disekeliling Anda dalam bentuk manusia dan hewan dan
individu-individu yang mempengaruhi akal dan pikiran Anda; Anda tidak dapat
melepaskan mereka. Selalu ada orang-orang yang lebih kuat dari Anda, dan selalu
ada orang yang lebih lebih lemah dari Anda sendiri. Kita saling terkait antara
yang satu dengan yang lain. Hidup kita saling terpaut, dan ada tautan yang
padanya kita dapat melihat satu arus mengalir menembus keseluruhan. Terdapat
begitu banyak bola dunia dan lampu, dan tetap ada satu arus yang mengalir
menembus keseluruhan.
Mistikus mencari agar menyadari ini secara konstan dan
mengesankannya pada akalnya yang mungkin dia lihat. Apakah baginya gelombang
laut? Apakah mereka di laut? Mereka hanya suatu individu sejauh seperti ombak
[yang] naik dan turun. Ia menaik dan menurun, tetapi ia bermuara kedalam laut.
Ombak baru adalah ombak berbeda secara keseluruhan. Apakah baginya suatu
pohon?. Ada satu batang [pohon]. Dedaunan memancar darinya, menguning warnanya,
dan rontok, tetapi pada saat yang sama kehidupan pohon secara menyeluruh
bergantung pada akar dan batang, dan kerusakan apapun yang terjadi pada salah
satunya mempengaruhi cabang, induk cabang, setiap bagian pohon. Apakah,
baginya, suatu tubuh? Mata, hidung, kepala — yang manakah diantara mereka
merupakan “diri”? Tangan mempunyai nama yang terpisah; jemari mempunyai nama
yang terpisah, setiap bagian mempunyai nama yang terpisah. Berlaksa pikiran,
berlaksa imaginasi, berlaksa perasaan —
dapatkah kita menghitung ketubuhman mereka? Perbedaan emosi, perbedaan
cara berduka, perbedaan tingkat kenikmatan — dapatkah kita membedakan mereka
atau memilah mereka? Ujud kita mempunyai
begitu banyak aspek, lalu apakah yang sesungguhnya yang disebut ia
sendiri “aku, saya?” hanya satu, tidak banyak. Hanya jika kita tidak mempunyai
tubuh atau akal, kita tidak menyadari bahwa kita maujud. Melalui semua
ketubuhman ini seorang menyadari bahwa, “Saya satu”. Hal yang sama berlaku
selanjutnya dalam akal hingga seorang menemukan bahwa kesatuan yang maujud
dibalik semua jumlah nama-nama dan bentuk-bentuk ini, dan yang dalamnya seorang
akan bersatu dengan Tuhannya.
Ini menunjukkan bahwa pengalaman individu, yaitu
pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan, dan pengetahuan individual, dan
pengalaman bangsa-bangsa, suku-suku, tetapi selalu pulang hingga kembali
kembali kepada kedalamannya, dimana ia berassimilasi dengan yang disebut akal
ilahiah.
Setiap [lit: semua] akal adalah daun yang berbeda dari
satu pohon, tetapi hanya ada satu sumber bagi semua [yang] terikutkan. Bukan
satu objek atau kehidupan dapat mujud yang dapat mempunyai satu titik pusat
yang padanya segala sesuatu bertemu dan bergabung bersama. Dan tempat pertemuan
itu adalah akal ilahiah.
Sebab itulah, para Brahma mengajar pada orang agar mandi
pada titik dimana semua sungai bertemu; penyucian hidup melelui mandi di
sungai. Orang-orang yang benar-benar mengerti hal tersebut mengetahui bahwa itu
menggambarkan akal ilahiah. Penyucian dalam kehidupan terletak pada pencapaian
kedaslaman laut kehidupan yang dalamnya berlaksa-laksa bentuk-bentuk dan
nama-nama bergabung. Al – Qur’an mengatakan,”Tak satupun zarrah yang bergerak
terlepas dari tangan Tuhan.” Sehingga, tiada kegiatan sesuatupun yang terjadi
baik disini ataupun di ruang gemintang, tanpa ransangan dari dalam dan dari
kedalaman kehidupan dimana semua akal dsan pengaru-pengaruh seluruh kegiatan
manyatu.
Sekarang tibalah pada sisi moral subjek tersebut, [lalu]
kita bertanya,”Dalam cara bagaimana [lit : apa] kita melanjutkan kehidupan?
Biasakah kita terpuaskan bergantung pada kekuatan kerja?” Tidak, itu adalah
suatu kelumpuhan satu bagian tubuh. Tangan tak akan terangkat [bila bukan karena
pikiran]. Pikiranlah [pelakunya], lalu dimanakah pikiran dan
ransangan-ransanganmu?
Kita mungkin bertanya,”Haruskah kita menyadari setiap
ransangan-ransangan yang datang? Tidak-haruskah kita bertindak dalam setiap
kasus, menyadari bahwa semuanya datang dari Tuhan? Tidak, karena ia adalah
realisasi akal yang membuat hal-hal benar dan salah, baik dan buruk, spiritual
atau material. Adalah pikiranmu sendiri, bukan tindakannya. Ia [menjadi]
sebagaimana Anda pikirkan. Meski ransangan itu datang dari dalam, jika salah
maka anda telah salah membuatnya; jika ia benar karena Anda membuatnya
demikian. Hukum menghakimu. Bukan hukum lain, [melainkan] hukum Anda sendiri.
Apakah akal bodoh atau bijak, setiap akal mencintai
kebaikan dan keindahan. Apakah kebaikan [itu]? Kebaikan adalah sesuatu yang
indah, yang anda hargai, yang Anda tak dapat membantu menghargai. Anda
menghargai menghargai keindahan kebajikan seseorang, keindahan tindakan,
perasaan dan pikiran. Tak seorangpun mencoba melihat keburukan atau mengikuti jalan
setan. Apakah ada seseorang yang akan mengatakan, “tolong, janganlah bersikap
baik kepadaku; tolong,sesatkan saya?” Tak seorangpun yan senang dibodohi.
Kejahatan adalah mencari keuntungan bukan memberi; tetapi orang jahat [tetap]
masih melek kepada keindahan.
Seorang mistikus dibimbing oleh akalnya sendiri. Yaitu
yang kita dalam kehidupan ini, mesti kita berikan kepada orang lain. Jika
kebajikan, berikanlah; jika kebaikan, berikanlah; jika pelayanan, berikanlah.
Semua rahasia kebahagiaan dalam kehidupan bertumpu pada hal ini. Jika mencari
kebahagiaan dalam kebajikan orang lain, ini berarti kita bergantung kepadanya
untuk membuat kita bahagia, sepanjang kita memandang kepada orang lain untuk
membuat kita bahagia, kita tetap mengharapkan bahwa yang manakah dari diri kita
telah memberi. Bukan sampai kita menyadari hal ini, tahukah kita “Apakah
keadilan itu?”
Dunia adalah kubah, yang setiap tindakan adalah gema
[dari] yang lain. Lakukanlah kebaikan:
ia akan kembali; jika bukan dari seseorang, ia akan datang dari orang
lain. Itulah gemanya. Anda tidak mengetahui dari sisi yan manakah ia akan
datang, tetapi ia akan datang beratus-kali lipat lebih dari yang Anda berikan.
Berikanlah cinta; Akankah Anda mengalami kedinginan?
Lakukanlah kebaikan; dapatkah Anda menerima kejahatan? Jika Anda melakukan
kebaikan, janganlah Anda menilai tindakan orang lain. Anda tidak bisa menjadi
hakim sampai Anda menjadi diri Anda tanpa kedirian.. Hanya [dengan cara]
demikianlah keadilan akan mendatangi Anda. Dia adalah dinding antara Anda dan
keadilan. Hanya ada satu hal yangbenar-benar adil, dan yaitu [dengan]
mengatakan, “Saya tidak semestinya melakukan ini.” Jika Anda menyatakan hal ini
kepada orang lain [yang] mungkin Anda mungkin salah.
Mistikus megembangkan akalnya dalam cara ini,
mensucikannya dengan pikiran, perasaan, perbuatan suci ( suci berarti bebas
dari keterpisahan ), hanya mengikuti garis pikiran ini. Apapun perbedaan
prinsip-prinsip benar dan salah [dari] keyakinan agama bisa nampak. Tiada
pernah dua individu bisa berbeda dalam satu sifat prinsip ini. Setiap jiwa
mencari setelah [mengalami] keindahan; dan setiap kebajkan, keshalehan,
tindakan baik, bukan lain kecuali secercah keindahan.
Sekali dia memiliki moral ini, seorang sufi tidak perlu
mengikuti keyakinan atau keimanan tertentu, yang membatasi dirinya kepada jalan
tertentu. Dia boleh mengikuti jalan Hindu, jalan Muslim, jalan gereja manapun
atau keyakinan apapun, dia bersedia menjalani jalan agung ini, bahwa seluruh
alam raya ini bukan lain adalah imanensi keindahan. Anda terlahir dengan
kecenderungan menghargainya dalam setiap bentuk dan Anda tidak mungkin
membutakan diri Anda dengan menjadi bergantung pada satu garis keindahan
tertentu; Anda tidak akan mendapatkan sesuatu selain yang Anda berikan. Anda
membuat diri anda sendiri, tindakan Anda, pikiran Anda dan biarkanlah
orang-orang lain mengambil keindahan Anda.
Penyempurnaan akal apakah yang harus kita sentuh? Yakni
sentuhan melalui kontemplasi, melalui realisasi, dan melalui pengertian
satu-satunya arus yang mengalir melalui seluruh kehidupan. Kita memulai
berkontemplasi pada hal itu. Akal, yang dalam bahasa agama kita sebut Yang Maha
Kuasa dan dalam bahasa mistik kita sebut akal ilahiah, yakni kedalaman
kehidupan, kedalaman aktivitas yang kepadanya segala aktivitas dan setiap
aktivitas terkaitkan.
Disana semua agama ada, mistikus menyembah kepada
keindahan itu, dan pekerjaannya adalah melupakan diri, melepaskan dirinya
sendiri seperti gelembung di air. Ombak menyadari, “Saya adalah laut,” dan
dengan jatuh kedalam laut ia bersujud kepada Tuhannya. “Sempurnakanlah dirimu,
seperti Bapakmu di surga adalah sempurna”
*****
Bagian Kedua
SIFAT- SIFAT AKAL
Bab Lima
Pikiran
dan Imajinasi
Berpikir dapat dibagi menjadi dua bagian [yakni] :
imajinasi yang merupakan keluaran tindakan otonomik akal; dan pikiran:
merupakan hasil tindakan berulang-ulangnya. Manusia berpikir, artinya [lit:
makanya], tidak harus imajinatif, bukan manusia imajinatif pemikir. Kedua
kualitas masing-masing memiliki tempatnya. Seorang yang terbiasa berpikir dan
orang yang tidak mampu berimajinasi terpisah jauh dari keindahan tersebut yang
diungkap dalam puisi dan musik, karena semua ini datang dari imajinasi. Jika
akal diberi kebebasan melakukan apa yang ia sukai, ia tertarik sebagaimana ia
sebelumnya dan diluar perilaku suatu gambar yang diciptakan, sebutlah seni,
puisi atau musik. Dalam bentuk apapun ia mengungkapkan dirinya sendiri, tetap
indah.
Banyak orang yang menertawakan orang yang imajinatif.
Mereka berkata, “Dia [berada] di awan; dia sedang bermimpi.” Tetapi semua karya
seni dan musik serta puisi datang dari imajinasi, karena imajinasi adalah
aliran kebebasan akal yang dibiarkan berkarya dengan sendirinya dan membawa
keluar keindahan serta ketalaan kandungannya. Tetapi jika dihalangi oleh
prinsip atau aturan tertentu, maka ia tidak bebas bekerja. Tidak diragukan di
antara para seniman dan musisi Anda akan mendapati banyak pemimpi dan orang
yang tak praktis, tetapi itu bukan berarti mereka kurang teranugerahi.
Barangkali ketakpraktisan mereka dalam beberapa cara membantu mereka
menyelesaikan sesuatu yang orang yang praktis tidak mampu. Seseorang tidak
perlu mengikuti contoh mereka, tetapi orang tersebut hanya dapat menilainya
sama. Selain tak mampu memiliki keyakinan kepada Tuhan, tak satupun yang
mencintai Tuhan, dan tak satupun yang pernah mencapai kehadiran Tuhan, [bagi]
orang yang belum dibantu dengan imajinasi. Orang-orang yang berdebat dengan
orang yang beriman dan [lalu] berkata, “Tetapi dimanakah Tuhan? Dapatkah Anda
menunjukkan padaku? Bagaimanakah Anda dapat menunjukkan Tuhan kepadaku? Bagaimanakah Anda dapat
menggambarkan Tuhan? Bagaimanakah Anda menerangkan Tuhan?” Beginilah
orang-orang yang tanpa imajinasi. Tak seorang pun yang daspat memberikan
imajinasinya kepada mereka. Dapatkah orang yakin pada keyakinan orang lain?
Jika seseorang dapat yakin pada hal apapun [maka] seseorang harus melakukannya
sendiri. Dan dari apakah keyakinan itu dibentuk? [yakni] dari imajinasi. Telah
dikatakan, “jika Anda tak memiliki Tuhan, buatlah satu.” Dan tak pernah seorang
pun dapat mencapai Tuhan yang belum mampu membuat Tuhan. Orang-orang yang
menyulitkan diri mereka sendiri tentang keabstrakan Tuhan, [orang tersebut]
tidak bertuhan, mereka hanya menggunakan kata tersebut. Mereka memiliki kebenaran,
tetapi mereka tidak mempunyai Tuhan.
Kebenaran tanpa Tuhan tidaklah cukup. Seseorang harus
mencapai kebenaran melalui Tuhan; itulah yang memberi kepuasan. Jika semua
kekuatan berasal dari makanan yang diberikan dalam satu pil, itu mungkin bisa
mempertahankan hidup seseorang, tetapi tidask akan memberinya kenikmatan
makanan. Jika seseorang mengambil satu pil kebenaran mungkin sebagian dari ujud
seseorang akan terpuasi, tetapi bukanlah itu kepuasan nyata. Gagasan Tuhan,
memberi makanan seseorang; dia mesti terlebih dahulu membuatnya dalam dirinya
sendiri, dengan imajinasinya. Tetapi jika ia tidak menghendaki dia menggunakan
imajinasinya, jika dia hanya menunggu Tuhan mendatanginya, dia harus menunggu
begitu lama.
Seseorang mungkin bertanya apakah [lit: jika] baik
mempunyai imajinasi kuat? Baik [jika] menguatkan dirinya. Jika seseorang
mempunyai kekuatan, maka imajinasi dan pikirannya menjadi kuat. Lebih lanjut,
imajinasi yang kuat berarti kekuatan yang berangkat dari diri sendiri, tercapai
tanpa kendali seseorang. Jadi imajinasi seseorang tidak selalu menjanjikan;
kekuatan pikiranlah yang diidamkan. [Lalu] untuk apakah pikiran? Pikiran adalah
sesuatu yang terarah mandiri dan yang mengendalikan imajinasi.
Perbedaan antara manusia pemikir dan imajinatif adalah
bahwa yang satu berpikir dengan kehendak dan yang lain tanpa kehendak. Jika
seseorang mengetahui nilai kehendak, maka dia mengakui secara alami tiada yang
lebih berharga di dunia ini ketimbang kehendak. Jadi, pertanyaan yang timbul
dalam pikiran manusia pemikir, “Apakah saya memiliki kehendak, apakah saya
memiliki kehendak kuat? Atau kehendak lemah?” Jawabannya adalah [bahwa] tak
seorang pun yang maujud tanpa kehendak; setiap orang memiliki kehendak.
Kerja otomatis akal menghasilkan imajinasi dan nilai imajinasi
bergantung pada pengolahan akal. Jika akal ditalakan (tuned)kepada suatu
tingkat tertinggi maka imajinasi secara alami akan berada ada puncak tertinggi;
tetapi jika akal tidak ditalakan pada tingkat yang tinggi, maka imajinasi tidak
akan ditingkat tersebut.
Imajinasi memiliki tempat nilainya. Tetapi kapankah ia
bernilai. Pada suatu saat ketika hati ditalakan pada suatu tingkat yang
imajinasi tak dapat pergi kemana pun kecuali ke surga. Hati yang ditala oleh
cinta, keserasian dan keindahan, tanpa kehendak ia mulai mengapung secara
otomatis dan pergerakan otomatis ini bereaksi kepada apapun yang menyentuhnya,
atau ia menjelma dalam beberapa bentuk. Ketika ia berupa garis atau warna atau
catatan, maka menghasilkan seni, lukisan, musik atau puisi. Maka itulah
imajinasi tersebut memiliki nilai, tetapi jika ia datang kepada bisnis dan
sains serta semua hal-hal yang terkait dengan kehidupan sehari-hari di dunia,
lebih baik mengesampingkan imajinasi dan bekerjalah dengan pikiran.
Seperti keduanya malam dan siang bermanfaat, seperti
kedua istirahat dan bekerja adalah perlu, begitupun berpikir, dan imajinasi
memiliki tempat [tersendiri] dalam kehidupan kita. Singkatnya, jika pujangga
menggunakan kehendaknya untuk mengarahkan imajinasi ia mungkin [berupa] sebuah
pikiran dan akan menjadi kaku. Hal alami bagi seorang pujangga adalah
membiarkan akal mengapung kedalam yang dan apapun sentuhan yang terjadi,
biarkanlah hatinya mengungkapkannya. Kemudian apakah yang terungkap? Adalah
sebuah imajinasi. Tetapi ketika seorang harus menghadiri urusan bisnis, dia
tidak semestinya membiarkan hatinya mengambang di udara; dia mesti memikirkan
hal-hal di Bumi dan berpikir tentang figur secara sangat hati-hati.
Jika seorang berfikir dia menjadi seorang yang rasional,
pasti dan purna-pikiran. Kedua orang imajinatif dan pemikir bisa menuju kepada
ke-ekstriman dan mungkin gagal, tetapi menjaga keseimbangan adalah yang membawa
hasil yang dihasrati. Seorang pemikir mungkin juga berpikir sangat keras
sehingga menjadi bingung oleh pikiran-pikirannya sendiri. Banyak
pemikir-pemikir yang berpikir begitu keras sehingga mereka kehilangan akal.
Sekarang kita memasuki metafisika lebih dalam, apakah
yang membentuk gambar pikiran? Ini adalah suatu pertanyaan yang sangat halus.
Ilmuwan materialis akan berkata bahwa terdapat atom-atom pikiran yang membuat
bentuk tersebut; dengan bergabung bersama mereka menyusun bentuk pikiran. Dan
jika mereka ingin membuatnya lebih objektif, dia akan mengatakan bahwa dalam
otak terdapat gambar-gambar kecil seperti gambar-gambar saja, dan gerakan itu
terus-menerus bergerak [sampai] mereka menyelesaikan satu bentuk. Karena orang
lain tidak melihat lebih jauh dari pada tubuhnya, dan lalu ingin menemukan
rahasia seluruh kehidupan dalam tubuhnya dan pada dunia fisik.
Dalam pikiran otak hanyalah monumen untuk membuat
pikiran-pikiran lebih jelas. Pikiran lebih besar, lebih luas, lebih dalam, dan
lebih tinggi dari pada otak. Gambar pikiran dibuat melalui pengesanan akal.
Jika akal tidak pernah mempunyai pengesanan, pikiran tidak akan jernih.
Singkatnya, seorang buta yang tidak pernah melihat gajah dalam kehidupannya
tidak akan mampu membentuk suatu gagasan gajah. Karena akalnya tidak mempunyai
bentuk yang siap disusun atas perintah kehendak. Karena akal harus mengetahui
lebih dahulu sebelum menyusunya. Maka akal adalah gudang semua bentuk yang
seseorang pernah melihatnya. Tetapi tidak dapatkah suatu bentuk dipantulkan
pada akal orang buta? Dapat [lit : ya], tetapi tetap tidak akan lengkap. Jika
suatu pikiran dijuruskan kepada orang buta, dia hanya mengambil setengahnya,
karena dia tidak memiliki bagian yang harus diambil dari akalnya sendiri, dan
demikianlah dia hanya mengambil pantulan yang terjurus padanya. Maka dia
mempunyai gagasan kabur tentang benda tersebut, tetapi dia tak dapat memuatnya
jelas untuk dirinya sendiri, karena akal belum membentuk gagasan tersebut.
Bentuk pikiran yang akal pegang dipantulkan oleh otak
mungkin serupa pelat fotografis. Kedua pikiran seseorang dan pikiran orang lain
dikembangkan seperti fotografis. Dan dengan apa ia dikembangkan? Adakah
beberapa solusi yang padanya pelat fotografis ditempatkan? Ya, dan ialah
intelegensi. Walaupun intelegensi seseorang dikembangkan dan dibuat lebih jelas
terhadap indera batin. Dengan indera batin adalah berarti bagian terdalam dari
indera-indera. Karena melalui kelima organ luar yang berbeda kita mengalami
hal-hal yang berbeda. Dan ini memberi kita gagasan panca indera, tetapi pada
kenyataannya hanya ada satu indera.
Ada orang waskita (visioner), yang mempunyai
konsesi-konsesi warna yang berbeda, tentang pikiran-pikiran dan
imajinasi-imajinasi dan perasaan-perasaan dan bentuk imajiner tentang
pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan? Tidaklah diragukan hal ini bersifat
simbolis ketimbang aktual. Warna suatu pikiran berkaitan dengan kondisi akal.
Itu menunjukkan anasir yang kepadanya pikiran-pikiran tergolong (belong),
baik kepada anasir api, anasir air atau kepada anasir tanah. Ini berarti bahwa
jika ia, misalnya, api yang berada dibelakang pikiran, api tersebut memproduksi
warnanya disekeliling pikiran sebagai suatu atmosfir yang mengitarinya. Dan
ketika orang waskita melihat bentuk pikiran dalam bentuk warna, apa yang
mengitari pikiran berdasarkan kepada karakter pikiran tersebut.
Suatu pikiran yang terkait dengan perolehan yang bersifat
tanah adalah anasir tanah; pikiran cinta dan kasih mewakili anasir air,
menebarkan simpati; pikiran dendam perusakan, menyakiti dan membahayakan,
mewakili api; pikiran antusiasisme, keberanian, harapan dan aspirasi mewakili udara;
pikiran tentang beristirahat, kesepian, kedamaian mewakili eter. Inilah
karakteristik pikiran yang paling berpengaruh perhubungan dengan panca indera.
Tidak ada keunggulan satu anasir atas yang lain,
keunggulan pikiran adalah anasir atas yang lain, keunggulan pikiran berdasarkan
cara pandang akal. Misalnya, seseorang yang berdiri di atas tanah memandang
horison di depannya; inilah salah satu kewaskitaan yang lain [atau] berdiri di
puncak menara dan dari sana dia memandang kepada horison yang membentang;
[menghasilkan] cara pandang yang
berbeda. Yakni berdasarkan cara pandang itulah pikiran [menjadi] unggul
atau rendahan (inferior). Selain itu, tak seorangpun dapat mengambil
gambar pikiran dan berkata, “Pikiran bukanlah suatu koin semata (earthly)
yang unggul atau rendahan. Apakah yang membuatnya unggul atau rendah? Yakni
motif [yang berada] di belakangnya.
Akal adalah pencipta pikiran dan imajinasi. Merupakan
tanah gembur yang di atasnya tetumbuhan tumbuh dalam bentuk pikiran-pikiran dan
imajinasi. Mereka hidup di sana, bahkan ada pertumbuhan segar yang
terus-menerus, tetumbuhan dan pepohonan itu yang telah dicipta sebelumnya
tersembunyi dari mata orang. Karena semua inilah sehingga seorang tidak
berpikir banyak tentang pikiran-pikiran dan imajinasi yang telah berlalu. Tidak
pula mereka sebelumnya; tetapi pada waktu yang bersamaan, manakala
seseorang ingin menemukan sesuatu yang orang tersebut pernah sekali membentuk,
dengan segera ditemukan, karena ia masih tetap di dalam akal.
Kesadaran tidak melihat bagian tersebut dengan segera
adalah bawah sadar. Apa yang disebut kesadaran tetap tinggal dipermukaan,
menjadi jelas bagi kita bahwa bagian pikiran dan imajinasi kita yang baru saja
dimiliki dan masih sibuk memandang. Bagaimanapun, sekali seorang telah mempunyai
imajinasi atau pikiran, hal itu tetap ada.
Dalam bentuk apakah ia mengada? Dalam bentuk yang akal
telah memberikannya. Jiwa mengambil bentuk dalam dunia fisik, suatu bentuk yang
dipinjam dari dunia ini, maka pikiran tersebut mengambil bentuk yang dipinjam
dari dunia akal. Akal yang jernih dapat memberikan suatu kehidupan yang berlainan, rupa yang berlainan
dengan [lit : terhadap] pikiran; akal yang bingung menghasilkan pikiran-pikiran
yang tak berlainan. Dan seorang dapat melihat kebenaran ini dalam mimpi; mimpi
dari akal yang jernih adalah jelas dan berlainan. Mimpi dari orang-orang yang
tak berakal jernih, membingungkan. Disamping itu, yang paling penting adalah
melihat bahwa mimpi-mimpi para seniman, penyair, musisi, yang hidup dalam
keindahan, yang memikirkan keindahan adalah indah; mimpi-mimpi orang yang
akalnya mempunyai keraguan atau ketakutan atau kebingungan adalah dari karakter
yang sama sebagaimana akalnya.
Ini membuktikan bahwa akal memberi satu tubuh kepada
pikiran; akal mengirim bentuk kepada tiap pikiran, dan dengan bentuk tersebut
pikiran mampu mengada. Bentuk pikiran diketahui bukan hanya bagi orang yang
berpikir tetapi juga bagi orang yang memantulkan pikiran, yang dalam hatinya
terpantulkan. Maka itu ada komunikasi diam antara masyarakat. Bentuk-bentuk
pikiran seseorang memantul pada akal orang lain. Dan bentuk pikiran ini telah
kuat dan jelas ketimbang kata-kata, karena bahasa terbatas, sementara pikiran
mempunyai lingkup pengungkapan yang lebih luas.
*****
Bab Enam
S u g e
s t i
Kita sulit menyadari seberapa besar kita bergantung atas
sugesti pada kehidupan sehari-hari, khususnya dalam membentuk opini kita
tentang orang lain. Pujian dan penyalahan apa pun dari seseorang yang menusuk
telinga kita, [maka] segera muncul kepada kita sebagai suatu kenyataan; dan
hanya terdapat sedikit di dunia ini yang [dapat] menolak sugesti yang
datang kepada mereka [yang berasal] dari
orang lain, meski mereka sangat mengabaikan tentang fakta-fakta mereka sendiri.
Kita mungkin sangat berprasangka kepada seseorang yang kita belum pernah lihat,
tak pernah kenal, hanya karena apa yang orang lain telah katakan. Dan bagian
yang terpenting darinya adalah kita meragukan sanjungan tetapi kita siap
menerima sesuatu yang salah. Alasan untuk hal ini adalah pengalaman-pengalaman
kitalah yang membuat kita pesimistis. Semua kebejatan dan kejahatan yang kita
temukan dalam kehidupan mengesankan kita, dan pada saat itulah yang membuat
kita merasa bahwa, jika ada hal yang mengada merupakan kebejatan, adalah kejahatan.
Jika kita mendengar kebaikan seseorang, kita mulai meragukannya; kita pikir
bahwa mungkin kesalahan itu pada pihak orang yang memberitahu kita, bahwa
barangkali orang tersebut pengabai fakta-fakta, atau bahwa kita harus menunggu
hingga kita mengetahui lebih banyak mengenai orang yang sangat baik itu. Tetapi
suatu hal yang salah , [ketika] kita tidak mencoba menunggu saatnya, kapan kita
dapat menemui orang tersebut dan berusaha mengetahuinya dan melihat dimana
letak kesalahannya; [malah] kita
langsung [lit: secepatnya] percaya.
Ketika menimbang psikologi massa, kita melihat betapa
sering orang-orang besar, yang benar-benar telah bekerja untuk kawan [lit:
orang-orang] sejawat mereka, dalam kapasaitas apapun, jatuh dalam kekecewaan
tatkala ada orang berbicara menentang mereka; pada saat ini ketika kehidupan di
dunia sangat otomatis dan kita sangat bergantung kepada apa yang surat kabar
beritakan, kita secara kolektif mengganti opini orang banyak, dari hari ke
hari. Kita tidak pula mengetahui penyebab yang menjadikan mereka disanjung.
Pula kita tidak banyak mengetahui tentang mengapa mereka disalahkan.
Manakala orang mulai menyadari apa arti sugesti, banyak
yang bereaksi secara salah menentangnya. Misalnya, mereka mengira bahwa dengan
berkata kepada diri sendiri, “Saya sehat,” adalah sugesti, mereka berharap
cemas apakah tidak salah. Tetapi mereka tidak mengetahui bahwa dari pagi hingga
petang kita terkesan oleh sugesti yang datang kepada kita secara otomatis dalam
bentuk-bentuk yang berbeda. Hal yang penting, tidak terletak pada penerimaan
sugesti-sugesti atau dalam penolakan mereka; ia terletak pada pengertian apa
yang menguntungkan kita dan apa yang akan merusak. Sebagai contoh, suatu
sugesti sudah cukup membuat orang percaya [bahwa] sebuah rumah berhantu,
sehingga [hanya dengan] dirinya sendiri sudah cukup membuat mereka merasa takut
atau sakit.
Sugesti tentang kesulitan-kesulitan yang kita mesti
hadapi akan menghasilkan kesulitan-kesulitan. Sugesti dibuat orang dengan
berkata, “Orang ini menyukaimu,” “Orang ini tak menyukaimu,” semua orang
bertindak berlebihan atas seseorang sehingga sangat sering orang tersebut
diyakinkan oleh sesuatu hal, bahkan sebelum dia memulai mencoba dan menemukan
kebenaran tentangnya. Diantara seratus orang, kita akan sulit mendapatkan
seorang yang berharap mempelajari kebenaran sebelum dia menerima sugesti
apapun; bahkan sangat sering dia tak terusik tentangnya. Untuk mempercayai
sesuatu begitu orang lain telah mengatakannya, dan langsung membentuk opini
adalah cara termudah. ia menyelamatkan seseorang dari gangguan tentangnya
selamanya. Itulah sebabnya kita selalu siap menerima suatu sugesti, dan
begitulah seluruh kehidupan kita penuh dengan sugesti-sugesti. Sangat sulit
bagi orang yang kita membentuk suatu opini tentangnya hanya dengan mendengar
sesuatu memojokkannya. Pada kapasitas apapun, apakah dia menjadi relasi kita,
pelayan kita, atau atasan kita, dalam kasus apapun itu membuktikannya tidak
adil. Dan tidak berakhir [hanya] di sana. Ketika seseorang pernah mendengar
sesuatu yang melawan orang lain dan telah dibentuknya suatu opini tentangnya,
opininya bertindak atas orang tersebut dan membuatnya sebagaimana yang orang
lain pikirkan.
Dengan cara ini banyak orang yang tidak mengembangkan
dalam diri mereka suatu rasa keadilan, kapasitas untuk mengerti secara benar,
karena mereka bergantung atas perkataan orang lain. Jika seseorang yang berada
pada posisi sebagai pemimpin yang dia harus melakukan sesuatu dengan banyak
orang dan opininya berpengaruh, sehingga [lit: manakala] opininya dapat
mengubah kondisi banyak orang, [dan] tatkala orang tersebut secara halus
membentuk opini hanya dari mendengar tentang seseorang, [maka] banyaklah orang
yang di bawahnya menderita. Hal ini sering terjadi pada orang yang dengan
posisi tinggi. Manakala mereka tidak mempunyai waktu, tidak pula beranjak untuk
menempuh tantangan [lit: halangan] agar menemukan tentang orang lain yang
bergantung pada mereka atau orang yang bekerja di bawah mereka, dan tatkala
mereka mengubah opini mereka hanya karena orang lain telah mengatakan sesuatu,
ini menjadi sangat sulit . Sering kawan yang paling akrab dan jujur telah
memecahkan persahabatan mereka [karena] kelemahan penerimaan sugesti ini dari
orang lain. Antara relasi dan kawan-kawan seringkali terjadi perpecahan tanpa
suatu alasan.
Jalan terbaik bereaksi melawan suatu sugesti adalah
mencoba dan menemukan fakta-fakta. Tetapi sangat sering apa yang orang lakukan
adalah mencoba dan menemukannya dalam cahaya sugesti tersebut. Persis seperti
ceritera tentang Otello, yang tatkala dia memulai bertanya-tanya tentang
Desdemona, [lalu] menterjemahkan segala hal pada cahaya yang disugestikan
kepadanya.
Menurut metafisika, suatu cara menghilangkan dampak
sugesti dari akal adalah melalui konsentrasi: pertama adalah menetapkan
pikiran dalam akal seseorang, dan yang
lain adalah dengan menghilangkannya. Manakala seseorang melatih konsentrasi,
sesesorang mampu menghilangkan pikiran apapun yang dia [lit: seseorang]
inginkan. Dan untuk menanamkan pikiran yang seseorang ingin agar menetap dalam
pikirannya.
Tetapi disamping ini, dari titik pandang moral seseorang
harus menutup telinga dan matanya terhadap semua yang tak disetujui, tak
selaras, dan buruk terhadap semua persiapan yang seseorang berlawanan dengan
orang lain. Seharusnya seseorang tidak mengambil hati tentangnya. Ada banyak keindahan yang bisa
diselidiki dalam kehidupan kita, hanya jika kita dapat memalingkan mata kita
dari semua keburukan, dari semua yang tidak diharapkan, dan menatapkan mata
kita pada semua yang indah dan disepakati. Karena jika kita ingin merasakan
sakit hati dan terlecehkan serta terhalangi, tidak hanya ada satu hal, ada
seribu hal yang menhalangi kita. Satu-satunya cara untuk melewati mereka adalah
jangan mengambil hati [tentang] mereka.
Beberapa orang selalu nampak lebih menyukai berseberangan
terhadap sugesti yang diberikan. Itulah kelemahan yang lain. Dia menunjukkan
bahwa bukan hanya mereka benar-benar tidak mempercayai orang lain, tetapi pula
mereka tidak mempercayai diri mereka sendiri. Bentuk alamiah atau normal akal
adalah memiliki penguasaan atas segala hal, atas kondisi-kondisi, dan jika
sugesti datang dari orang lain, [usahakanlah] agar berpikir tentangnya. Dengan
berpikir tentangnya kita tidak perlu mempercayainya, kita perlu bertindak untuk
tidak melawanya, karena semua hal adalah sugesti, apakah mereka baik atau
buruk. Tidaklah benar bahwa sugesti-sugesti selalu salah, sugesti sering sangat
baik, tetapi jika seseorang selalu melawan segesti apapun, dia akan menolak
semua yang baik karena ketakutan.
Ada banyak orang di dunia ini akan mempertahankan diri
mereka sendiri sebelum mereka diserang. Tak seorangpun yang mempunyai niat
apapun untuk menyerang mereka, tetapi mereka sudah berada pada [keadaan siap
siaga]. Ada orang-orang yang dihadapan siapapun yang telah melecehkan mereka
berada pada [keadaan] siap perang; bahkan dihadapan siapapaun yang menghinanya,
mereka membayangkan bahwa seseorang meniatkannya. Ini adalah kecenderungan yang
salah dari akal, dan seharusnya mereka diperangi agar akal tetap jernih. Untuk
menjernihkan jalan kehidupan, mentalitas tetap harus bening.
Untuk menghindarkan sugesti berbahaya dari akal seseorang
berarti berjuang. Tetapi jika seseorang tidak mengetahui bagaimana berjuang
dengan benar dia akan meneruskan sugesti yang sama melawan penyakitnya dan
berkata kepada diri sendiri, ”Saya tidak sakit, saya tidak sakit,” karena kata tidak
dan sakit berada di sana, dia meneruskan keduanya. Atau seorang yang
berada dalam kemiskinan berkata, “Saya tidak miskin,” miskin yang di
sana disamping kata tidak, dan kemiskinan akan menetap bersamanya.
Sementara dia berjuang melawannya dia menyimpannya setiap saat di depan
akalnya; meskipun dia tidak menginginkannya seharusnya seseorang bertindak
bijak sehubungn dengan sugesti.
Sifat akal yaitu seperti sugesti petama yang membuat
suatu pengesanan yang dalam. Maka jika sekali seorang terkesan oleh hal yang
salah dan telah membentuk opini yang salah, amat sulitlah mengubahnya.
Disamping itu, ada orang-orang yang sudah duduk di atas opini-opini mereka.
Mereka tidak memegang opini, opinilah yang memegangnya; dan sekali mereka telah
membentuk opini tiada yang dapat mengubahnya, karena merupakan opini mati,
persis batu. Dimana batu itu ditempatkan, ia menggeletak, [karena] ia bukanlah
ujud hidup yang berjalan dan bergerak.
Umat manusia sangat menderita karena kelemahan ini, yang
menetap dalam ras manusia; dan karena terdapat cacat dalam pengetahuan
psikologi di dunia, ia menyebar dan menyebar setiap hari. Pada zaman purba umat
manusia menderita karena harus bergantung pada opini dari satu orang, tetapi
sekarang umat manusia menderita karena harus bergantung selamanya pada
opini-opini begitu banyak orang, bekerja secara otomatis sepanjang waktu.
Selama tahun-tahun terakhir, berapa banyakkah kepribadian yang muncul bersinar dihadapan dunia, berapa
banyak yang menjadi tenar selama beberapa waktu, dan berapa banyak yang jatuh
ke dalam kekecewaan. Alasannya adalah kerumunan pekerja secara otomatis dan tidak
mengetahui kenyataan. Apa yang ia ketahui adalah apa yang diceritakan. Jika
melalui surat kabar atau dalam cara apapun opini terbentuk, ia menjadi opini
masyarakat. Dan sering tidak benar, jarang ia dapat benar. Karena
kelebih-baikan kemanusiaan, orang harus diajar dari masa kanak-kanak agar mengerti
apakah kerja otomatis akal itu, dan apakah perbedaan yang terdapat diantaranya
dan [bagaimanakah cara] kerja akal dengan kehendak.
Dapatkah orang menanggulangi setiap hal dengan sugesti?
Dapat dilakukan tapi tidak dapat dikatakan. Ada banyak hal yang sangat besar
yang dapat diselesaikan, tetapi jika orang ingin membicarakan tentangnya,
sangatlah sulit. Bukan hanya orang-orang lain akan meyakininya, [bahkan]
seorang tidak akan mampu mempercayainya [dengan] diri sendiri, jika dia mulai
membicarakan tentangnya. Jika mereka dibiarkan tak terkatakan, banyak hal besar
yang dapat dilakukan ketimbang yang imajinasi orang dapat susun.
Pengesanan dan Keyakinan
Warna-warni dan bentuk-bentuk secara otomatis mensugesti
kepada kita pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan. Warna yang kita pakai dan
yang disekeliling kita mempunyai dampak atas kita dan memproduksi suatu
atmosfir. Pernah sekali saya pergi ke klab yang baru dibentuk, dan beberapa
anggota memberitahu kepada saya, “Sungguh ada beberapa ruh setan di rumah ini,
karena sejak kami memiliki klab kami di sini, setiap kali kami mengadakan rapat
komite terjadi pertengkaran!” Saya mengarahkan perhatian mereka kepada dinding
ruangan tempat mereka mengadakan rapat, yang ditempeli kertas merah. Saya
berkata,”Karena kertas warna merah inilah; ia berpengaruh kepada sifat api dari
sisi Anda, dan jika ada kecenderungan untuk bertengkar ia mendorong Anda.”
Tradisi kuno orang-orang bijak dan suci serta perenung
mengetahui ini, dengan pikiran [seperti ini] dalam akal mereka memilih
warna-warna pakaian mereka dan sekitar mereka. Kini gagasan ini diabaikan, dan
orang mengambil warna apapun yang marak [pada] suatu musim, tidak mengetahui
apa yang disugestikan kepada diri mereka sendiri dan kepada orang lain, dan
yang demikian itu mengiringi [lit: bersama] bentuk-bentuk sesuatu. Jika suatu
objek dibentuk dengan baik ia mensugestikan ritme dan keselarasan, dan jika
serampangan ia mensugestikan kebaikannya. *
Pada zaman kuno terdapat kepercayaan yang menyangkut
makhluk-makhluk halus yang baik dan buruk. Salah satunya didasarkan pada
prinsip bahwa setiapa warna mensugesti sseorang yang akan melakukan suatu
pekerjaan apatah dia akan berhasil atau gagal, kesan yang dia dapatkan dari
warna tersebut menetap dengannya sampai melebar hingga ia berpengaruh atas
pekerjaannya. Juga ada kepercayaan bahwa jika seorang bertemu [dengan] orang
yang jahat ketika menuju ke tempat kerja, [maka] orang tersebut akan sial,
bukan hanya [bertemu] dengan orang [jahat], namun apapun yang jahat yang orang lihat
pada suatu saat [akan] mempengaruhi ruhnya dengan kejahatan secara alami. Tidak
semua orang mengetahui tentang rona wajah. Tetapi setiap orang terpengaruh oleh
mereka. Dia menerima kesan dari mereka tanpa mengetahuinya, karena bentuk
mereka mensugesti sesuatu yang dia mungkin tak mampu menggambarkan, meski dia
mampu merasakannya. Suatu bahasa tanpa kata; ia menyampaikan sesuatu, walau tak
selalu mudah bagi orang untuk menterjemahkannya bahkan kepada diri mereka
sendiri.
Rasa sakit dan ketidak-nyamanan sering berlanjut dengan
daya sugesti. Ketika [lit: segera] seseorang merasa tak nyaman atau sakit, akal
mengulang, “ Saya merasa sakit, saya merasa tak nyaman,” dan sugesti ini
menambah kepada rasa sakit tersebut,
bagai bensin terhadap api. Sangat sering orang merasa letih sebelum orang
tersebut melakukan pekerjaan apapun karena pengalaman keletihan sebelumnya
tersugestikan kepadanya. Ada banyak kasus orang yang letih kerena pengesanan
dalam akal mereka yangmemberkan sugesti bahwa mereka letih. Sama halnya dengan
kelemahan, sekali orang terkesan dengan kelemahannya, kerentanan tubuh, kesan
ini terus berlangsung padanya; dia datang sebgai sugesti terdalam. Dan jika
seorang kawan baik yang mencoba membantunya dengan mengatakan, “Engakau nampak
sangat kusam hari ini,” maka ini hanya memperburuknya.
Terdapat sisi lain yang terpenting terhadap sugesti, dan
yaitu pengesanan terhadap suara hatinya seperti, “ Saya tidak adil; [saya]
berada di bawah harga diriku,” Tak diragukan bahwa kesan ini dihasilkan dari
sisi baik ujud seseorang, tetapi sering ia mengahasilkan sisi buruk. Karena
yang terjadi adalah lebih dahulu datang [suatu] gagasan yang berprilaku salah,
dan pada saat itu perasaan menjadi [lit: yang] tumpul, dan orang tersebut mulai memunculkannya dan
berpikir bahwa baik-baik saja. Tetapi ketika pengesanan telah berlaku salah,
menetap dan berkelanjutan bertindak atasnya, hal ini membuatnya melakukan yang
lebih buruk dan lebih buruk. Sehingga seorang yang pernah dipenjara sering
berlanjut masuk penjara, berlanjut melakukan kejahatan yang sama, dan ruh
kebaikannya telah menjadi tumpul. Sekarang dia terbiasa terhadap
kejahatannyadan terhadap hukuman, dengan kata lain ia telah menjadi tuan dari
situasi tersebut.
Kita melihat hal yang sama dengan anak-anak, Jika seorang
anak yang terkesan dengan sesuatu yang baik telah dilakukannya dan kita
menghargainya dan berkata, “Sangat bagus,” atau jika anak itu sendiri berpikir,
“Apa yang telah saya lakukan sangat bagus,” hal ini terus bekerja pada anak
tersebut, dan dalam cara ini akan terus meningkat dalam setiap hari.
Adalah karena mereka mengenal kekuatan sugesti sehingga
orang-orang terdahulu [lit: kuno] memberikan nama anak-anak mereka yang
maknanya akan mensugestikan gagasan-gagasan tertentu kepada mereka. Secara alamiah,
bila seseorang mendengar namanmya dipanggil oleh orang lain seratus kali
sehari, dia mempunyai sesuatu yang mensugestikan kepadanya seratus kali.
Mungkin dia tidak menyadari pada saat itu, tetapi kedalaman kesadarannya
menerima sugesti tersebut dan dia mengembangkan kualitas tersebut, karen itulah
sifat jiwa.
Gagasan ini sangat sedikit diketahui oleh [lit: bagi]
dunia, tetapi semakin diketahui, orang-orang semakin mengetahui nilainya. Tiada
satupun di dunia ini yang datang memberi sugesti lebih dalam kepada seseorang
selain namanya sendiri. Karena dia selalu dipanggil dengan nama itu sepanjang
waktu. Dan orang harus berterima kasih kepada orang-orang yang mulai mengerti
gagasan ini sehingga mereka dapat menyebarkannya diantara kawan-kawannya.
Terdapat sugesti otomatis pada nama. Setiap saat kita mendengar diri kita
dipanggil, ini menghasilkan perasaan dari nama itu, bukan hanya dalam kesadaran
kita tetapi juga dalam akal orang-orang yang memanggil kita. Secara otomatis
suatu perasaan muncul, dan semua ini bekerja untuk keuntungan kita.
Banyak pemberian nama dengan cara dangkal (thoughtlessly),
atau memberi nama tanpa makna, dan ini tentu saja tak mempunyai hasil. Jika
seorang telah diberi nama yang bermakna, misalnya, sesuatu seperti menyiksa, hidup orang tersebut mungkin
menjadi tersiksa pada akhirnya. Juga, para orang tua yang memberi nama anak
tersebut, sebuah nama yang tidak terinspirasikan, kerja otomatis
kekuatan-kekuatan kosmik mungkin mensugestikan kepada mereka sebuah nama
tertentu, dan nama tersebut akan membangun takdir anak tersebut.
Sudah menjadi kebiasaan bagi ahli mistik besar memberi
orang nama-nama yang baik agar menghasilkan hasil yang lebih baik.
Kadang-kadang nama yang diberikan oleh orang bijak atau ahli mistik pada saat
tertentu [karena ada] perasaan yang dalam, [sehingga] suatu nama muncul dari
hatinya, dan mengubah keseluruhan takdir dari orang tersebut sejak nama
tersebut diberikan. Yang miskin menjadi kaya, yang bodoh menjadi bijak, yang
tidak penting menjadi besar atau tenar. Ini bukan hanya suatu gagasan, tetapi
pengalaman yang berulang-ulang. Telah banyak kejadian tatkala seseorang telah
menerima sebuah nama sebagai suatu karunia dari orang yang shaleh dan
keseluruhan dari hidup mereka berubah. Kita mengetahui sangat sedikit kekuatan
nama, tetapi semakin orang mempelajari pertanyaan ini, orang tersebut semakin
menyadari bahwa nama orang dapat mempunyai pengaruh yang sangat besar atas
kehidupannya.
Tiada yang memberi suatu sugesti yang lebih kuat
ketimbang pengesanan dalam kesuksesan atau kegagalan, dari kelemahan atau
kekuatan , dari nasib baik atau buruk, dari lara atau senang. Dan sungguh
sayang manakala seseorang terkesan sangat dalam oleh kesepelean. Manakala kesan
ini berlanjut dimanakah dia akan mengarahkannya? Ia akan mengarahkannya kepada
kesepelean penuh, dan biasanya dia akan terpaksa muncul dengan dirinya sendiri.
Dalam cara seperti itu segi sikapnya yang seharusnya melawannya menjadi tumpul,
dan ini mengahasilkan keputus-asaan.
Ada banyak cara yang berbeda untuk mundur kembali,
seperti ketika seorang berkata, “Manakala saya berada ditengah orang-orang,
saya menjadi gugup, saya menjadi cemas. Bilamana saya diminta berbicara atau
melakukan sesuatu, saya tak mampu melakukannya,” Dia telah melakukan sugesti
kepada dirinya sendiri, dia telah memperlemah kekuatan penyelesaian yang
sebaliknya apa yang dia mampu telah terselesaikan. Membiarkan diri sendiri
[berkata], “Saya tak berkekuatan, saya tak berdaya, saya tak mempunyai pikiran,
saya tak berintelegensi,” [hal ini] hanya berarti melawan diri sendiri.
Sering orang yang kecewa dengan dunia berkata, “Hatiku
telah mendingin,” tetapi sebenarnya mereka yang mengerti kepada diri sendiri
yang menjadikan hati mereka menjadi dingin. Orang lain mungkin berkata, “Saya
tak mampu lagi mencinta.” Tetapi kita berasal dari cinta, kita sendirilah cinta
itu, kita terbuat dari cinta; bagaimana mungkin kita tak mampu lagi mencinta?
Semua sugesti-sugesti ini yang tidak dihasratkan dan tindakan bodoh yang
menentang kehidupan kita. Kemudian terdapat orang yang membayangkan bahwa tak
ada yang menyukai mereka. Mungkin tak seorangpun yang membenci mereka atau
bahkan tak menyukai mereka, tetapi biasanya bilamana suatu pikiran berkembang
dalam akal, mereka berkecenderungan untuk membenci atau menyukai.
Kita harus selalu mengingat bahwa manusia tidak dicipta
oleh Tuhan seperti kayu yang diukur oleh tukang kayu, karena tukang kayu
berbeda dari kayu dan manusia diciptakan dari ‘diri’ Tuhan; maka semua yang ada
pada Tuhan [juga] ada pada diri kita. Semua kekuatan dan kualitas yang berbeda
yang kita butuhkan dalam kehidupan dapat dicapai jika kita tidak mengabaikan
keberadaan mereka dalam diri kita sendiri. Manakala kita mengabaikan bahwa
mereka mengada pada kita, maka biasanya kehidupan akan menjauhkan diri kita
dari karunia tersebut yang merupakan milik kita. Bagaimana mungkin seorang
dapat beruntung jika dia meyakini dan berpikir bahwa segala sesuatu yang dia
sentuh menjadi salah? Bagaimana mungkin seorang dapat dicintai jika dia membawa
dalam hatinya pikiran bahwa setiap orang yang melihat dia tak menyukainya? Tak
seorang pun yang memusuhinya kecuali dirinya sendiri.
Gagasan psikologi ini tidak seharusnya menjauhkan kita
dari menggali prinsip-prinsip tatakrama. Jika seseorang tanpa pendidikan
berkata, “Saya terpelajar,” bukan bearti bahwa dia akan menjadi terpelajar.
Jika tanpa memiliki suara [merdu dan] dia mengaku sebagai [penyanyi] tenar, hal
ini tidak akan menjadikan dia sebagai penyanyi tenar. Jika dia tidak mempunyai
kualitas-kuallitas tersebut dia seharusnya tidak memprofesikan mereka, meski
dia mungkin mengantisipasi mereka dan mengharapkan mereka. Dia tidak seharusnya
mengatakan bahwa dia tidak berhak kepada mereka; dia harus mengatakan, “Saya
berhak kepada semua yang membuka pintu untuk maju,” Tetapi segera seorang
menerima penentangan diri sendiri bahwa dia tidak mempunyai kaualitas,
intelegensi, kekuatan, anugerah tersebut dalam dirinya. Dia sendiri yang
mengabaikan ruhnya dari dunia tersebut.
Ceritera berikut adalah contoh tatakrama bersama sugesti.
Seorang budak yang bernama Ayaz yang begitu dikasihi oleh Sultan sehingga
Sultan mengangkatnya [sebagai] bendaharawan. Semua permata dan mutu manikam
diberikan kepada tanggung jawabnya. Dan orang-orang disekeliling Sultan merasa
marah tentangnya, memikirkan bahwa seorang budak telah diangakat ke tataran
mereka dan bahwa dia diberi kepercayaan. Mereka selalu menunjukkan kesalahan
pada budak tersebut kepada Sultan. Suatu hari seorng kurir berkata. “Setiap
hari Ayaz pergi ke gedung harta, meski ia tak perlu, dan kadang-kadang dia
berdiam di sana berjam-jam. Dia tentu mencuri permata berharga dari penyimpanan
harta.”
Setiap hari Sultan mendengar berbagai hal yang memojokkan
Ayaz dan akhirnya dia berkata, “Jika benar-benar demikian, saya akan pergi dan melihatnya
dengan mata kepalaku sendiri.” Dia [lalu] pergi dan membuat lubang di dinding
sehingga dia dapat melihat dan mendengar apa yang budaknya lakukan di sana.
Sultan berdiri di luar, melihat ke dalam ruangan, tatkala Ayaz masuk dan
menutup pintu. Petama dia membuka peti yang di dalamnya permata-permata
berharga Sultan tersimpan; dan dari peti yang sama dia mengambil sesuatu yang
disimpannya di sana. Dia mencium dan menekannya kepada matanya, lalu dia
membuka bungkusan tersebut. Dan apakah itu? Pakaian yang sama yang ia pakai
tatkala dia dijual sebagai budak. Dia melepas pakaian toganya dan memakai
pakaian tersebut, dan dia berdiri di depan cermin serta berkata, “Ayaz ingatkah
Anda hari ini siapakah Anda sebelumnya. Bukan apa-apa, seorang budak dibawa ke
hadapan Raja untuk dijual. Raja menghargai sesuatu dalam dirimu. Mungkin Anda
tidak berhak [menerima]nya, tetapi cobalah sekuat tenaga menjadi setia kepada
Raja yang telah membuatmu siapakah Anda sekarang. Jangan pernah lupa hari itu
tatakala Anda memakai pakaian ini, bahwa jangalah mengangakat kepalamu dalam
kebanggaan di atas orang-orang yang bekerja di bawahmu; dan jangan pernah
membiarkan rasa terima kasihmu meninggalkanmu, karena kemakmuran selalu
memabukkan. Tetapkanlah kesadaranmu dan mensyukuri Tuhan. Berdoalah kepada
Tuhan agar menganugerahi Sultan umur yang panjang, dan berteima kasihlah atas
semua yang diberikan kepadamu.”
Kemudian dia melepas pakaiannya, memasukkan kembali ke
dalam peti, menutup pintu, dan keluar. Sultan mendekatinya dengan tangan
terbuka dan berkata, “ Ayaz, Andalah bendahara permata-permataku, tetapi
sekarang Andalah bendahara hatiku. Anda telah mengajariku sesuatu pelajaran
tentang bagaimana aku berdiri di hadapan Rajaku, [yang] dihadapan-Nya saya
bukanlah apa-apa.
Ini mesti menjadi sikap. Dia tidak memberi dirinya suatu
sugesti laranya sebagai seorang budak. Tetapi dari kenyatan bahwa dia harus
membuktikan penghargaannya. Manakala kita menjadi sadar tentang
ketak-berhargaan kita, tentang keterbatasan kita, ia tentu saja menolong kita;
walau ia benar-benar hanya menolong kita jika kita berharap menjadi lebih baik,
dia menetap di tempat dia berada; tetapi jika dia memasukkan kepada dirinya
sendiri, “Ya, hari ini saya lemah, tetapi besok saya akan lebih baik,” itulah
sikap yang benar. Jangan pernah kita membiarkan ruh kekuatan tersebut yang
dalam diri kita menjadi tumpul oleh perasaan tak mampu, karena esensi hidup
adalah harapan, dan tatkala kita berharap agar lebih baik, kita akan lebih
baik; tidak mungkin sebaliknya. Keputus-asaan lebih buruk dari pada kematian.
Lebih baik mati ketimbang kehilangan harapan.
Kita mampu melakukan apapun jika kita memilih membuat
upaya. Kita sering tidak memilih melakukan kesulitan. Dan mengapa tidak? Karena
kita tidak percaya : apa yang umumnya kurang pada diri manusia adalah
keyakinan. Inilah hal lain yang menarik: Anggaplah ada sepuluh orang yang duduk
dalam meditasi dan Yang Maha Mengatahui menganugerahkan mereka pengabulan,
untuk meminta sebanyak apapun harta yang mereka inginkan. Akankah kesepuluh
orang tersebut akan meminta jumlah yang sama? Tidak, karena tidak akan ada dua
orang yang akan setuju sehubungan dengan seberapa banyak yang bisa diperoleh.
Seorang akan meminta seratus, yang lain seribu, yang ketiga akan meminta
semilyar, dan yang keempat tidak meminta karena dia tidak meyakini bahwa apapun
dapat diperoleh.
Meskipun sungai mengalir dengan air jernih, orang yang
berbeda yang pergi kepadanya tidak akan mampu mengambil jumlah air yang sama.
Orang yang mempunyai gelas akan mengambil segelas, yang lain yang memunyai
kendi akan mengambil sekendi, yang ketiga yang mempunyai kantong karet akan
mengisi [sejumlah] itu, dan orang yang membawa tangki akan mengisi sepenuh
tangki. Dan begitupun kita semua dalam hidup kita: apa yang kita peroleh adalah
apa yang kita yakini memungkinkan untuk memperoleh[nya]. Apa yakin kita yang
tidak membolehkan kita untuk mencapai[nya] kita tidak mencapai[nya]; kita tidak
dapat mencapainya, karena kita hidup di dunia keterbatasan dan kita tidak dapat
meyakini di luar apa yang kita lihat. Apa yang menetapkan kita dari mempercayai
adalah bahwa kita terkesan oleh keterbatasan di sekeliling kita, dan kita tidak
akan pernah berpikir tentang atau yakin pada apapun yang berbeda dari apa yang
kita lihat.
Bagaimanakah seseorang dapat memperoleh keyakinan? Inilah
pertanyaan tersulit yang siapapun dapat menanyakan[nya], karena tak dapat
dipelajari, tak dapat dipikirkan; merupakan anugerah Tuhan . Secara esensial
keyakinan sama dengan keimanan, tetapi hanyalah tatkala keyakinan menjadi
keyakinan tetap (aconviction) ia berubah menjadi keimanan. Saya teringat
mursyidku (pembimbing ruhani) memberikan saya, dalam memberkati saya,
permohonan ini, “Semoga imanmu bertambah kuat.” Sebagai orang muda, saya pikir,
“Hanya itukah yang dia katakan kepadaku, bukan, ‘Semoga Anda terilhami,’ atau
‘Tercerahkan,’ atau ‘Termakmurkan,’ atau sesuatu yang lain?” Tetapi jika saya
memikirkannya sekarang, saya mengetahui bahwa dalam pemberkatn tersebut
meliputi segalanya. Manakala keyakinan diperkuat, maka terdapatlah segala hal.
apa yang kurang dalam kehidupan kebanyakan berkaitan kepada keyakinan. Tetapi
lagi, ini adalah bekan sesuatu yang orang dapat pelajari atau ajarkan atau yang
seorang dapat berikan kepada siapa saja; ia datang dari kepengasihan Tuhan.
Untuk menyatakan suatu keyakinan adalah satu hal, dan
benar-benar meyakini adalah hal yang lain. Banyak yang berkata bahwa mereka
meyakini, tetapi sedikit yang benar-benar meyakini. Ya, ada suatu saat tatkala
orang berada dalam mantra keyakinan, tetapi kemudian datang saat-saat yang lain
tatkala dia berada di bawah mantara ketidak-yakinan. Jika kondisi sirna dan
datanglah aliran keyakinan yang kokoh, maka, ketika sungai mencapai laut, jiwa
tersebut mencapai penyempurnaan.
Kata dan Suara
Adalah dalam ketergantungan dengan setiap perasaan yang
dibuat pada kita sehingga hidup kita berjalan [lit: bekerja], dan pengesanan
terbesar dibuat melalui kata. Injil
berkata, “Pada saat awal adalah kata…dan kata tersebut adalah Tuhan,” ini
membertahu kita kekuatan kreatif dari kata. Kata sama kreatifnya dengan Tuhan
sendiri. Di Timur, pada keluarga-keluarga yang baik, anak-anak diajar ketika
masih kecil untuk menghindari kata-kata yang mingkin kengakibatkan kesialan,
seperti, ungkapan yang anak-anak yang lelaki gunakan, Saya akan membunuhmu,”
“Saya akan menembakmu,”; atau seperti yang dipergunakan [oleh] anak-anak
perempuan, “Andai saya mati,” “Andai semuanya hancur.” Anak-anak diajar untuk
tidak pernah menggunakan kata-kata dengan makna perusakan, karena sejauh kita
ketahui pada saat tertentu semesta mungkin berhubungan dengan kata-kata
manusia, dan kata yang diucapkan mungkin terjadi. Jika dia telah mengatakan
sesuatu dia tidak ingin terjadi, akan lebih baik tidak pernah mengatakannya.
Orang tidak berpikir tentang ini. Mereka mengatakan hal-hal sebagai canda yang
mungkin megakibatkan kesulitan yang serius dalam hidup mereka, atau dalam hidup
kawan-kawannya, tidak menyadari betapa besar kekuatan kata-kata dalam hidup
kita. Maka itulah guru besar telah membuat ilmu tentang kata-kata, sehingga
dengan pengulangan kata-kata tertentu hasil yang pasti dapat dihasilkan dalam
karakter seseorang, dalam keadaannya. Seorang bahkan sapat menolong orang lain
dengan menggunakan kata tertentu.
Karakter manusia dapat diubah secara menyeluruh dengan
pengulangan kata-kata tertentu: hasil yang terbawa melalui pengulangan mereka
adalah mengagumkan. Maka sugesti sering terbukti menjadi rahasia keajaiban,
inilah suatu bidang yang masih tetap tak terungkap oleh ilmu, dan semakin manusia
mengetahuinya—barangkali lima abad yang lampau dari sekarang—dia akan semakin
meyakini bahwa dibalik segesti tersembunyi ruh Tuhan, rahasia dari segala
ciptaan.
Nada suatu kata terucap, musik suatu frase, sering
mensugestikan suatu makna yang sangat berbeda dari yang kata-kata dan frase
benar-benar maksudkan. Kata setjana seperti ya atau tidak menyampaikan
makna-makna berbeda dengan nada uang berbeda; musik suatu frase mungkin
menyampaikan baik pikiran yang ikhlas ataupun suatu sarkasme. Tidak setiap orang
dapat menerangkan dengan sangat baik apakah nada itu yang membuat maksud
berbeda, atau musik apakah yang sebenarnya yang mengubah rasa dari suatu frase;
tetapi secara otomatis seseorang mungkin mengatakan kata yang biasa atau suatu
frase dalam nada yang biasanya orang gunakan untuk mengungkapkan perasaan yang
dalam. Manakala ini terjadi banyak alasan bahwa bukanlah kesalahan mereka jika
telah salah faham, dan sehingga mereka tidak bisa disalahkan karena telah
mengatakan sedikit kata-kata sederhana—dan sesungguhnya, jika kata yang sama
telah dikatakan dalam nada yang lain mereka akan menjadi sederhana.
Bilamana kita menuju lebih dalam pada subjek ini, kita
mendapati bahwa setiap vokal mensugestikan suatu perasaan tertentu, dan maka
itulah nama-nama dan kata-kata memiliki dampak tertentu atas pembicara dan
pendengar tentang maksud mereka. Misalnya, sangata menarik menarik meraup dari
bunyi kata mengapa kembang sudah seharusnya disebut kembang dak mengapa
batu sudak seharusnya disebut batu. Kita merasakan dari bunyi kata bahwa
ia keras, jpadat; dan kita merasakan dari kata kembang bahwa ia lemhjt dan
indah. Orang-orang yang berbicara tanpa pengtahuan nada dan musik, orang-orang
yang tidak memiliki intuisi tentang bagaimana mengungkap pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan
mereka dalam nada yang tepat. Kita sering mendengar orang brkata, “Saya sudah
memberitahunya dan lagi memberitahunya, tetapi dia tidak mau mendengar ,”
Tetapi ini mungkin karena mereka tak-acuh tentang nada dan musik pembicaraan.
Ada alasan psikologis mengapa dia tak mau mendengarkan: barangkali nada
tersebut tidak pas, atau musik tersebut mengkin belum betul.
Suara mempunyai misteri besar. Suara individual
mensugestikan sesuatu, bukan hanya dari pikiran, perasaan, dan tindakan, tetapi
dari tingkat evolusinya, dari masa lalu, kini dan mendatangnya, jika sepuluh
orang mengatakan sesuatu yang sama, kita akan menemukan tiap dari mereka
mensugestikan rasa yang berbeda, suatu rasa yang melangkah lebih jauh dibanding
kata-kata itu sendiri. Sementara kata menjangkau sejauh pendengaran, perasaan
menjangkau ke depan di dalam hati. Suaralah yang membawa rasa (sense),
perasaan, dan ia mengungkap sangat banyak bahwa semakin orang mempelajarinya
semakin orang menemukan bahwa suara memiliki signifikansi yang sangat besar.
Ketika seorang berkata, “Saya berbicara, tetapi tak seorangpun yang
mendengarkanku,” dia tak biasanya mengetahui bahwa karena suaranyalah dia tidak
didengarkan. Bukan karena yang dikatakannya, tetapi apa yang suaranya
sampaikan. Tidak semua orang akan memperhatikannya, tetapi setiap orang akan
merasakannya secara otomatis. Bajik, bijak, tolol, lemah, atau, kepribadian
kokoh semua akan menunjukkan karakter mereka dalam suara mereka. Tidaklah
berlebihan mengatakan bahwa kadang-kadang suara seseorang mengungkap maksud
yang sangat berbeda dari yang dia katakan dalan kata-kata.
Manakala kita menelusuri rahasia bahasa dalam sejarah,
kita menemukan bahwa banyak bahasa yang diperkenalkan kepada kita hari ini
berasal dari hanya sangat sedikit bahasa-bahasa kuno. Tetapi jika kita
melangkah lebih jauh ketimbang sejarah membawa kita, kita akan menemukan bahwa
semua bahasa berasal dari satu bahasa, suatu bahasa yang ras manusia
mengetahuinya sejak dalam buaiannya, suatu bahasa yang manusia pelajari melalui
intuisi. Nama-nama yang dia berikan kepada setiap hal bersal dari apa yang tiap
benda sugestikan; dia menyebut benda-bensa berdasarkan kepada yang dia secara
intuitif merasakan saat melihat dan merasakan mereka. Itulah mengapa semakin
dekat kita menggapai bahasa-bahasa kuno, kita semakin menemukan rahasia sugesti
psikologisnya. Karena setiap kata dari bahasa-bahasa kuno mempunyai nilai
psikologis dan mensugestikan pemahamannya dalam suatu cara yang mendalam bahwa
sebagaimana jika kata tersebut telah datang sebagai suatu reaksi terhadap apa
yang hal aktual tersebut telah sugestikan. Akal-akal kita, dirusak oleh
bahasa-bahasa baru yang dirinya sendiri telah dirusak oleh percampuran, tak
dapat menggubah atau menghargai sepenuhnya bahwa perasaan yang orang temukan
dalam bahasa kuno, dan yang padanya mensugestikan bukan hanya makna dari kata
tersebut, tetapi pula sifat dan karakter serta misteri dari apa yang
teridentifikasi dengannya.
Pada prinsip inilah sehingga mantra yoga
ditemukan. Kata-kata yang memancar dari intuisi para yogi dan pemikir,
kata-kata yang menyampaikan maksud dalam cara sangat mendalam, suatu kata-kata
yang dikumpulkan untuk digunakan para pakar, orang yang mengulang-ulang mereka
dan dimanfaatkan melalui pengulangan ini. Mantra yoga berarti ilmu
tentang kata-kata, kata-kata yang sakral dan sangat membantu dalam evolusi
ruhani seseorang. Para yogi telah bekerja pada prinsip ini selama ribuan tahun,
dan telah menyingkap mesteri besar dalam kata-kata. Para sufi sepanjang masa
telah mengikuti prinsip pembuatan kata-kata ini yang mensugestikan pemahaman
tertentu, suatu pemahaman yang orang berharap membawa keluar dan membuat
realita dalam kehidupannya sendiri. Tak diragukan lagi perlu mengetahui
makna-makna kata-kata sakral yang orang ulang-ulang; ini memberikan pengaruh
lebih besar ketimbang konsentrasi hening, tersedia di sana kekuatan konsentrasi
dan perasaan ikhlas dibalik kata tersebut.
Sugesti kata-kata sakral pertama-tama mengesankan ruh
seseorang, membantu menyeimbangkan kualitas, kebaikan, penghargaan, kekuatan
inspirasi-inspirasi yang kata-kata tersebut sugestikan. Dan mekanisme ujud
lebih dalam sedemikian hingga setiap kata yang orang ulang-ulang berkali-kali
menjadi lebih hidup setiap kali [diulang], dan kemudian mekanisme ini berlanjut
pada pengulangan kata yang sama secara otomatis. Sehingga jika seorang telah
mengulang kata sakral selama lima belas menit, sepanjang siang dan malam kata
ini berlanjut [terulang], karena ruh mengulangnya secara otomatis.
Pengaruh lain pengulangan ini yaitu, kata terpantulkan
pada ruh semesta, dan mekanisme semesta kemudian memulai mengulangnya secara
otomatis. Dengan kata lain, apa yang diulang manusia, Tuhan lalu memulai
mengulang, hingga termaterialisasi dan telah menjadi suatu realita pada semua
tatanan keberadaan.
Terdapat pula kata-kata berbahaya. Sebenarnya sungguh
banyak terdapat kata-kata berbahaya yang orang tak dapat mengingatkan orang
lain melawan mereka. Agar dapat menghindari pengaruh kata-kata buruk. Terdapat
kebiasaan yang sangat menyenangkan di India diantara orang-orang tertentu.
Alih-alih mengatakan, “Bilamana Anda sakit saya akan menjengukmu,” mereka akan
mengatakan, “Tatakala musuh-musuhmu sedang sakit saya akan menjengukmu.”
Para ahli mistik sepanjang masa telah menyertakan
kepentingan besar kepada misteri kata, dan setiap pakar yang telah terbetahkan
jalan mantra yoga selalu sampai di issue yang dihasratkan. Tidak diragukan lagi
kebetahan, kesabaran, dan keimanan dibutuhkan dalam penyelesaian kegiatan
mistik melalui pengulangan.
Pergerakan
Setiap pergerakan mempunyai signifikansi
lebih besar ketimbang [yang] seseorang dapat bayangkan. Orang-orang terdahulu,
mengenal fakta ini, mengetahui psikologi pergerakan, dan sungguh sangat
disayangkan bahwa ilmu tentang pergerakan dan tentang pengaruh psikologinya
nampaknya sangat sedikit diketahui saat ini. Pergerakan adalah kehidupan,
ketiadannya bak kematian. Semua yang memberi pembuktian kehidupan dalam bentuk
apapun adalah pergerakan; semua yang menunjukkan rambu kematian dalam bentuk
apapun adalah [karena] ketiadaan pergerakan.
Pergerakan dapat dipahami dari titik yang
berbeda, dan terdapat berbagai macam pergerakan. Ada pergerakan seketika [yang]
alami, yang lebih sering nampak dengan memperhatikan pergerakan anak-anak tanpa
dosa yang belum dipelajari mereka dari manapun, orang yang belum terpengaruh
oleh orang yang setelah melihat orang [lain] membuat pergerakan, dan hanya
membuat mereka secara alamiah, mengungkapkan perasaan-perasaan yang kata-kata
tak pernah ungkapkan. Ketika perasaan kekaguman, ketakutan, kenikmatan,
kesemarakan, kasih sayang, atau penghargaan diungkap secara alami, mereka
menyingkap lebih banyak dari pada yang selamanya kata-kata dapat katakan.
Kemudian ada pergerakan yang dapat
digolongkan sebagai suatu bahasa dari orang-orang yang berasal dari suatu
komunitas, keluarga tertentu, negara tertentu. Hanya pera anggota komunitas
tertentu tersebut yang mengetahui bahasa tersebut: yang lain sangat lalai
tentangnya. Pergerakan-pergerakan ini yang telah menjadi ungkapan-ungkapan
bahasa yang tidak dimengerti oleh rakyat negeri lain, tetapi mereka bukan
pergerakan-pergerakan alamidan seketika yang disebutkan diatas yang seperti
suatu bahasa bagi keseluruhan. Misalnya cara ketimuran memanggil seseorang
adalah dengan semua jemari; itu mensugestikan, ”Saya memanggilmu dengan seluruh
hatiku,” dan jika seseorang memanggil orang lain hanya [dengan] satu jari
dianggap tidaklah sopan. Di Italia dan negara-negara Mediteranian lain terdapat
cara yang sama untuk [lit: tentang] memberi isyarat kepada orang lain. Di semua
negar-negara Timur pergerakan-pergerakan tersebut mungkin berbeda, mungkin ada
juga beberapa pergerakan yang seperti terdapat di Eropa Selatan; terdapat
alasan-alasan psikologi mengapa pergerakan-pergerakan ini bisa serupa.
Ada perubahan-perubahan besar dibuat melalui
sugesti-sugesti, bahwa tindakan-tindakan kita dan pergerakan-pergerakan
seseorang dibuat bagi diri sendiri dan bagi orang lain. Ada beberapa
tindakan-tindakan dan pergerakan-pergerakan yang bertindak apatah menyenangakan
bagi kita atau bagi orang lain.
Salutasi yang orang-orang Hindu buat antara
satu dan yang lain berarti bahwa kita merajut kesatuan. Mempertemukan kedua
telapak tangan bermakna kesatuan; mengangkat mereka ke atas bermakna evolusi.
Salutasi yang orang-orang muslim buat, mengangkat tangan kedepan, mensugesti
berdiri, dalam aspek apapun yang memungkinkan. Dan apatah orang mengerti
maksudnya atau tidak serta membuat salutasi tersebut dengan pikiran atau tidak,
dia mempercayai pengaruhnya sama saja baik lebih besar atau lebih kecil. Sudah
banyak kerajaan-kerajaan dan raja-raja telah dijatuhkan dari kebesaran
keagungan mereka melalui salutasi; yang diperkenalkan di istana mereka melalui
lingkungan kedengkian mereka. Salutasi-salutasi tersebut adalah merendahkan
tangan dari atas.
Kebiasaan seperti menyilangkan kaki sementara
tidur mensugestikan suatu aral; suatu aral yang menghadang perjalanan
kehidupan, yang berarti merintang terhadap semua kemajuan. Orang
menggemertakkan gigi di malam hari, yang biasanya mensugestikan keruntuhan, dan
ia berpengaruh dalam cara peruntuhan kehidupan. Orang-orang mempunyai kebiasaan
menepuk-nepukkan tangan pada kepala mereka, yang secara praktis mensugestikan
pencegahan setiap macam kebangkitan. Mereka mempunyai kebiasaan melipat tangan
mereka yang dengan jelas mensugestikan penyerahan [diri]. Ketika kemaharajaan
Mongol dari Delhi pergi melihat seorang darwisy di hutan, dia dan
menterinya melihat darwisy tersebut sedang duduk dengan tangan terlipat
dan kakinya merenggang keluar. Darwisy tersebut melihat mereka datang
dan duduk didekatnya, tetapi dia tidak mengubah posisi. Menteri tersebut,
bertanya-tanya akan hal itu, membuat penekanan sarkastik, “Berapa lamakah,
wahai darwisy, telah Anda renggangkan keluar kaki Anda?” Dia menjawab,
“Hanya sejak tanganku telah terlipat.” Melebarkan tangan keluar berarti rakus
atau ingin, dan pelipatan meniadakannya.
Kadang-kadang seseorang menghalangi jalan di
depan kita tatkala kita berjalan. Khususnya manakala kita memulai pekerjaan
esensial tertentu, ini mensugestikan rintangan. Kadang-kadang pulpen terjatuh
dari tangan kita tatkala kita memulai menulis. Itu berarti bahwa apa yang akan
kita tulis tidak akan berpengaruh. Gelas mungkin pecah sebelum kita meminum
anggur, berarti kehidupan belum mengizinkan kebahagiaan yang kita inginkan.
Jika seikat kembang dibawa kepada kita ketika kita memulai suatu perjalanan,
akan mensugestikan setiap macam kesuksesan. Ini menunjukkan bahwa setiap
pergerakan di sekeliling kita mensugestikan kepada kita suatu hal dan
berpengaruh pada kehidupan kita.
Orang-orang dahulu di Timur, di Mesir dan di
India, mempunyai tarian mistik. Setiap tarian mempunyai ceritera lengkap, dan
setiap ceritera memiliki pengaruh atas orang yang melihatnya. Dikatakan bahwa
tarian Mahadeva menguasai lelangit; tarian Krishna membuat dia berjaya
[atas] Kounsa, sang monster. Begitupun di antara para sufi tarian para darwisy
memiliki makna tersendiri [lit : mereka]. Orang-orang pengabai pengaruh
psikologi adalah selalu terhancurkan jika mereka mempermainkan keajaiban
pergerakan. Vajad Ali Syah, maharaja (paradish) dari Lucknow, dan raja
Burma merupakan korban-korban dari pelecehan keindahan pergerakan-pergerakan.
Tukang sulap melakukan semua pekerjaan mereka dengan objek-objek yang
mensugesti, bersama dengan pergerakan-pergerakan.
Ada juga pergerakan-pergerakan individual,
pergerakan-pergerakan yang individual buat, menunjukkan dengan hal tersebut
kedudukan khusus dari kondisi kesehatan dan mentalnya; sehingga seseorang dapat
membaca kondisi orang lain melalui pergerakan yang dia buat. Dan jika seseorang
memiliki wawasan ke dalam pergerakan-pergerakan, orang tersebut dapat mencerap
melalui pergerakan orang lain apatah mata dan telinga berfungsi dengan baik
ataukah dia mempunyai sesuatu yang salah dengan bagian manapun dari rasanya.
Pergerakan-pergerakan juga menunjukkan karakteristik dari seseorang, sikapnya,
titik pandangnya, cara pandang pada kehidupannya. Kehalusan atau kekasaran
karakter seseorang seperti kebanggaan dan penghinaan [yang] dapat pula
disingkap dari pergerakan-pergerakan alamiah dari orang tersebut.
Apakah benar membuat pergerakan-pergerakan?
Semua benar, pergerakan–pergerakan atau tanpa pergerakan-pergerakan, karena
setiap hal memiliki kegunaan-kegunaannya, setiap hal memiliki maknanya. Adalah
benar menggunakan semua hal yang benar, adalah salah menggunakan setiap hal
yang salah. Tidak diragukan [bahwa] terdapat pula makna dalam pengendalian
pergerakan-pergerakan. Jika seseorang dibolehkan terus berjalan dengan
pergerakan-pergerakannya, kita tidak mengetahui dimanakah ia akan berakhir,
tetapi pada saat yang sama melalui penekan-ulangan pergerakan-pergerakan
seseorang dapat berubah menjadi sebuah batu; dan begitupun terdapat banyak
orang yang dengan keindahan perasaan dan pikiran-pikiran lembut, berubah
menjadi batu karena mereka berlebihan dalam mengendalikan pergerakan-pergerakan
mereka. Setiap hari suatu kekakuan [yang] lebih besar mendatangi mereka, dan
hal ini bekerja berlawanan dengan karakter asal mereka. Mungkin mereka tidak
menjadi kaku secara alami, tetapi mereka menjadi kaku karena mereka berpikir
berlebihan untuk mengendalikan pergerakan-pergerakan mereka, bahkan terhadap
perluasan pengubahan menjadi batu. Orang melihat hal ini terjadi berkali-kali.
Dengan penekan-ulangan suatu pergerakan seseorang mungkin telah mengubur suatu
pikiran atau perasaan [yang] hanya seperti bahwa melalui pergerakan-pergerakan
seharusnya dilempar keluar, alih-alih menetap dalam dirinya; lebih baik hal itu
dilenyapkan tinimbang dikubur dalam hati. Tak diragukan ada cara lain untuk
melihatnya, dan yaitu dari titik pandang kendali-diri; tetapi ini milik
asketisme, yang terdapat subjek lain bersamanya.
Kemudian terdapat pergerakan-pergerakan lebih
diperhalus yang termasuk dalam seni. Seni ini seni pergerakan-pergerakan ini
dapat dibagi ke dalam tiga belas. Yang pertama memiliki kasih dan kehalusan
pergerakan-pergerakan ditetapkan dengan keahlian dan kelembutuan, keselarasan
yang mereka ungkapkan, dan musik yang mereka miliki dari diri mereka. Berikutnya
adalah pergerakan-pergerakan yang menyampaikan maksud dari apa yang orang
katakan sepenuhnya. Bilamana seni berbicara dan seni bernyanyi dipisahkan dari
seni pergerakan, ini tentulah membawa serta sesuatu yang amat indah dan cantik,
karena pembicaraan, pendawaman, dan penyanyian berangkat bersama
pergerakan-pergerakan. Dan kelas ketiga pergerakan-pergerakan atau
menterjemahkan musik dalam bentuk pergerakan-pergerakan.
Tetapi aspek yang paling esensial dari
pergerakan adalah bahwa pergerakan bukan hanya mensugestikan makna yang
dimaksudkan, tetapi itu, berdasarkan pada sifat dan karakter. Dapat membuat
suatu pengesanan pada orang yang melihatnya atau pada orang yang membuatnya,
suatu pengaruh yang dapat secara otomatis bekerja membentuk suatu takdir dalam
kehidupannya. Pada zaman dahulu setiap pergerakan-pergerakan yang pendeta buat
selama pelayanan atau upacara mempunyai signifikansi psikologis, dan
berdasarkannya membuat pengesanan pada orang-orang yang menghadiri pelayanan
tersebut. Bukan hanya kita benar-benar menyertakan suatu makna pada pergerakan,
tetapi sangat sering suatu makna memiliki maknanya tersendiri, dan makna
tersebut memiliki pengaruh. Orang dapat membahayakan diri sendiri atau orang
lain, tanpa mengetahui signifikansi pergerakan yang dia buat.
Bagaimanakah kita mengetahui pergerakan
manakah yang berpengaruh baik dan merusak? Semua yang kita ingin ketahui, kita
dapat mengetahui dan akan mengetahui mereka; sering kita tidak dapat mengetahui
berbagai hal karena kita tidak peduli untuk mengetahui mereka. Bidang
pengetahuan begitu luas dan meski begitu dekat yang sekali kita tertarik pada
suatu subjek bukan hanya kita yang menuiju kepadanya, tetapi subjek itu yang
datang kepada kita. Untuk memulai menyingkap signifikansi pergerakan, karakter
mereka, sifat mereka, misteri mereka, kita hanya harus menyaksikan. Pemahaman
kita tentang proporsi yang benar, pemahaman kita tentang keindahan dan
keselarasan, akan mulai menunjukkan [kepada] kita apa yang mesugesti perusakan
dan apa yang mesugesti keselarasan, simpati, cinta, keindahan atau kehalausan.
Kita hanya harus memberikan perhatian kepadanya dan akan datanglah semua.
Tetapi untuk menggambarkan yang mana pergerakan konstruktif dan yang mana
destruktif akan mengambil tempat yang banyak. Barangkali sama sulitnya dan sama
lembutnya seperti membuat yang mana kata destruktif dan yang kontruktif, dan
apa yang menyembunyikan signifikansi psikologis yang setiap kata miliki
disamping makna biasanya.
Lebih lanjut, kehidupan kita seperti
sekarang, begitu sibuk dan begitu dikuasai [oleh] hal-hal materi, memberikan
kita kesempatan kecil untuk melihat ke dalam signifikansi hidup yang lebih
dalam. Membiarkan akal kita dikuasai di sepanjang hari, sehinggga kita telah
menjadi pengabai tentang sesuatu dibalik tirai kehidupan itu sendiri yang
padanya kita hidup, tentang pergerakan disekeliling kita, dan tentang
pergerakan yang kita buat. Merupakan kepayangan, dan menetapkan kita mengambang
pada permukaan, pengabai ke dalaman kehidupan, karena kita tidak memiliki waktu
memikirakan hal-hal ini. Bagaimanapun, hal-hal ini memiliki makna mereka,
signifikansi mereka, dan pengaruh mereka sama belaka, apatah kita mengetahui
mereka atau tidak.
Keberkatan yang diberikan oleh orang bijak,
harapan-harapan dan doa-doa baik para guru, selalu dekat dengan pergerakan.
Pergerakan yang membuat doa-doa hidup, mereka meyakinkan bahwa keberkatan
dianugerahkan. Tak diragukan jika pergerakan tanpa pikiran hening dan perasaan
dalam adalah sangat kurang tinimbang pikiran dan perasaan; hampir tidak ada.
Tetapi manakala pergerakan dibuat dengan pikiran yang hidup dan ikhlas serta
dengan perasaan yang dalam, akan membuat pikiran dan persaan seribu kali lebih
efektif.
Sugesti dalam Praktik
Sugesti praktis mempunyai empat aspek. Yang
pertama adalah sugesti yang dibuat kepada diri sendiri, yang disebut sugesti
mandiri; yang kedua adalah sugesti yang dibuat kepada orang lain; yang ketiga
adalah yang dibuat untuk ciptaan yang lebih rendah; dan yang keempat, yang
sedikit diketahui oleh dunia keilmuan
dan yang selalu sudah dimengerti oleh para ahli mistik, yaitu sugesti yang
dibuat kepada objek-objek.
Sugesti mandiri adalah sesuatu yang dibuat
untuk membantu diri sendiri untuk terdorong atau melempem, menjadi sehat atau
sakit, menurun atau menaik, bahagia atau tak bahagia. Ada dua macam sugesti
mandiri: suatu jenis yang orang secara intensional, dengan sadar membuat kepada
diri sendiri dan yang atasnya keseluruhan pelatihan mistik didasarkan, dan
sugesti yang dibuat kepada diri sendiri secara otomatis. Tidak mengetahui
sifat-sifatnya begitu pun hasil-hasilnya.Jenis terakhir dari sugesti dibuat
oleh setiap orang kepada dirinya sendiri tanpa mengetahui apatah untuk
keutungannya atau kerugiannya; dengannya banyak yang menurun dan sangat sedikit
yang menaik. Terdapat banyak [orang] yang tanpa mengetahuinya menjadi jatuh
cinta dengan ketak-beruntungan. Mereka akan meneriakkan, “Saya membencinya,
saya tidak menginginkannya, saya tidak ingin sakit, saya tidak ingin menjadi
tak beruntung,” meski pada saat yang sama tanpa sadar mereka secara
berkesinambungan mensugestikan yang berlawanan dengan diri mereka sendiri
dengan berpikir, “Saya sangat sakit, saya sungguh tak beruntung, saya begitu
bodoh, saya amat lemah.”
Terdapat juga dua macam sugesti yang orang
buat untuk orang lain. Salah satu sugesti yaitu yang orang buat untuk menolong
orang lain agar sembuh dari semua penyakit atau membantunya meningkatkan
kehidupannya atau kerakternya. Dan yang lain adalah yang orang buat dari
kebodohan atau keluar dari pengabaian pengaruhnya. Misalnya, seseorang
mengatakan dalam canda kepada seoorang kawan. “Saya akan menembakmu hari ini.”
Suatu kelakar, tetapi dia tidak mengetahui apa pengaruh kelakar tersebut yang
dapat terjadi atas kawannya. Orang begitu mudah berkata dengan cara berkelakar,
“Anda akan menjadi bangkrut jika Anda terus berbelanja seperti ini,” atau,
“Apakah Anda hendak mati?” “Anda akan benar-benar akan mengalami kecelakaan.”
Orang bisa saja mengatakannya, tanpa menyadari pengaruh apakah yang dapat
terjadi, lebih cepat atau lebih lambat, atas orang lain. Kadang-kadang untuk
menunjukkan persahabatan seseorang berkata, “Tetapi betapa lemah Anda
nampaknya! Anda benar-benar lesu. Anda tidak dapat merasa sehat!”
Sugesti-sugesti ini sering membuat orang lain menjadi sakit.
Kemudian ada sugesti yang orang buat untuk
ciptaan yang lebih rendah. Semua hewan peliharaan sepeti anjing, kucing dan
kuda menerima sugesti dan siap bertindak atasnya. Ini menunjukkan bahwa
tidaklah benar, seperti banyak orang yang berkata, bahwa ciptaan yang lebih
rendah tak berakal. Bukan hanya mereka mempunyai akal tetapi mereka juga
mempunyai hati, dan sangat sering lebih jelas dan lebih hidup ketimbang yang
disebut manusia.
Dan jenis keempat dari sugesti adalah sugesti
yang orang buat kepada suatu objek. Dalam zaman materialisme ini tidak
dimengerti oleh kebanyakan orang, tetapi dari sudut pandang mistik sering
seefektif dan seluar-biasa dengan sugesti-sugesti lain yang telah saya
sebutkan. Pada zaman dahulu sering seorang pahlawan, sebelum pergi berperang
biasanya membawa pedang di tangan dan mengucapkan kata-kata persahabatan
kepadanya. Dan akan mengatakan, “Saya telah membawamu di tanganku sehingga Anda
akan menjadi pendukungku, pelindungku, dan sahabatku di medan perang. Semuanya
saya tinggalkan di rumah, tetapi Anda saya bawa bersama denganku, sahabatku,
pedang tercintaku.”
Seorang musisi di India, sebelum menaikkan vinanya,
biasanya menyalami alat musiknya, berkata, “Andalah hidupku, Andalah
inspirasiku, Andalah makna-makna penampakan jiwaku; kusalami Anda dengan penuh
kerendahan hati. Anda akan disisiku bilamana saya bermain.” Tak sorang pun akan
mengetahui pengaruhnya kecuali orang yang telah mengucapkan kata-kata ini; dia
mengetahui kehidupan apa yang telah dia simpan ke dalam objek tersebut. Alat
[musik] tersebut yang sebelumnya merupakan objek, [kini] telah berubah menjadi
ujud yang hidup.
Semua cara-cara seperti praktik-praktik melantunkan
nama-nama sakral dan mengulang-ulang nyanyian ruhani di sebuah rumah baru
adalah sugesti dan berpengaruh meski [hanya kepada] objek-objek. Bagaimanapun,
mungkin nampak bodoh kelihatan dari luar, tetapi faktalah yang tinggal bahwa
semua hal dan ujud-ujud menampilkan kehidupan, walaupun banyak yang lebih
terbuka terhadap sugesti dan perasaan serta yang lain-lainnya nampak kurang
terbuka. Tetapi meskipun yang belakangan terbuka terhadap sugesti; kitalah yang
tidak terbuka untuk melihat mereka menerimanya. Orang yang mengetahui misteri
ini, mengetahui hukum alam yang luar biasa. Begitu suatu jiwa terbuka terhadap
misteri ini kehidupan mulai meyingkapkan dirinya, dan juga mulai berkomunikasi
dengan kehidupan.
*****
BAB TUJUH
Pemantulan
MANUSIA DAN HEWAN
Dunia akal dalam istilah sufi disebut aina
khana, yang berarti istana cermin-cermin [dan] sangat sedikit orang yang
mengetahui fenomena tersebut bahwa istana cermin-cermin memiliki di dalamnya.
Bukan hanya di antara manusia tetapi juga pada ciptaan lebih rendah orang
menemukan fenomena pemantulan.
Orang bertanya-tanya sekecil apakah
kuman-kuman dan ulat-ulat yang hidup pada makhluk hidup yang kecil, mencapai
atau memikat makanan mereka. Sebetulnya, akal-akal mereka menjadi terpantulkan
pada makhkluk hidup kecil yang kemudian menjadi makanan mereka. Benarkah untuk
titik tertentu bahwa hewan-hewan tidak berakal: mereka tidak memiliki yang
ilmuwan sebut akal berdasarkan pada istilahnya. Tetapi berdasarkan pada ahli
mistik, intelegensi yang sama yang ada pada manusia ditemukan pada derajat
lebih rendah. Mereka bearakal, tetapi tidak begitu jelas, dan maka itu, dengan
pembandingan orang bisa mengatakannya seperti tidak berakal. Tetapi ahli
mistik, meski ia mungkin tidak begitu jelas, tetap merupakan cermin juga.
Persahabatan, kebencian, pertarungan yang
terjadi di antara burung-burung dan hewan-hewan. Mereka menjadi pendamping (mates)
— semua ini terjadi tidak seperti pikiran atau imajinasi, tetapi sebagi
pantulan diri dari satu cermin kepada yang lain. Apakah yang ia tunjukkan?
Menunjukkan bahwa ciptaan lebih rendah dan lebih alami ketimbang bahasa yang
manusia telah buat, dan manusia telah amat jauh dari alam tersebut, cara
pengungkapan intuitif. Anda mungkin
bertanya [kepada] penunggang manapun tentang kenikmatan menunggang, yang dia
menunggang lebih memuaskan dan lebih baik dari pada bentuk olah raga atau kenikmatan
yang lain. Dia mungkin tidak dapat
memberi alasannya tentang fenomena pemantulan ini: manakala pemantulan
pikirannya jatuh pada akal kuda tersebut, kedua akal mereka terjurus antara
satu dengan yang lain dan kuda itu mengetahui kemana penunggang itu hendak
pergi. Semakin terjadi lebih simpati antara penunggang dan kuda tersebut,
semakin nikmat orang menunggang. Setelah menunggangi kuda tersebut, alih-alih
merasa lelah [malah] merasa bangga; kenikmatan [yang dirasakan] lebih besar
ketimbang kelelahan. Dan semakin besar komunikasi yang terjadi antara akal kuda
dan pengunggang, semakin besar kenikmatan penunggang yang muncul darinya, dan begitupun kuda. Kuda
itu mulai merasa simpati dengan
penunggangnya pada saat itu.
Ada suatu ceritera tentang seorang penunggang
Arab yang terjatuh di medan perang, tak seorang pun yang dekat untuk mengurus
jenazahnya, dan kudanya berdiri disana [selama] tiga hari tanpa memakan apapun
di [bawah] terik matahari, hingga orang datang dan menemukan mayatnya. Kuda tersebut
menjaga mayat tuannya terhadap burung pemakan bangkai. Suatu ceritera juga
dikenal tentang seekor anjing yang melolong [selama] tiga hari setelah kematian
kawannya, dan mati pada akhir hari ketiga, itulah pemantulan yang dengannya
mereka berkomunikasi antara satu dengan yang lain.
Sering orang melihat kuda-kuda dan
hewan-hewan sirkus yang lain bekerja dengan mengagumkan berdasarkan perintah
yang diberikan kepada mereka. Itukah akal mereka? Pernakah mereka
mempelajarinya? Tidak, mereka tidak pernah mempelajarinya; tidak dalam akal
mereka. Pada suatu saat tatkala orang berdiri dengan cambuknya, pemantulan dari
akalnya tercermin pada akal-akal mereka. Jika mereka ditinggal sendiri mereka
tidak akan bekerja, mereka tidak akan berpikir tentang hal tersebut. Alasannya
yaitu, sebagaimana disebutkan dalam Alqur’an, “Kami telah menciptakan manusia
pemimpin ciptaan.” Ini berarti semua ujud disekeliling manusia, besar atau
kecil, tertarik kepada magnetismenya; mereka semua menghadap kepadanya, karena
dia adalah perwakilan (representative) dari Tuhan, dan mereka tak sadar
mengetahuinya dan menyerah kepadanya. Gajah-gajah di Burma bekerja di hutan,
mengangkut kayu gelondongn, tetapi pikiran manusialah yang melatih mereka,
tercermin pada mereka, itulah yang membuat mereka bekerja. Manakala orang
mempelajari sesaat orang akan menemukan bahwa tidaklah dilatih, merupakan
pemantulan; apa yang orang itu pikirkan di akalnya, hewan-hewan itu
melakukannya. Bisa dikatakan mereka menjadi kaki dan tangan tuannya. Dua ujud
menjadi satu dalam pikiran, seperti dalam satu bait Persia, “Kala dua hati
berengkuh satu, mereka mencipta jalan menembus gunung.” Mungkin ada relasi yang
diterapkan antara manusia dan hewan, tetapi sangat sulit untuk menetapkan
kesatuan tersebut di antara mereka.
Ada ceritera tentang Daniel, yang memasuki
gua singa, dan dengan segera singa-singa tersebut berubah jinak. Apakah dia
menghendaki mereka seperti itu? Tidak, karena ketenangan dan kedamaan hati
Daniel-lah memantul pada singa-singa tersebut yang membuat mereka tenang seperti dia.
Kedamaiannya sendiri menjadi kedamaian mereka. Orang mungkin bertanya, “Setelah Daniel
meninggalkan gua singa tersebut, tetap samakah [keadaan] mereka?” Terbuka
keraguan. Ini berarti bahwa tiada pengingat tertinggal disana, tetapi bahwa
kecenderungan awal (predisposition) kesadaran singa-singa tersebut;
tidaklah sesegera Daniel keluar dari gua lalu singa-singa tersebut sadar kepada
kesingaannya lagi.
Sangat sering burung-burung dan hewan-hewan
memberi peringatan tentang kematian pada suatu keluarga. Orang mungkin berpikir bahwa mereka mengetahuinya
dari suatu tempat, atau mereka mempunyai akal yang memikirkannya, tetapi
kondisi tersebut terpantul kepada mereka. Kondisi seseorang yang sedang
sekarat, pikiran orang orang yang berada disekitar orang tersebut, kondisi dari
kosmos pada saat itu, seluruh lingkungan, segala sesuatu disana terpantul pada
akal mereka. Dan mereka mengetahui, mereka mulai mengungkap perasaan mereka,
dan mereka menjadi pertanda suatu kematian.
Jika hewan peliharaan yang mencerminkannya,
apakah hewan-hewan yang memproyeksikan pikiran-pikiran dan perasaan mereka pada
manusia? Apakah manusia yang memantulkan perasaan kepada hewan? Ya,
kadang-kadang manusia yang bersimpati kepada seekor hewan peliharaaan merasakan
sakitnya, tanpa alasan yang lain, hewan tak mampu menjelaskan sakitnya, tetapi
mereka merasakn sampai dimana tingkat penderitaannya. Yang paling mengherankan
di suatu tanah pertanian orang melihat macan tutul, memantulkan perasaan
hewan-hewan tersebut, membuat kebisingan, menyanyi, dan menari dalam cara sama
seperti layaknya hewan, dan menunjukkan berbagai cara berprilaku hewan-hewan
tersebut.
Sangatlah menarik menyaksikan bagaimanan
fenomena pemantulan antara hewan-hewan dan manusia mengejawantah kepada
pandangan orang yang melihatnya [dengan] sangat dekat, dan itu menerangkan
kepada kita bahwa bahasa adalah cara-cara eksternal yang dengannya kita
berkomunikasi antara satu dan yang lain. Tetapi bahasa alami adalah pemantulan
ini yang diproyeksikan dan dipantulkan dari satu kepada yang lain. Inilah
bahasa semesta, dan sekali bahasa ini bisa dimengerti orang bisa berkomunikasi
bukan hanya kepada manusia tetapi bahkan kepada ciptaan yang lebih rendah.
Bukanlah suatu dongeng jika orang mengatakan bahwa orang-orang suci zaman
dahulu biasa berbicara dengan binatang-binatang dan burung-burung, hal itu
benar [belaka]. Hanya saja mereka tidak berbicara kepada mereka (pen: ciptaan
lebih rendah dan burung-burung) dalam bahasa yang kita pergunakan dalam
kehidupan sehari-hari; mereka berbicara dalam bahasa alam tersebut yang
dalamnya semua jiwa berkomunikasi antara satu dan yang lain.
Lebih lanjut, pertarungan banteng yang
terjadi di Spanyol dan pertarungan gajah yang terjadi di India, meski tidaklah
sering terjadi gajah-gajah bertarung di hutan. Karena akal para penonton yang
mengahendaki gajah-gajah tersebut bertarung yang membreri ransangan (stimulus)
kepada daya tarung alami mereka. Dan hasrat itu memantul pada hewan-hewan yang
membuat mereka terjurus untuk bertarung sesegera mereka lepas. Ribuan orang
yang menonton olah raga ini semu mengharapkan mereka bertarung, dan
pengaharapan begitu banyak akal menjadi pemantul pada hewan-hewan yang
menyedihkan ini, [sehingga] memberikan semua kekuatan dan hasrat mereka untuk betarung.
Ada pawang ular yang berharap menarik
ular-ular keluar dari lubangnya, ya, memang ada
musik dari suling, tetapi tidak selalu karena musik namun akal dari
pawang memantul pada ular-ular yang menarik mereka keluar dari lubang. musik
tersebut hanyalah suatu alasan, suatu media.
Ada orang yang mengetahui mejik untuk
mengarahkan lalat tertentu dari sebuah rumah atau taman, dan pernah terjadi
[lit: telah dialami] bahwa pernah ada orang yang mampu mengarahkan se Andaa
lalat dari suatu tempat. Akal dialah yang memntul pada akal tak signifikan
lalat-lalat tersebut. Kemampuan untuk mempengaruhi akal serangga-serangga
tersebut adalah bukan dari kekuatan, bukan pula suatu keanehan. Tidaklah
diragukan bahwa akal manusia tak terbandingkan besarnya dalam kekuatan dan
konsentrasi, dan biasanya memprokeksikan pikiran-pikiran pada objek-objek yang
ia pilih. Hanya orang yang mengetahui bagaimana menjuruskan akal yang mampu
melakukan hal yang demikian. Jika seorang mengarahkan lalat-lalat dari suatu
tempat, tidaklah berarti bahwa dia memiliki anasir lalat di akalnya; hanyalah
bahwa dia bisa menjuruskan akalnya pada lalat-lalat, yang orang lain tak mampu
melakukan yang demikian karena umumnya orang tidak memberi pikiran kepadanya,
dia tidak membayangkan sesuatu hal dapat terjadi, dan karena tidak
mempercayainya dia tidak mampu mengkonsentrasikan pikirannya. Dan meski dia
mampu memantulkan, hanya untuk bereksperimen, dan ini [lit : dia] tidak akan
berhasil.
Tekad dikembangkan melalui penjurusan pikiran
orang pada objek konsentrasi tertentu; dan maka orang yang mengembangkan hal
pertikular lebih baikdari apapun melalui kehendak seseorang. Misalnya orang
yang memainkan instrumen brass (alat musik dari kuningan) dalam suatu
band biasanya mengembangkan kekuatan meniup instrumen, dan mereka akan mampu
memainkan instrumen-instrumen kayu, klarinet atau suling, tetapi pada saat yang
bersamaan jika mereka dapat memainkan terompet lebih baik dari pada suling
tersebut, karena ada peniupan pada keduanya, tetapi mereka terbiasa dengan
benda pertikular tersebut. Sehingga dengan konsentrasi. Misalnya, jika seorang pawang ular dengan
seluruh kekuatannya menarik ular-ular pergi ke dekat bank ingin menarik
kantong, dia tidak mampu melakukannya. Tetapi tidak diragukan, sekali tekad
dikembangkan dalam segala arah, akan membuktikan keserbagunaannya dalam segala
hal yang orang lakukan.
Pernah ada kasus dimana kuda-kuda mampu
memberi jawaban atas pesoalan matematika rumit yang kepadanya orang-orang
mengajukan pertanyaan yang orang-orang tidak mengetahui jawabannya. Merupakan pemantulan akal guru-guru
terproyeksi pada akal kuda, karena kuda tidak mampu mengerjakan matematika, dan
tidak akan pernah. Adalah suatu proses mediumistic dengan melaluinya ide
matematika diproyeksikan pada akal kuda. Memang memukinkan bahwa bahkan orang
yang melakukannya pun tak mengaetahuinya; tetapi upaya kerasnya guna membuat
kuda tersebut mampu mengerjakan matematika telah menunjukkan keberhasilan.
Kekuatan proyeksi dapat ditingkatkan dengan meningkatnya tekad. Ia dapat
dikembangkan melalui pengembangan dari kehendak, pikiran [dan] perasaan.
Sungguh banyak yang dapat dipelajari pada hal-hal yang kecil, yang dapat
menyingkap kepada kita rahasia terbesar kehidupaan, hanya jika mata kita
terbuka dan kita sangat berhasrat untuk meneliti fenomena tersebut.
KOMUNIKASI DAN OBSESI
Fenomena pemantulan berbeda dalam sifat dan
karakternya, khususnya dengan alasan dengan sifat kepribadian yang berbeda. Ada
tempat yang sama, orang yang pikirannya menjadi terpantuldi dalam hati orang
lain mungkin mempunyai bentuk kongkrit
di pikirannya, dia Andangkin memegang
sebagai satu rancangan atau gamabar. Dalam kasus itu pemantulan jatuh di hati
orang lain dengan jelas. Tetapi jika akal sangat lemah sehingga tidak dapat
memegang suatu pikiran dengan baik, maka pikiran tersebut bergerak dan dan
tidak dapat memantulkan akal orang lain. Jika akal seseorang tidak dalam
kondisi baik, maka gambar disana tidak jelas. Jika akal seseorang tidak jelas,
jika ia kecewa, jika ia terlalu aktif, maka akal tersebut tidak dapat
menyampaikan pemantulan sepenuhnya. Akal bagaikan sebuah telaga, jika ada angin
berhembus dan air beriak, maka pemantulan tidak jelas. Dan begitupun akal.akal
yang tenang mampu menerima pemantulan. Akal yang sangat kuat, mampu membuat
suatu pemikiran gambar, dari memegang pikiran, pikiran dapat berproyeksi di
balik perbatasan apapun yang mungkin
tegak disana yang mungkin
menghalanginya.
Orang
mungkin bertanya, “Hatikah yang memantulkan akal atau akal [terhadap]
hati?” Pada tahap pertama harus diketahui bahwa akal adalah permukaan hati dan
hati adalah kedalaman akal. Maka akal dan hati adalah satu dan hal yang sama.
Jika Anda menyebutnya cermin, maka akal adalah permukaan cermin itu dan hati
adalah kedalamannya; [dari] cermin yang sama. Cermin adalah kata yang bagus
karena ia memuat keduanya, akal dan hati. Jika pemantulan datang dari permukaan
hati, ia menyentuh permukaan; jika datangnya dari kedalaman hati, ia mencapai
kedalaman. Sama halnya dengan suara dari orang yang tak rela, ia datang dari
permukaan dan mencapai telinga. Suara dari orang ikhlas datang dari kedalaman
dan menuju ke kedalaman. Apa yang datang dari kedalaman menuju ke kedalaman,
apa yang datang dari permukaan tetap pada permukaan.
Tiada yang dapat menghapus dua akal yang
saling menjurus antara satu dan yang lain. Tak ada orang yang dengan hati yang
penuh kasih, dengan perasaan yang lembut, akan menyangkal bahwa dua jiwa saling
bersimpati berkomunikasi antara satu dengan yang lain. Jarak tidaklah pernah
merintang kepada fenomena ini. Tiadakah kita pernah melihat di peperangan
baru-baru ini kaum wanita [menjadi] tentara, ibu-ibu mereka, istri-istri
mereka, anak-anak mereka, bertaut dengan kesayangan mereka berlaga di barisan
depan, rasakanlah kondisi mereka, dan bayangkanlah manakala seorang tentara
terluka atau mati? Banyak yang mengatakan karena pikiranlah yang menggapai yang
lain. Tetapi pada waktu yang bersamaan meski getaran pikiran di relung
kedalaman menjadi suatu rancangan. Satu pikiran, satu rancangan, satu gambar
partikular menjadi terpantul., dan melalui ujudnya demikianlah tercermin
padanya, orang lain yang merasakan seketika. Pemantulan tidaklah sama dengan
percakapan. Dalam percakapan setiap kata memaparkan gagasan sehingga gagasan
secara betahap terejawantahkan; tetapi dalam pemantulan keseluruhan gagasan
terpantul dalam satu saat, karena keseluruhan ada disana dalam bentuk sebuah
gambar, dan cerminnya di akal yang telah menerimanya.
Karena teori inilah yang membuka di hadapan
kita misteri yang terletak antara yang hidup dan yang mati. Gagasan obsesi
mungkin dijelaskan lebih lanjut, bahwa pemantulan pikiran seseorang pada sisi
yang lain, tergenggam erat oleh ciptaan hidup di Bumi, menjadilah obsesi.
Seorang anarkis muda mungkin membantah seseorang; pada akhirnya
Anda akan menemukan bahwa seperti terdapat suatu kedengkian besar antara dia
dan orang yang dia bunuh; pada misteri di baliknya. Beberapa musuh yang terbunuh itu, di sisi yang lain,
telah memantulkan pikirannya dalam akal pasif dari anak muda tersebut, yang
melalui antusiasme dan kekuatannya merasakan dorongan untuk membunuh, dia
sendiri tak mengetahui alasannya, dan mengakibatkan seseorang mati. Secara
khusus diantara para anarkis orang menemukan berbagai kasus. Karena titik
pandang yang ekstrim, hati-hati mereka dalam kondisi siap-terima; mereka dapat
menerima pemantulan baik atau pemantulan buruk dan bertindak berdasarkannya.
Mungkinkah bahwa seorang yang hidup di Bumi
seharusnya mampu memproyeksi pikirannya pada orang yang berada pada sisi yang
lain? Setiap agama telah mengajarkan pelajaran ini, tetapi evolusi intelektual
semasa kita belum menggapai sepenuhnya. Misalnya di antara orang-orang Hindu
ada kebiasaan saat ini menawarkan kepada orang mati semua yang dicintainya
dalam bentuk bebungaan dan warna-warni, dalam bentuk lingkungan, sungai, arus,
gunung, pohon yang alami. Semua ini [menyatakan] kinasih mereka [kepada] orang
tercinta, daya hidupnya membuatnya menawarkan kepadanya. Di antara beberapa
orang disana, ada kebiasaan membuat masakan enak, tentang penyadiaan dupa
terbakar, bebungaan dan wewangian. Dan lalu setelah menawarkannya kepada mayat,
mereka mengambil sebagiannya, sebab bila mereka mengambil sebagiannya — mungkin nampak aneh — meski pengalaman
merekalah yang terpantulkan, dan maka itu, benarlah bagi mereka untuk mengambil
sebagiannya, waktu hanya penawaran. Melelui merekalah sehingga mayat
menerimanya; merkalah adalah wahana penawaran,
dan hanya inilah cara yang dapat mereka berikan [kepada]nya.
Ini mengjarkan gagasan lain, bahwa orang yang
meratapi kekasih mereka dengan pasti berkelanjutan memberikan orang-orang yang
mempunyai penyakit mematikan, karena alih-alih mempunyai pengalaman yang lebih
baik dan memantulkannya kepada mereka di dunia, mereka mengumpulkan [rasa]
sakit dan menawarkannya kepada kemataian mereka. Yang paling bijak adalah orang
harus melakukan bagai orang-orang yang telah mati adalah memproyeksi pikiran
kenikmatan dan kebahagiaan, tentang cinta dan keindahan, tentang ketenangan dan
kedamaian. Cara inilah yang terbaik sehingga orang dapat menolong orang yang
mati.
Orang mungkin beratnya, “Dapatkah orang
mempengaruhi suatu jiwa telah meninggalkan hidup ini terhadap perluasan
sehingga orang dapat melahirkan tindakan khusus pada akal orang lain di Bumi.”
Pada saat ini, ketika materalisme semakin
meluas, sangat sedikit yang mengenal kasus obsesi. Sangat sering orang
terobsesi dikirim ke asilum orang gila, dimana mereka diberi pengobatan atau
perlakuan yang berbeda. Tabib mengira bahwa ada sesuatu yang rusak dengan otak
orang tersebut, dengan akalnya, sehingga suatu kerusakan telah terjadi dengan
syaraf-syarafnya. Tetapi dalam banyak kasus tidaklah demikian; itu adalah
keluaran obsesi. Manakala sekali orang terobsesi, biasanya dia kehilangn
ritmenya, nadanya dan maka itu dia tidak mersakan diri sendiri; dia merasa
asing. Ketidak-nyamanan menerus mengakibatkan ketakaturan sistem syaraf, dengan
itu menghasilkan penyakit yang berbeda, tetapi di akarnya adalah obsesi.
Obsesi bukan hanya dapat disebabkan oleh orang mati, tetapi
pula oleh orang yang hidup; hanya pada kasus terdahulu disebut obsesi, dalam
kasus terakhir disebut pengesanan. Tetapi inilah yang umumnya terjadi, bahwa
jiwa-jiwa yang di sertakan kepada Bumi baik terpikat oleh dunia atau
peinspirasi ataupun pelindung Bumi. Cinta peinspirasi atau pelindung Bumi
datang seperti arus. Tak diragukan, mungkin ia datang kepada individu-individu,
tetapi pada saat yang bersamaan kebanyakan untuk kejamakan. Maka itu tidak
dapat digolongkan dengan apa yang disebut obsesi; bisa disebut keberkatan.
Tetapi takala jiwa-jiwa lain yang terpikat dunia memantul, hanya karena alasan
keinginan; dan bagaimanapun besarnya suatu alasan atau keinginan bisa terjadi,
adalah ketaksempurnaan karena terbatas. Disamping itu, ciptaan adalah suatu fenomena
yang dengannya setiap individual mesti memiliki kebebasannya, yang kepadanya
dia mempunyai hak. Manakala dia terlantar dari kebebasan itu dengan obsesi,
bagaimanapun banyak tertolong, bagaimanapun orang tersebut tetap dalam kondisi
terbatas. Selanjutnya, dan apabila orang yang terobsesi sembuh dari obsesinya
dia tidak merasakan dirinya. Dia merasa bahwa suatu kehidupan yang dialaminya
selama waktu yang lama dirampas darinya.
Singkatnya, kedua komunikasi antara ujud hidup dan
komunikasi antara yang hidup dan jiwa-jiwa yang telah meninggal dunia berada
dalam pemantulan, pemantulan yang bergantung pada kekuataan dan kejernihan
akal.
PENGULANGAN
Sesuatu pikiran bisa dibandingkan dengan suatu gambar
yang bergerak (filem) yang diproyeksikan pada tirai. Bukan satu gambar tetapi
beberapa bagian-bagian gambar yang, berubah setiap saat, melengkapkannya. Dan
begitulah dengan pikiran. Tidaklah selalu benar bahwa setiap orang memegang
gambar dalam akalnya. Sebagai suatu aturan seseorang melengkapi suatu gambar melalui
proses bertahap. Dengan kata lain, gambar pikiran dibuat dalam bagaian-bagian
tersebut berte Anda agar membentuk satu gambar.
Berdasarkan teori inilah sehingga para ahli mistik
membuat mantara shatra, ilmu tentang fenomena psikologi kata-kata, yang
sufi menyebutnya wafiza, karena bagi
konsentrasi pikiran, pemegangan pikiran dalam akal tidaklah cukup.
Ditempat yang guru pertama, tidak memungkinkan bagi setiap orang; hanya bagi
orang-orang tertentu yang mungkin
memegang pikiran sebagai suatu gambar. Jika ada kemungkinan melengkapi suatu
pikiran, hanya dengasn pengulangan. Maka itu seni Timur menunjukkan
kecenderungan yang sama. Jika sebuah pembatas disekeliling tembok terbuat dari
bunga-bunga ros, bunga roslah yang diulang dua puluh ribu kali, sehingga gambar
bunga ros lengkap mungkin dibuat pada
saat terakhir orang memandangnya sekilas. Jika terdapat banyak objek dihadapan
seseorang, tak satu objek yang orang dapat pegang dalam pikiran. Maka itu, cara
terbaik yang ahli mistik ambil [untuk] kontemplasi adalah mengulang-mengulang
kata bersugesti tentang suatu pikiran tertentu. Suatu kata yang
mengakibatkan gambar dari gagasan
tertentu melalui pengulangannya. Walau pengulangan tidaklah cukup untuk tujuan
tearsebut. Agar [bisa] mengukir di atas batu sebuah taman, satu garis digambar
dengan pinsil tidaklah mencukupi; orang
harus mengguratnya. Dan begitupun agar orang dapat membuat pengesanan nyata
dari suatu gagasan secara mendalam ukiralah dengan alam bawah sadar, pengukiran
diperlukan. Itu terlaksana melalui pengulangan kata bersugesti dari gagasan
tertentu. Tiada pengulangan yang sia-sia, karena setiap pengulangan tidak hanya
melengkapi tetapi pula memperdalamnya, dengan hal itu pembuatan pengesanan
[menjadi] jernih atas akal bawah sadar.
Terlepas dari prosese mistik, orang yang melihat orang
lain dalam kehidupan sehari-harinya yang barangakali mengulang dalam akal-akal
pikiran tentang kepedihan, tentang kedengkian, tentang kerinduan, tentang
kekecewaan, tentang penghargaan, tentang cinta, tak menyadari tentang kerja
yang selesai dalam diri mereka; walau pengesanan tentangnya telah dihasilkan
dalam dalam kedalaman hati mereka. Dan itu menjadi terproyeksi kepada seseorang
yang mereka tamui. Orang tak dapat menolong agar tenggelam kepada cinta
seseorang; maka itu orang secara tak-sadar tenggelam kepada kasih seseorang.
Orang tidak dapat menutup matanya dari perasaan dengki yang datang dari
seeorang; orang tidak dapat mengabaikan perasaan pedih yang terukir dalam
hatinya. Ini adalah fenomena dari pemantulan, pemantulan satu akal atas yang
lain. Orang-orang mungkin duduk bersama,
bekerja bersama, hidup bersama selama hidupnya, dan meski mereka mungkin menjadi dekat antara satu dan yang
lain. Adalah pemantulan yang sama. Jika hati seseorang tertutup, pengaruhnya
adalah menutup hati orang lain. Seorang dengan hati yang tertutup akan menutup
hati-hati orang lain kemanapun dia pergi. Bahkan orang yang sangat mencinta tak
akan tertolong merasakan pintu-pintu hati yang tertutup, sungguh penyesalan
baginya, tak mengetahui apa yang terjadi. Merupakan fenomena tak-sadar.
Maka itulah senang dan tak senang, semua terasakan
[dengan] satu kata terucap kala dua orang berte mu. Karena kata-kata kitalah
yang menyembunyikan realita jika kita tidak melihat, tidaklah berarti bahwa
kita tidak dapat melihat : hanya berarti bahwa mata kita tidak selalu terbuka,
sehingga kita tetap mengabaikan fenomena pemantulan. Bila ini benar, tiada
[tempat] di dunia ini yang seseorang dapat bersembunyi, sabagaimana Alqur’an
mengatakan, “Pada hari perhitungan tangan-tangan Anda, kaki-kaki Anda akan
memberi kesaksian atas perbuatan Anda.” Tetapi setiap saat, hari adalah Hari
Perhitungan. Kita tidak perlu samapai hari perhitungan guna melihat fenomena
ini. Kita melihatnya, selalu kita mengalaminya, meski kita tidak memberi
perhatian yang cukup kepadanya. Kapanpun
kita mempunyai semacam suatu perasaan, niat baik kepada seseorng, atau
penyainggungan, agitasi, antagonistik, kebencian terpendam, yang kita tidak dapat
menahannya dari orang lain. Dan ini cukup bagi kita mengetaui bahwakebenaran
terdalam, kebenaran mutlak keseluruhan
semesta, bahwa sumbernya adalah satu, tujuan adalah sama, kehidupan adalah
satu, dan keraguan hanyalah selimutnya.
PERLUASAN HATI
Fenomena pemantulan adalah seperti bahwa setiap tindakan,
dan setiap pikiran dipantulkan kepada diri sendiri, dan disanalah timbul hasil,
sesuatu yang diproduksi yang membentuk suatu arahan dalam kehidupan seseorang
yang menjadi batere di balik segala hal yang orang lakukan, batere kekuatan dan
pikiran, ada pepatah yang mengatakan, “Ujud nyata manusia lebih lantang
berbicara ketimbang yang dia katakan, “ini menunjukkan bahwa dalam fenomena
pemantulan ini setiap orang tertelanjangi terhadap semua cermin tersebut, dan
tiada satupun di dunia ini yang tersembunyi. Apa yang orang tak katakan, orang
pantulkan, dengan demikian tak ada rahasia.
Kata yang digunakan oleh [nabi] Sulayman [as.], “Di bawah
matahari,” adalah untuk kedua malam dan siang. Matahari sesungguhyna adalah
intelek. Dalam cahaya matahari tersebut semua cermin, yang adalah hati manusia,
memantulkan semua yang tersingkapkan kepada mereka tanpa upaya apapun dari sisi
manusia. Inilah alasannya mengapa hasrat seseorang, jika suatu keinginan yang
sungguh-sungguh, menjadi terpenuhi cepat atau lambat : terpantulkan, dan
melalui pemantulan tersebut ia menjadi
hidup. Pemantulan memberikannya kehidupan sebab tidak berada dicermin mati;
berada di cermin hidup, yang adalah hati manusia. Tiada yang mengheranka jika
Anda hanya memikirkan seorang kawan dan kawan tersebut benar datang menemui
Anda sementara Anda akan melakukan sesuatu yang lain. Tak disangka secara lahir
, tetapi secara batin pemantulan Anda
muncul dalam akal kawan Anda yang telah mengatur pertemuan Anda.
Seseorang menanyai seorang bijak, “Akankah kita bertemu
di hari kemudian [dengan] orang-orang di sekekliling kita disini?” Sang orang
bijak menjawab, “Ya, kita akan bertemu dengan orang-orang yang kita cintai dan
orang-orang yang kita benci,” fikirkanlah dua orang, yang sangat Anda cintai
dan orang yang sangat Anda benci, Anda tidak dapat membantu memikirkan mereka,
salah satunya dapat berdoa untuk kawan tersebut atau mengutuk musuh, tetapi dia akan sering memikirkan
keduanya. Dan hal yang paling luar biasa adalah bahwa orang-orang yang engkau
cintai atau benci di kehidupan ini, Anda bertemu dengannya tak-disangka dan
tanpa niat. disisi Anda agar menarik [perhatian] mereka.” Orang tersebut
bertanya, “Apa yang harus kita lakukan?” Sang bijak menjawab, “Yang terbaik
adalah jangan membenci siapapun, hanya mencinta. Hanya inilah jalan keluarnya.
Sesegera Anda telah memaafkan orang-orang yang Anda benci Anda telah menguasai
mereka. Maka Anda tak mempunyai alasan untuk membenci mereka; Anda hanya lupa.”
Penyair besar Hindustan, Amir berkata, “Mataku Anda memiliki cahaya yang yang maha
sempurana dan Anda tak dapat melihat. Bukankah kekurangan cahaya pada Anda;
sebabnya hanyalah Anda selalu terselimuti.” Manusia mencari visi bening,
berkesinambungan ingin melihat cahaya, dan walau dia menyelimuti mata hatinya,
tatapanlah yag memiliki cahaya ketuhanan dalam dirinya, dengan menyelimuti mata
hatinya. Tak seorang pun dapat mengajar siapapun, tidak pula seorang dapat
memperoleh, kekuatan melihat dengan jelas tersebut pelihat tidak hanya melihat
individu manakala individu tersebut datang dihadapan mereka; jika sepuluh ribu
orang datang duduk di hadapan mereka, mereka mampu melihat seumua sebagai suatu
keragaman dan satu sebagai individu. Alasannya adalah karena semakin menjadi
besar suatu cermin, semakin banyak pemantulan terakomodasi dalam dirinya, maka
itu, dalam satu orang keragaman dapat terpantul pada orang dan waktu yang sama
: hati-hati, jiwa-jiwa, akal-akal dan seluruhnya. Tak diragukan dia memulai
dengan melihat pemantulan tersebut dari satu orang, tetapi begitu hati meluas,
maka ia mengambil pemantulan tersebut dari keragaman.
Disinilah terletak misteri hierarki spiritual; hanyalah
perluasan dari hati, tidakkah kita melihat dalam kehidupan sehari-hari,
seseorang berkata, “Ya, saya dapat mencinta seseorang, orang yang saya cintai;
akan tetapi saya tidak mampu menahankan yang lain?” Hanyalah keterbatasan dari
hati. Ada orang lain yan berkata, “Ya, saya bisa mencintai kawan-kawan saya,
orang-orang yang dengannya saya merasa di rumah; saya merasakan suatu kontak,
akan tetapi bukan orang-orang asing; saya tak dapat mencintai mereka; saya
tertutup.” Dan benar-benar tertutup didepan orang-orang asing. Mungkin seorang
mencintai tetapi dalam kehadiran mereka dia tertutup. Dan dalam proporsi begitu
hati-hati menjadi lebih dari keterbatasan ini, biasanya ia menjadi lebih besar,
sebab panjang hati, sebagaimana Asaf berkata dalam baitnya, sugguh tak
terbayangkan, dia dapat menduduki seluruh semesta, hanya seperti setitik di
lautan. Hati dapat menjadi begitu besar sehingga ia dapat memegang seluruh
semesta, seluruhnya. Dan hati yang dapat memegang seluruhnya dapat melihat
pemantulan dari semua, sebab keseluruhan dari proses evolusi menjadi lebih
besar. Menjadi lebih besar brarti bebas dari keterbatasan, dan keluaran dari
kondisi ini adalah bahwa visi menjadi lebih jelas.
Bagaimana mungkin akal-akal keragaman terpantul dalam
hati? Dengn cara yang sama bahwa gambar suastu kumpulan dipindahkan pada pelat
fotografis. mungkin ada kerumunan, pelat fotografis akan mengambil semua. Jika
ia tak dapat mengambil mereka, maka ia tidaklah cukup besar. Hati berkemampuan
sama dengan pelat fotografis tentang pengambilan pemantulan; jika ia tak dapat
memuatnya, sebab keterbatasannya, ia kecil. Seluruh kehidupan adalah intelegensi
mutlak, yang merupakan [bagian] dasar dari cermin yang semuanya terpantulkan.
Manakala kita berpikir tentang ini sedalam-dalamnya, kita menemukan bahwa meski
di siang bolong kita menutup mata kita dan tertidur.
Yang harus kita selesaikan dalam kehidupan adalah
menjernihkan pemantulan-pemantulan dari hati kita, pemantulan-pemantulan yang
menghalangi jalan kita. Misalnya, seorang pengusaha pergi ke seorang ahli
mistik dan berkata, “Yah, saya tak dapat mengerti, ada semacam kesialan dengan
saya. Saya selalul gagal, dan saya tak dapat mengerti mengapa saya gagal. Saya
[telah] mengungjungi beberapa orang keruhanian, saya mengungjungi beberpa orang
waskita, saya mengunjungi orang-orang yang membuat horoskop sendiri. Beberapa
mengatakan satu hal, beberapa [mengtakan] yang lain; kini saya tak dsapat
memutuskan [mana] yang benar.” Ahli mistik tersebut memberitahunya, “Yang benar
dan yang salah berada di dalam diri Anda. Dengarkanlah diri Anda sendiri,
temukanlah apa yang terjadi dalam akal Anda. Bukankah memori kegagalan yang
Anda miliki? semacam suara berkesinambungan berlanjut di dalam hati Anda. Para
Astrolog akan mengatakan sesuatu di sekeliling Anda; ahli keruhanian akan
mengatakan bahwa ada hantu atau ruh di baliknya. Hal yang benar — walau disana mungkin ada hantu atau mungkin pula tidak — adalah bahwa di hati
Anda suatu suara mengatakan, ‘Anda telah gagal, Anda telah gagal, Anda telah
gagal.’ Dapatkah Anda membuatanya diam , menjadi bisu? Sesegera Anda menguasai
pemantulan ini, semua menjadi [berjalan] baik dengan Anda.” Dia berkata,
“Apakah yang harus saya lakukan?” Ahli mistik itu berkata, “Takdir, berjanjilah
kepadaku bahwa sejak saat ini Anda tidak pernah memberi pikiaran kepada
kegagalan masa lalu Anda. Yang lalu biarkanlah berlalu, yang kini adalah kini.
Tindak lanjuti dengan keberanian; semua akan menjadi baik.”
Anda selalu menemukan orang-orang yang berkata,
“Segalanya selalu salah denganku,” mendengarkan suara lantang itu; adalah
kesalahan mereka sendiri yang berbicara dengan mereka. Seketika mereka telah
mampu membuat suara ini bisu, kegagalan berakhir; halaman baru di buku
kehidupan berbalik, dan merka bisa melihat kedepan menuju kepada kehidupan
mereka dengan suatu keberanian lebih hebat dan harapan yang lebih besar. Orang
tersebut adalah berani dalam wajah seribu kegagalan akan tegak dan berkata, “Sekarang saya tidak
akan gagal. Kegagalan hanya penyiapan untuk keberhasilanku.” Itulah ruh (baca :
semangat) yang benar.
Bagaimana mungkin orang menghapus gambar-gambar yang tak
terhitung yang merintangi orang? Inilah keseluruhan metoda sufi, membuat pelat
akal bening. Ini dapat dilakukan melalui latihan konsentrasi. Kuda-kuda di
hutan tidak akan datang jika Anda memanggil mereka datang kepada Anda, tidak
pula mereka berjalan sebagaimana yang Anda inginkan mereka berjalan, karena
mereka tak terlatih. Begitupun pikiran-pikiran dan imajinasi-imajinasi orang :
mereka beralih ke dalam akal tanpa kendali, tanpa kekangan. Dan bilamana mereka
terkuasai, maka orang seperti layaknya pelatih di sirkus yang memberi tahu kuda
agar datang, dan datanglah kuda tersebut; dan lalu memberi tahu agar kuda itu
pergi; dia memberitahu kuda itu berlari, dan kuda itu berlarilah, berhenti, dan
kuda itupun berhenti. Bekerja dengan pikiran-pikiran orang yang layaknya
seperti pemain sirkus. Inilah pelajaran pondasi dari mistisisme dan praktik
filosof : sehingga Anda mampu menggerakkan pikiran-pikiran Anda seperti yang
Anda inginkan. Manakala Anda memikirkan bunga ros, sekuntum bunga lili tidak
seharusnya memasuki pikiran Anda; jika Anda memikirkan seekor kuda, seekor
gajah tidak seharusnya hadir di hadapan Anda; Anda harus menjauhkannya. Ini
mengajari Anda mencipta suatu pikiran dan memegangnya, dan menyingkirkan setiap
pikiran yang Anda tak ingin miliki dalam cara ini Anda menjadi tuan
pikiran-pikiran Anda: Anda melatih mereka, Anda mengendalikan, dan lalu Anda
meggunakan mereka untuk keuntungan Anda.
Tidakkah ini membuktikan bahwa ini adalah sebuah tanah (land)
cermin, suatu tanah cermin dengan fenomena hidup, hidup karena cermin-cermin
hidup? Bukan hanya proyeksi dan pemantulan yang bertempat di cermin-cermin,
tetapi [juga] suatu fenomena ciptaan: bahwa semua yang terproyeksi dan
terpantul diciptakan pada saat yang bersamaan, termaterialisasi cepat atau
lambat. Disinilah, serhingga para sufi menemukan rahasia penguasaan (mastery):
bahwa disamping semua gagasan nasib dan keduniaan dan kelelangitan [juga]
berpengaruh, ada daya kreatif yang bekerja pada manusia. Dalam satu orang
barangkali fakultas kreatif ujudnya berada satu derajat pada kerja, dan
sembilan puluh sembilan derajat adalah bagian mekanis dari ujudnya pada kerja.
Pada orang lain, orang yang lebih maju, mungkin sembilan puluh sembilan derajat
daya kreatif adalah pada kerjadan satu derajat bagian mekanis dan ujudnya.
Bagian mekanis ujud seseoranglah yang berkaitan pada kondisi dan
lingkungan-lingkungan, dan merupakan yang tak-tertolong; dan bagian kreatif
seseornglah yang kretif, yang memproduksi fenomena; dan pada aspek ini esensi
ketuhanan ditemukan.
***
Bab 8
Alasan
Bilamana kita menganalisa alasan ia membuka dihadapan
kita bidang yang sangat luas dari pikiran.
Ditempat pertama, setiap pelaku kebaikan dan setiap pelaku keburukan
mempunyai alasan untuk mendukung tindakannya, bilamana dua orang bertengkar,
tiap orang menyatakan dia dalam kebenaran karena masing-masing memiliki
alasan. Bagi orang ketiga, mungkin
alasan dari salah seorang atau yang lain mungkin nampak lebih beralasan; atau
barangkali dia akan menyatakan bahwa keduanya tidak beralasan dan sehingga dia
mempunyai alasan pada dirinya. Semua
percekcokan, argumen-argumen, dan diskusi-diskusi kelihatannya berdasarkan pada
alasan. Meski alasan adalah sesuatu
yang, sebelumnya orang pernah menganalisisnya.
Tidak lain kecuali sebuah illusi, dan ia membuat seorang berkesinambungan
dalam kegalauan [perplexity] yang disebabkan oleh ketakmengertian alasan orang
lain.
Tetapi orang mungkin berpikir, apakah alasan [itu]?
Dimanakah ia berasal ? Alasan kepunyaan kedua bumi dan langit; kedalamannya
adalah melangit [heavenly]; permukaannya adalah membumi [earthly]. Dan itulah yang mengisi rekahan dalam rupa
alasan, antara bumi dan langit, bagian tengahnya itulah yang
menyatukannya. Maka itu alasan dapat
pula sangat membingungkan atau mencerahkan.
Terdapat kedalaman alasan, pengalasanan [reasoning], yang kepunyaan
langit; dan terdapat pengalasanan yang lain yang kepunyaan bumi. Jika seorang berkata kepada seseorang,
“Mengapa Anda mengambil jas hujan orang lain?” dia mungkin menjawab, “karena
hujan” Dia mempunyai alasan; alasan yang lain perlu terpikir, “Mengapa saya
tidak semestinya mengambil jas hujan orang lain, meskipun sedang hujan, tetap
bukan jas hutan kita” Itulah alasan lain berikutnya. Apakah Anda mengira bahwa para pencuri dan
perampok atau pembantai sadis tak mempunyai alasan?, Kadang-kadang mereka
mempunyai alasan kuat; tetapi alasan mereka pada permukaan.
Tidak dapatkah seorang pencuri berkata agar supaya
menimbang tindakannya, “Apakah arti bagi orang kaya bila dia kehilangan uang
yang sangat banyak? Inilah saya, seorang
miskin, saya dapat lebih baik memanfaatkannya, saya tidak pernah merampoknya
setiap penny; saya hanya mengambil sebanyak yang saya inginkan sangat
bermanfaat, saya dapat melakukan suatu kebaikan dengannya”.
Alasan adalah pelayan akal. Akal merasa ingin memuji seorang, alasan
tersebut seketika membawa ke depan seribu hal dalam memujinya, dalam
kesukaannya akal mempunyai hasrat membenci seseorang; seketika alasan membawa
barangkali dua puluh argumen demi membencinya, sehingga kita lihat bahwa mencintai
kawan dapat menemukan seribu hal yang bagus dan indah pada kawannya; keinginan
bermusuhan menemukan seribu kesalahan pada orang yang baik di dunia ini, dan
dia mempunyai alasan.
Di Prancis percakapan yang mereka katakan, “Vous avez
raison”, tetapi orang dapat menyatakan bahwa setiap orang mempunyai alasan
tidaklah serta-merta orang mempunyai alasan; setiap orang selalu mempunyai
alasan, hanya ia bergantung alasan manakah ia, Apakah alasan membumi, apakah
alasan melangit, ataukah alasan pertengahan? Adalah alami bahwa alasan melangit
tidak cocok dengan alasan membumi.
Kini tibalah kepada esensi hal-hal, dimanakah kita
mendapatkan alasan, dimanakah kita mempelajarinya. Kita mempelajari alasan
membumi dari pengalaman membumi kita, ketika kita menyatakan, “Ini benar dan
itu salah”, hanyalah karena kita telah mempelajari dari bumi untuk mengatakan
demikian. Bagi anak tanpa dosa yang baru
saja lahir di Bumi dan belajar mengetahui benar dan salah, bukan apa-apa; dia belum
memperoleh alasan membumi. Adapula
alasan yang berada di tapal batas alasan membumi.
Orang yang telah mengambil jas hujan seseorang mempunyai
alasan, karena hujan, tetapi ada alasan dibalik itu, yang bukan kepunyaan
dia. Dia seharusnya lebih baik basah
kuyup ditengah hujan daripada mengambil jas hujan tersebut. Itulah alasan lain; ada alasan dibalik
alasan.
Kemudian ada esensi alasan yang merupakan alasan
melangit. Tidak setiap orang mengerti
alasan ini; adalah alasan pelihat para bijak, para ahli mistik, para nabi
menyingkap dalam diri mereka. Pada
alasan inilah sehingga agama didirikan; dalam lempung alasan inilah
gagasan-gagasan mistisisme dari filsafat memancar sebagai pepohonan dan
melahirkan buah-buahan dan bebungaan.
Tatkala seorang murid diharapkan mendengarkan alasan guru-gurunya
alih-alih mempermasalahkannya, agar supaya mengenal alasan melangit dibaliknya
dan utnuk mempelajari bahwa akan ada suatu masa dalam kehidupan ketika mata
seseorang terbuka kepada alasan esensial.
Dan disebut apakah alasan itu? Alasan disebut Bodhisattva, Sattva
berarti esensi, dan Bodhi atau Buddh berarti alasan; dari
kata ini diambil gelar Gautama Buddha.
Bagaimanakah orang sampai pada alasan? Dengan mencapai
ritme tersebut yang disebut Sattva.
Ada tiga ritme, tamas, rajas, dan sattva. Orang yang mempunyai ritme kehidupan tamas
mengetahui alasan membumi; dia yang kehidupannya adalah rajas mengetahui
alasan tapal membumi, suatu alasan yang tersembunyi di balik suatu alasan; dan
orang yang mulai melihat atau hidup dalam ritme sattva mulai melihat sebab
setiap alasan, yang berada di kedalaman relung seluruh ujud, yaitu alasan
Tuhan.
Alasan tercantel kepada
impuls dan kepada pikiran. Alasan
yang tercantel kepada pikiran adalah bagian tengah alasan; alasan yang
tercantel kepada impuls adalah bagian lebih bawah dari alasan. Tetapi alasan yang terinspirasi adalah alasan
melangit. Alasan ini memaparkan cahaya
ketuhanan; ia datang melalui kesadaran kepada alasan yang orang temukan hidup
di hati Tuhan.
Terdapat satu kisah bahwa Nabi Musa [as] sedang melewati
sebuah negara Nabi Khidr, yang merupakan mursyidnya tatkala Musa sedang
dipersiapkan untuk kenabian.
Pertama-tama Nabi Musa [as] diberi pelajaran kedisiplinan, agar tetap
diam dibawah semua keadaan. Tatkala
mereka sedang berjalan melalui keindahan alam, kedua guru dan murid
terdiam. Sang guru terkagum dalam
melihat keindahan alam; sang muridpun merasakannya.
Dan demikianlah mereka tiba di muara sungai, dimana Nabi
Musa [as] melihat seorang anak kecil tenggelam dan ibunya menangis keras,
karena dia tidak dapat menolong, Nabi Musa [as] sendiri tak mampu tetap menutup
bibirnya; dia harus melanggar disiplinnya dan berkata, “Guru, tolonglah dia,
anak itu sedang tenggelam!” sang mursyd berkata, “Diam!” Musa tak dapat
tetap diam. Dia berkata lagi, “Guru,Guru!,
selamatkan dia! Anak itu sedang tenggelam!” Khidr berkata, “Diam!” dan Musa pun
diam.
Tetapi akal Musa tidak tenang; dia tidak mengetahui harus
berpikir apa “Bagaimana bisa guru begitu ceroboh, begitu tak mempertimbangkan,
begitu kejam, ataukah guru tidak berdaya?” dia menanyai diri sendiri, dia tak
mampu mengerti ini dan itu; tidak berani memikirkan suatu pikiran, dan meski
membuatnya sangat tidak menyenangkan.
Begitu mereka berjalan terus mereka melihat sebuah perahu
tenggelam, dan Musa berkata, “Guru, perahu itu tenggelam, ia akan kebawah”,
sang guru lagi-lagi menyuruhnya diam; maka demikianlah Musa diam, tetapi dia
merasa sangat tidak menyenangkan.
Tatkala mereka sampai dirumah, dia berkata, “Guru, saya
sudah pernah berpikir bahwa anda akan menyelamatkan anak kecil tak berdosa itu
dari ketenggelaman, dan bahwa anda akan menyelamatkan perahu yang sedang
kebawah air, tetapi anda tidak melakukan apapun; saya tak dapat mengerti; saya
mengharapkan penjelasan”, sang guru berkata, “Apa yang Anda lihat juga saya
lihat, kita berdua melihat, maka tidak ada gunanya memberitahuku, karena saya
tau, jika saya telah memikirkan bahwa lebih baik ikut campur, saya telah dapat
melakukannya mengapa Anda mempersulit dirimu memberitahuku, dan merusak ikrar
kebisuanmu?” Dia melanjutkan, “Anak yang tenggelam itu akan menimbulkan konflik
antara dua bangsa, dan ribuan nyawa akan termusnahkan pada konflik itu, bila
dia tenggelam ini menebus bahaya lain yang akan datang.” Musa memandang kepadanya dengan amat heran,
kemudian Khidr berkata, “Perahu yang tenggelam itu adalah perahu perompak, dan
sedang berlayar untuk menghancurkan kapal besar penuh dengan peziarah dan lalu
mengambil apa yang tersisa di kapal itu dan membawanya pulang. Apakah Anda berpikir bahwa Anda dan saya
dapat menjadi hakim sesuatu. Hakimnya
berada dibaliknya. Dia mengetahui
tindakanNya; tetapkanlah bibirmu tertutup dan teliti segala sesuatu dengan
diam-diam, sebagaimana yang saya lakukan.
Ada sebuah bait Persia yang menyatakan, “Tukang kebunlah
yang mengetahui pohon manakah yang harus dipapas dan yang mana harus ditebang.”
Akankah kita semua akan mengambil sikap yang sama? Tidak
akankah kita berangkat dan menolong orang lain? Ya, Anda boleh menolong mereka,
tetapi pada saat yang sama, jika orang keruhanian nampak tak melakukan apa yang
Anda harapkan dia lakukan, Anda tak perlu membicarakannya; karena Anda mesti
mengetahui bahwa ada suatu alasan. Anda
tak perlu menilainya karena semakin Anda melangkah semakin alasanmu menjadi
berbeda, tak seorangpun mempunyai kekuatan menilai orang lain; tetapi orang
mungkin melakukan yang terbaik baginya.
Tak diragukan pada saat ini pendidikan merupakan
rintangan besar bagi anak-anak, mereka diajarkan untuk bebas beralasan dengan
orang tua mereka; melalui pengalasan secara bebas, manakah mereka sampai pada
usia tertentu, mereka tidak berhenti berpikir, sebelum mereka berpikir, mereka
berdebat, mereka bertengkar, dan bertanya, “mengapa tidak?” “mengapa?”; dan
dalam cara ini mereka tidak akan pernah sampai pada alasan melangit, karena
agar sampai pada alasan itu sikap tanggap adalah perlu, bukan suatu sikap
pernyataan. Apa yang seorang anak
pelajar untuk bertindak hari ini adalah mengambil sikap agresif. Dia meletakkan pengetahuannya atas
orang-orang lain, melalui kekurangan, sikap tanggap dia kehilangan kesempatan
selamanya guna menyentuh esensi alasan tersebut yang adalah ruh bodhisattva. Ini selamanya telah menjadi kesulitan besar
dalam hidup jiwa-jiwa yang bertumbuh.
Apa yang terjadi dengan Yesus Kristus [Nabi Isa as]? Pada satu tempat terdapat alasan membumi,
pada yang lain terdapat alasan melangit.
Sekali pernah aku menatap mursyidku dan datang
kepada akal inquisitifku suatu pikiran, “mengapa orang berjiwa besar seperti mursyidku
memakai terompah bersulam emas?” Tetapi seketika saya periksa diri saya, dan
hanyalah suatu pikiran, ia tak akan pernah meninggalkan bibirku; ia dibawah
kendali, tetapi disana diketahui saya tak mampu menutup pelecehanku dengan
bibir; hatiku terbuka dihadapan mursydku bagai buka buku; Dia dengan
segera melihat kedalamnya dan membaca pikiranku dan tahukah Anda jawaban apa
yang dia berikan kepada saya? Dia berkata, “Hazanah bumi saya pakai di kakiku”
Pernah sekali seorang mursyid ke kota, dan dia
kembali dan berkata, “Duhai, saya tercucuri dengan kenikmatan, saya terpenuhi
dengan kenikmatan, disana ada semacam keterpesonaan dalam kehadiran kekasih”
Lalu muridnya berpikir, “Disana ada seorang kekasih dan keterpesonaan; betapa
mengagumkan saya mesti pergi dan melihat tidak dapatkah saya menemukan satu
juga”.
Dia pergi melalui kota, dan dia pulang dan berkata,
“mengerikan! Betapa mengerikan keadaan dunia! Semua nampak berada di
tenggorokan orang-orang lain; itulah gambar yang saya lihat, saya tak merasakan
apapun kecuali depresi, seakan-akan seluruh tubuhku tercabik-cabik menjadi
serpihan-serpihan. “Ya”, sang mursyid berkata, “Anda benar, tetapi
terangkanlah kepada saya”, kata sang murid, “Mengapa anda begitu terpesona
setelah pergi keluar, dan mengapa saya begitu tercabik-cabik menjadi serpihan-serpihan,
saya tak dapat menahankannya; mengerikan” sang mursyd berkata, “Anda
tidak berjalan dalam ritme yang mana saya berjalan melalui kita tersebut.”
Bukan hanya ritme pelan berjalan tetapi ritme dengan mana
akal bergerak ritme itulah dengan mana ovservasi diperoleh yang membuat
perbedaan antara satu orang dengan yang lain; itulah yang membawa keselarasan
antara satu orang dan yang lain.
Orang yang berkata, “Saya tidak akan mendengarkan
alasanmu,” tidak ada keraguan yang mempunyai alasan, sebagaimana setiap orang
mempunyai suatu alasan, tetapi dia tetap bisa mempunyai alasan lebih baik jika
dia mampu mendengarkan dan mengerti alasan orang lain. Alasan akal seseorang bagaikan membuat
lingkaran saja. Akal seseorang membuat
satu lingkaran dalam semenit; akal orang lain membuat satu lingkaran dalam lima
menit; alasan tersebut berbeda. Akal
orang-orang lain membuat sebuah lingkaran dalam lima belas menit; lagi
alasannya berbeda, semakin lama ia mengambil [waktu], semakin luas horizon
visinya; dan begitupun cara pandangnya pada kehidupan.
Pengalasan adalah tangga.
Dengan tangga ini seseorang bisa berdiri, dari tangga ini [pula] orang
bisa jatuh, karena jika orang tidak menuju keatas dengan pengalasanan, maka
akan membantu orang menuju kebawah; sebab jika untuk setiap langkah orang ambil
keatas ada alasan, sehingga ada alasan bagi setiap langkah menuju kebawah. Tak diragukan kelainan ini dibuat untuk
memampukan orang mengerti bahwa ada satu alasan ; pada realita ada satu
fakultas, orang mungkin membagi raga manusia kedalam tiga bagian, tetapi pada
saat bersamaan adalah satu raga, merupakan satu orang. Bagaimanapun, alasan adalah faktor besar dan
mempunyai kemungkinan didalamnya dari setiap kutukan dan dari setiap keberkatan.
***
Bab 9
Memori
Kerja memori bukan kreatif tetapi perseptif; untuk
menerima pengesanan dan mengumpulkan mereka bersama. Ada ilmuwan mengatakan bahwa sel-sel otak
dikesankan melalui setiap pengesanan yang datang melalui indera-indera, dan itulah
yang disimpan di otak, utnuk dikemukakan manakala orang menginginkannya. Tetapi tidak demikian, walaupun ini dapat
diambil sebagai penjelasan simbolik.
Ilmuwan telah menggambarkannya seperti berada di bidang lebih dalam,
tetapi karena dia tidak mengenal bidang
lebih dalam tersebut dia ingin menerangkannya dalam istilah-istilah fisik, dan
menyebutnya sel-sel otak. Ini benar
dalam esensi; tetapi tidaklah di otak, ia berada dia akal.
Memori adalah mesin perekaman yang merekam semua yang
jatuh padanya melalui panca indera. Apa yang orang lihat, dengar, cium, sentuh,
rasakan direkam pada memori. Suatu rupa,
gambar citra, sekali terlihat, kadang-kadang tinggal dalam memori selama hidup
jika direkam dengan baik oleh memori.
Dalam kehidupan dunia, orang mendengar begitu banyak kata-kata sepanjang
hari, dan nantinya beberapa yang memori telah rekam tinggal selama hidup,
seumur hidup. Begitupun dengan musik,
sekali seorang telah mendengar musik yang luar biasa dan terekam dalam akalnya,
akan tinggal selama-lamanya. Memori
bagaikan mesin hidup yang Anda dapat
memproduksi rekaman tersebut kapanpun.
Wewangian bagus sekali dialami, sekali dicerap, teringat; rasa selera
tinggal; rasa menyentuh memori menahan.
Hal-hal tidak tinggal di memori sebagaimana disebuah note
book; karena note book mati, sehingga apa yang tinggal di note
book adalah mati. Tetapi memori
hidup, sehingga apa yang tinggal di memori juga hidup, dan mempunyai sensasi
yang hidup. Rekaman memori yang
menyenangkan kadang-kadang begitu berharga sehingga orang ingin mengorbankan
dunia tujuan ini hanya untuk semacam rekaman.
Pernah sekali saya begitu tersentuh dengan melihat seorang janda yang
keluarganya menginginkan saya memberitahu dia agar dia bergaul dalam
masyarakat, berbaur dengan orang banyak, lebih merasakan kehidupan dunia. Saya pergi menasehatinya pada tujuan
tersebut. Tetapi dia memberitahuku
dengan halus, “Seluruh pengalaman di kehidupan dunia, bagaimanapun
menyenangkan, tidaklah memenuhiku kesenangan, kenikmatanku hanyalah memori
tentang kekasihku; hal yang lain memberiku ketidakbahagiaan, yang lain-lain
membuatku nelangsa. Jika saya menemukan
kenikmatan, yaitu dalam memikirkan kekasihku”.
Saya tak mampu mengatakan satu katapun guna mengubah akalnya. Saya pikir akan menjadi dosa disisiku
menjauhkannya dari kenikmatannya jika memori tersebut sudah menjadi lara
baginya, sebaliknya saya sudah akan memberitahu kepadanya, tetapi merupakan
kebahagiaan baginya, satu-satunya kebahagiaan.
Saya berpikir bahwa disinilah sati
hidup [janda terkorbankan]. Saya hanya
mempunyai penghargaan besar untuknya, dan tak dapat menyatakan sepatah kata.
Dalam memori rahasia surga dan neraka ditemukan, Apakah
surga dan neraka? Dimanakah ia? Ia hanya dalam memori. Maka itu memori menimbulkan hal yang kecil,
bukan sesuatu yang tersembunyi di otak, ia hidup, dan adalah sebuah dunia dalam
dirinya sendiri.
Tetapi orang-orang mungkin bertanya, “Maka apakah yang
terjadi bila seorang kehilangan memorinya? Apakah disebabkan oleh suatu
ketidakaturan pada otak?” Pada tempat pertama tiada orang yang benar-benar
kehilangan memori. Seorang mungkin
kehilangan memorinya, tetapi ia tidak kehilangan dia, sebab memori adalah
ujudnya sendiri. Apakah yang terjadi
sehingga suatu ketidakaturan otak membuatnya tidak mampu membedakan apa isi
memori tersebut. Maka itu seorang yang
telah hilang memorinya karena ketidakaturan masih mempuyai memori yang sama
saja, dan memori tersebut menjadi lebih jelas baginya. Setelah mati, karena akal sangat berlainan
dari raga; suatu hal terpisah, berdiri sendiri dari raga. Akal tergantung pada raga agar mencerap
pengalaman luar yang dimasukan melalui indera-indera, tetapi lepas dari raga
karena hazanah yang telah dikumpulkan melalui dunia luar.
Karena kita terbiasa mengalami setiap hal melalui kendaraan raga ini, bahkan perasaan
kita, ini membuat kita kadang-kadang bergantung untuk beberapa saat pada raga,
tetapi tidaklah berarti bahwa ktia tidak dapat mengalami semua yang kepunyaan
akal tanpa bantuan raga. Jika seorang
mengangkat dirinya dari ujud objektifnya, dia akan menemukan pegangan
memorinya. Memori tidak dapat berfungsi
dalam otak yang rusak, tetapi pengesanan tetap direkam selama masa yang seorang
telah kehilangan memorinya; mereka akan kembali kemudian. Hanyalah, pada saat seorang telah hilang
memorinya, memori tersebut tidak secara aktif
membuat rekaman hal-hal yang diberikan kepadanya.
Memiliki memori yang baik bukan hanya sesuatu yang bagus;
adalah kebahagiaan sempurna. Adalah
tanda kerohanian sebab ia menunjukkan bahwa cahaya intelegensi adalah bening
dan mencerahkan setiap partikel otak.
Memori yang baik menandakan jiwa yang agung. Selain itu, memori adalah hazanah dimana
pengetahuan seseorang telah tersimpan.
Jika seseorang tak mampu menggambar pengetahuan yang telah dia kumpulkan
dari memorinya, maka ketergantungannya pada buku bernilai kecil.
Tak diragukan, kita selalu menulis pada kertas hal-hal
kepunyaan bumi, sosok-sosok dan fakta-fakta lain; tetapi hal-hal bertalian
kepada tradisi rohani dari hal-hal, kepada hukum-hukum ketuhanan, adalah dari
kepentingan yang jauh lebih besar. Note
book tidak dibuat bagi mereka; didalam memorilah ia terhazanahkan. Karena memori bukan sekedar mesin perekaman;
pada saat bersamaan suatu tanah subur, dan apa yang diletakkan disana
terus-menerus kreatif, ia melakukan sesuatu disana. Maka itu Anda bukan hanya memiliki apa yang telah Anda tabung; terdapat
bunganya juga.
Tetapi pada saat yang sama kita belajar di jalan Sufi bagaimana
menghapus rekaman memori kehidupan sesuatu di masa lampau. Yaitu pekerjaan yang kita selesaikan melalui
konsentrasi dan meditasi. Bukanlah suatu
hal yang mudah; merupakan hal yang sangat sulit, tetapi pula sangat bernilai,
disanalah hal itu. Inilah mengapa kita menjaga
ajaran-ajaran kita bebas dari spekulasi-spekulasi, kepercayaan-kepercayaan,
doktrin-doktrin dan dogma-dogma, karena kita yakin dalam kerja aktual dengan
diri kita sendiri. Apa jadinya [bila]
Anda diberitahu suatu hal pada suatu hari dan Anda mempercayainya, dan hari
berikutnya Anda meragukannya dan tidak mempercayainya. Jika Anda diberitahu ada sebuah rumah dan
suatu tempat di langit ketujuh, apakah yang ia akan lakukan kepadamu?
Kemungkinan jawabannya hanya keingintahuanmu; ia tidak akan membawamu
kemanapun. Maka itu bahwa kita sampai
kepada hal-hal ini dengan cara meditasi kita dapat menghapus dari memori kita
apa yang kita inginkan dan dalam cara ini kita mampu membuat langit diri kita
sendiri. Seluruh rahasia esoterisme
terletak dalam pengendalian akal dan dalam bekerja dengannya seperti seniman
yang akan berharga pada kanvas guna memproduksi apapun dia sukai.
Bagaimana orang dapat memusnahkan pikiran-pikiran yang
tidak diinginkan? Mestikah mereka selalu dimusnahkan oleh orang yang
menciptakan mereka? Ya, pencipta pikiranlah yang mesti memusnahkannya; dan
tidak pada setiap kekuatan orang melakukan demikian. Meski akal yang telah mencapai penguasaan,
yang dapat mencipta sebagaimana ia inginkan, pula dapat musnah. Bilamana kita mampu memproduksi pada kanvas
hati kita semua yang kita inginkan dan menghapus semua yang kita inginkan, maka
kita tiba pada penguasaan itu untuk jiwa yang kita idamkan; kita penuhi tujuan
itu karena kita masih disini. Maka kita
menjadi tuan bagi takdir kita. Adalah
sulit, tetapi itulah tujuan yang kita tuntut dalam kehidupan.
Terkadang memori kita melemah oleh tegangan terlalu besar
padanya. Bila orang mencoba mengingat,
ia meletakkan tegangan pada sesuatu yang alami merupakan sifat memori untuk
mengingat, tetapi bila Anda meletakkan tegangan padanya – “Anda mesti ingat” –
maka ia akan lupa. Fakta sesungguhnya
bahwa Anda telah menegangkannya yang akan membuatnya lupa.
Orang semestinya tidak mencoba mengesankan akalnya lebih
dalam daripada kebiasaannya menjadi terkesan.
Tidaklah perlu menggunakan otak tatkala mencoba mengingat sesuatu hal,
karena dengan menggunakan otak orang hanya menegangkannya. Memori berada pada perintahmu. Jika Anda ingin mengetahui sesuatu hal, tanpa
menegangkan otakmu ia mesti datang dengan segera. Ia adalah mesin otomatis, ia mesti membawakan
kehadapanmu dengan segera semua yang ingin Anda ketahui. Jika tidak bekerja dalam cara tersebut,
terdapat sesuatu yang salah dengannya.
Assosiasi tertentu dari gagasan-gagasan membantu, seperti
halnya bila seorang telah kehilangan pikiran tentang kuda dari akalnya, dan
yang stabil mengingatkannya. Perhatianmu
sudah sangat cukup; tekad tidak semestinya digunakan untuk mengingat
hal-hal. Adalah metoda salah yang
orang-orang gunakan saat ini bila mereka mengatakan agar mengingat hal-hal
orang mesti menghendakinya. Dengan
kehendak, orang melemah. Disamping ini,
kesetimbangan antara aktivitas dan istirahat adalah perlu. Memori tidak pernah hilang. Apa yang terjadi dengannya tatkala akal
kecewa memori menjadi tumpul, sebab keterngan akal yang membuat orang mampu
membedakan semua yang mengisi memorinya.
Manakala akal kecewa tatkala seorang tidak tenang, maka biasanya dia
tidak mampu membaca semua yang memori telah rekam. Tidak benar bahwa memori mengalah pada apa
yang tersimpan didalamnya. Hanyalah
bahwa manusia kehilangan ritme kehidupan melalui keterpesonaan berlebihan,
kegugupan, kelemahan saraf-saraf, kegelisahan, kekhawatiran, ketakutan,
kebingungan. Itulah yang menyebabkan
semacam kekacauan dalam akal, dan orang tak dapat merasakan secara berlainan
hal-hal yang telah direkam di memori tersebut.
Singkatnya, seorang yang tak dapat dengan mudah belajar melalui hati
meski membuat akalnya tenang sebagaimana hal yang pertama agar kondisinya lebih
baik. Inilah cara mental. Cara fisik yang membuat memori lebih baik
adalah makan sedikit dan tidur dengan normal, tidak bekerja terlalu banyak,
tidak khawatir terlalu banyak, dan menjauhkan semua kegelisahan dan
ketakutan. Orang tidak perlu bekerja
dengan memori agar membuatnya bening.
Yang dibutuhkan adalah membuat diri sendiri tenang, optimis, dan damai
agar membuat memori berlainan.
Terdapat dunia lebih dalam yang diam kemana memori kita
tertaut, dan dunia tersebut adalah memori semesta – dengan kata lain akal
ketuhanan – dimana kita tidak hanya mengingat-ingat [recollect] apa yang kita
telah lihat, dengar, ketahui, tetapi dimana kita bahkan dapat menyentuh sesuatu
yang kita tak pernah mempelajari atau mendengarkan, mengetahui ataupun
melihat. Ini dapat pula ditemukan
disana; hanya untuk ini, pintu-pintu memori harus diletakkan terbuka.
***
Bab 10
Hati
Aspek terpenting dari akal adalah perasaan. Jika fakultas ini tidak terbuka, maka
bagaimanapun pintar dan bijaknya seorang mungkin dia tidak lengkap, dia tidak
hidup. Akal mulai hidup dari saat
perasaan tersebut terjaga didalamnya.
Banyak yang menggunakan kata perasaan, tetapi sedikit dari kita yang
mengetahuinya. Dan semakin orang
mengetahuinya, semakin sedikit orang membicarakannya. Sangatlah luas sehingga jika ada tanda Tuhan
[pastilah] dalam perasaan. Perasaan
adalah getaran, dan hati adalah kendaraannya.
Bilamana orang bertanya, “Apakah hati itu? Dimanakah hati
itu?” Biasanya jawabannya adalah bahwa hati didalam dada. Ini benar, ada pusat saraf didalam dada
manusia yang begitu sensitif terhadap perasaan-perasaan sehingga selalu
dianggap sebagai hati. Bilamana seorang
merasakan kenikmatan hebat ia berada di pusat tersebut yang dia merasakan
sesuatu bersinar, dan melalui cahaya pusat tersebut seluruh ujudnya nampak
bersinar, dia merasa seperti sedang terbang.
Dan bila depresi atau putus asa telah datang kedalam hidupnya ia
mempunyai pengaruh pada pusat itu.
Seorang merasakan tenggorokannya tercekik, dan nafasnya sesak seperti
tertindih beban berat.
Tetapi hati bukan hanya itu. Untuk mengerti ini orang harus menggambar
sebuah cermin didepan hatinya, terjurus padanya sehingga setiap hal dan setiap
perasaan terpantul di cermin ini, yang berada di ujud fisik manusia. Sebagai manusia belaka adalah pengabai
jiwanya, sehingga dia tidak mengetahui dimanakah letak hatinya, tidak pula
dimana letak pusat itu, dimana perasaan-perasaannya terpantulkan. Adalah fakta yang diketahui ilmuwan bahwa
ketika anak dibentuk ia mulai dari hati.
Tetapi konsepsi ahli mistik adalah bahwa hati itu, yang merupakan
permulaan pembentukan, juga merupakan permulaan ruh yang membuat manusia suatu
individual. Kedalaman ruh tersebut
adalah [yang] dalam realita kita sebut hati.
Melalui hal ini kita mengerti bahwa ada semacam hal seperti sebuah hati,
yang merupakan kedalaman terdalam dari ujud manusia.
Pada saat-saat ini orang mengatributkan kurang penting
kepada sentimen dan lebih bersandar pada intelek. Alasan untuk ini adalah bahwa ketika mereka
bertemu kedua macam orang, yang intelektual dan sentimental, mereka menemukan
kesetimbangan lebih besar pada orang intelektual ketimbang pada orang yang
banyak sentimen.. Taka diragukan hal ini
benar; tetpi alasan yang mendasar sebab kurangnya ketimbangan yaituada suatu
kekeuatan yang lebih besar tinimbang intelek tersebut, dan kekuatan tersebut
adalah sentimen. Bumi sangat subur, meski tidak seberdaya air. Intelek tersebut
kreatif meskipun tidak seberdaya hati dan sentimen. Pada realita orang
intelektual pula akan membuktikan ketaksetimbangan pada akhirnya bila ia tidak
mempunyai sisi sentimental terhadap ujudnya.
Apakah tidak banyak dari orang-orang yang dapat berkata, “Saya menyukai
dia, mencintainya, menghargainya, tetapi dia menutup hatinya?”. Orang yang menutup hatinya tidak mencintai
orang lain secara utuh pula tidak membiarkan orang-orang lain untuk
mencintainya sepenuhnya. Selain itu,
orang yang hanya intelektual dalam waktu tersebut menjadi skeptis, meragu, tak
berkepercayaan, dan destruktif, karena tidak mempunyai kekuatan hati guna
menyetimbangkan intelek tersebut.
Sufi menganggap pencurahan hati menjadi hal terbaik guna
penggalian ralisasi ruhani. Banyak orang
mungkin tak setuju, tetapi merupakan fakta bahwa orang yang menutup hatinya
kepada orang sejawatnya [akan] menutup hatinya terhadap Tuhan. Yesus Kristus [Nabi Isa as] tidak berkata,
“Tuhan adalah intelek”, dia berkata, “Tuhan adalah Cinta”, Maka itu, jika
kedamaian Tuhan dapat ditemukan dimanapun, bukanlah di Gereja manapun di Bumi
bukan pula di atas langit, tetapi di hati manusia. Tempat yang paling pasti dimana orang
menemukan Tuhan adalah di hati kecintaan seseorang.
Banyak orang percaya bahwa melalui bantuan akal budi
manusia akan bertindak berdasarkan kepada standar moral tertentu, tetapi bukan
akal budi yang membuat orang baik; dan bahkan jika mereka nampak baik atau
taat, mereka sekedar dibuat sangat dibuat-buat [artificially]. Narapidana di penjara semuanya dapat nampak
sopan santun. Tetapi bila kebaikan dan ketaatan alami dapat ditemukan dimanapun
ia berada dalam pancaran hati yang darinya kehidupan muncul; dan setiap tetes
dari pancaran ini adalah kebajikan hidup.
Ini membuktikan bahwa kebaikan bukanlah buatan manusia; adalah ujud
hakiki manusia. Dan bila dia kurang
kebaikan bukan melalui kurang pelatihan – walau pelatihan sering lebih
dihasratkan – tetapi karena dia belum menemukan diri sesungguhnya. Kebaikan adalah alami, karena itu orang
normal perlulah baik. Tak seorangpun
membutuhkan ajaran-ajaran agar menghidupkan sesuatu yang baik atau kehidupan
taat. Jika cinta adalah senter pada
jalan seseorang, ia menunjukkannya apa arti keadilan, dan kemuliaan kata,
kemurahan hati, dan ketaatan. Tidakkah
kadang-kadang kita melihat anak muda yang, dengan semua kecenderungan
hura-huranya, tiba-tiba menemukan seorang gadis yang dia mulai mencintanya, dan
yang tatkala dia benar-benar mencintainya mulai menunjukkan perubahan dalam
hidupnya? Dia menjadi lemah lembut, karena dia harus melatih dirinya demi dia
[gadis tersebut]; dia melakukan tanpa benda-benda [things], yang sebelumnya dia
tidak pernah berkeinginan untuk menyerah.
Dan dalam cara yang sama, dimana berada ampunan cinta tidaklah
sulit. Seorang anak mendatangi ibunya,
meski setelah melakukan pelanggaran seribu kali, dan memohon ampunannya. Tak seorangpun yang dapat didatangi. Dan tidak memerlukan sesaat bagi hati ibu
untuk memaafkan. Pengampunan sudah
menunggu disana untuk mengejawantahkan dirinya.
Orang tak dapat membantu menjadi baik hati bilamana ada
perasaan. Seseorang yang perasaannya
keluar menuju ke orang lain melihat; manakala orang tersebut membutuhkan
perasaannya, dan dia menghentakkan pesan simpati pada setiap orang yang dia temui, menemukan titik kontak pada setiap
jiwa karena dia memiliki cinta. Ada
orang-orang yang mengatakan, “Tetapi tidaklah bijak memberikan diri sendiri
kepada setiap orang dalam kelembutan tak terkekang, seperti umumnya orang-orang
tidak dapat dipercaya?” Tetapi jika seorang baik dan kasih, kebaikan ini
seharusnya menjadi terejawantahkan kepada tiap orang, dan pintu-pintu hati
seharusnya tidak tertutup kepada bukan siapa-siapa.
Yesus Kristus [Nabi Isa as] tidak hanya mengajarkan
kepada kita agar mencintai kawan-kawan kita; dia melangkah sejauh mengatakan
kita harus mencintai musuh-musuh kita.
Sufi [pun] menjalin jalan yang sama.
Dia menganggap kepemurahan hati kepada sahabat-sahabatnya agar mencinta
Tuhan; dan dalam menunjukkan cinta kepada setiap orang, dia merasa dia sedang
memberikan cintanya kepada Tuhan. Disini
sufi dan yogi berbeda, yogi bukan tidak kasih, tetapi dia berkata, “Saya
mencintai anda semua, tetapi saya lebih baik menjauh dari anda, karena
jiwa-jiwa anda selalu meraba-raba di kegelapan, dan jiwaku berada dalam
cahaya. Persahabatanmu akan membahayakan
jiwaku, maka lebih baik saya mencintaimu dari jauh.” Sufi berkata, “Merupakan suatu ujian, tetapi
harus dicoba, saya akan memikul kewajiban-kewajiban sehari-hariku ketika mereka
tiba.” Meskipun dia mengetahui alangkah
tak pentingnya dunia dan tidak menilai tinggi mereka, dia memenuhi tanggung
jawabnya kepada orang-orang yang mencintainya, menyukainya, bergantung padanya,
mengikutinya; dan dia mencoba untuk menemukan jalan terbaik bersetuju dengan
semua orang-orang yang tak menyukai dan merendahkannya. Dia hidup di dunia, dan meskipun tidak dari
dunia”. Dalam cara ini sufi menganggap
bahwa prinsip utama dalam pemenuhan tujuan hidupnya adalah mencintai manusia.
Orang-orang yang mencinta musuh-musuh mereka dan meski
kurang sabar bagaikan sebuah lentera dengan minyak yang sedikit. Ia tak dapat terus menyala, dan pada akhirnya
nyalanya padam. Minyak pada jalan cinta
adalah kesabaran, dan disamping ini ada ketak-egoisan dan pengorbanan diri dari
awal sampai akhir.
Ada yang berkata, “Pernah sekali saya sangat mencinta,
tetapi saya sangat dikecewakan.” Ini
sama saja jika mengatakan, “Saya menggali di tanah, tetapi ketika lumpur datang
saya kecewa.” Benar bahwa lumpur datang,
tetapi dengan kesabaran pada suatu hari orang sudah akan mencapai air. Hanya kesabaran yang dapat tabah. Hanya ketabahan menghasilkan keagungan.
Emas imitasi dapat seindah emas asli; berlian imitasi secemerlang
berlian asli. Perbedaannya adalah bahwa
orang gagal ujian ketabahan dan yang lain kokoh kepadanya. Makanya manusia tidak bisa dibandingkan
dengan objek-objek. Manusia mempunyai
suatu keilahian dalam dirinya, dan dia membuktikan ini melalui ketabahannya di
jalan cinta.
Lalu siapakah yang seharusnya orang cintai, dan bagaimana
seharusnya orang mencinta? Apapun
seseorang cintai, baik kewajiban, manusia, seni, para sahabat, suatu cita-cita,
atau ciptaan pasangannya, dia telah benar-benar yakin membuka pintu yang
melauinya dia mesti melewati agar mencapai cinta tersebut yang adalah
Tuhan. Awal cinta adalah taubat; ia
mengarah kepada sosok cinta yaitu Tuhan sendiri. Ada yang mengatakan bahwa mereka mencintai
Tuhan tetapi tidak kepada manusia. Tetapi
ini bagaikan berkata kepada Tuhan, “Saya mencintaiMu, tetapi bukan
citraMu,” Dapatkah orang membenci ujud
manusia yang didalamnya citra Tuhan ditemukan dan meski mengaku mencinta Tuhan?
Jika orang tidak toleran, tidak ingin berkorban, maka dapatkah orang mengaku
pecinta Yang Mahakuasa? Pelajaran pertama adalah melegakan hati dan
membangunkan rasa terdalamnya. Tanda
ketidaksucian tidak berada pada kekuatan kata-kata, bukan di posisi tinggi,
baik rohani ataupun intelektual, tidak di magnetisme. Ruh suci hanya mengungkap diri sendiri dalam
cinta semua ciptaan, merupakan pancaran cinta [yang] terus-menerus dari air
mancur ketuhanan dalam hati manusia.
Manakala sekali air mancur itu terpancar ia mensucikan hati. Ia membuat hati bening untuk menyingkap kedua
lahir dan bathin dunia. Hati menjadi
kendaraan bagi jiwa agar melihat semuanya dengan atau tanpanya. Maka orang bukan hanya berkomunikasi dengan
orang lain, tetapi pula dengan Tuhan.
***
Bagian ketiga
Pelatihan Akal
Bab 11
Tekad (will
power)
Kehendak bukanlah suatu kekuatan; semua kekuatan
disana. Bagaimanakah Tuhan menciptakan
dunia? Dengan kehendak. Maka itu yang
dalam diri kita yang kita sebut tekad berada di realita kekuatan Tuhan, suatu
kekuatan yang melalui pengenalan potensinya, meningkatkan dan membuktikan
sebagai fenomena paling besar dalam kehidupan.
Jika ada rahasia yang dapat dipelajari dibalik misteri dunia fenomena,
ialah tekad. Ialah dengan tekad semuanya
kita lakukan. Secara fisik atau secara
mental, terselesaikan. Tangan kita,
dengan segala kesempurnaan mekanismenya, tidak mampu memegang segelas air jika
tidak ada tekad yang mendukungnya.
Seseorang nampak sehat, tetapi bila tekad menggagalkannya dia tidak akan
mampu berdiri, karena bukan raga itu yang membuat kita berdiri tegak, ialah
tekad. Bukan kekuatan raga yang membuat
kita bergerak, ialah tekad menahan tubuh yang membuatnya bergerak. Maka itu dalam realita burung-burung tidak
terbang dengan sayap-sayap mereka, mereka terbang dengan tekad, ikan-ikan tidak
berenang dengan badan mereka, mereka berenang dengan tekad. Dan manakala manusia mempunyai kehendak untuk
berenang, dia berenang bagai seekor ikan.
Manusia telah mampu menyelesaikan hal-hal besar dengan
tekad, keberhasilan dan kegagalan adalah fenomenanya. Hanyalah fenomena kehendak yang mengantarkan
seseorang kepada kesuksesan; dan bilamana kehendak gagal, betapapun kemungkinan
layak dan intelejennya seseorang, dia gagal.
Maka itu kehendak bukan suatu kekuatan manusia, ialah kekuatan ketuhanan
dalam manusia. Bekerjanya dengan akal
masih lebih besar dibanding yang dengan raga, karena tak ada manusia dapat
memegang pikiran dalam akalnya sesaat bila tak ada kekuatan kehendak
memegangnya. Bila seseorang tak dapat
berkonsentrasi, tak dapat menjaga pikirannya diam untuk sesaat, berarti bahwa
tekad telah menggagalkannya.
Kini tibalah kepada pertanyaan tentang dari apakah tekad
dibuat. Dalam kata-kata puitis tekad
adalah cinta, dalam istilah-istilah metafisis cinta adalah tekad. Bila orang berkata Tuhan adalah cinta, sungguh
berarti Tuhan adalah kehendak, karena cinta Tuhan mengejawantah setelah
penciptaan, tetapi kehendak Tuhan menyebabkan kreasi. Maka itu aspek asal cinta adalah
kehendak. Singkatnya, Taj Mahal dikatakan
sebagai pernyataan cinta yang kaisar miliki untuk kekasihnya. Tetapi manakala orang melihat padanya secara
objektif, orang tidak dapat menyebutnya ungkapan cinta, dengan segera orang
menyebutnya suatu fenomena kehendak. Karena
setidaknya awal bangunan itu, orang mungkin melihat ruhnya, impuls yang memulainya,
sebagai fenomena kehendak kaisar, orang dapat mengatakan bahwa setelah
diselesaikan merupakan ungkapan cintanya.
Bila seorang mengatakan, “Saya menghasratinya, saya menginginkannya,”
adalah suatu kehendak tak lengkap, kehendak yang tidak menyadari kekuatannya,
kehendak yang tidak yakin apa kehendaknya.
Tetapi ketika dia mengatakan, “Saya menghendakinya”, itu berarti
pasti. Seorang yang tidak pernah dapat
mengatakan, “Saya menghendakinya,” tidak mempunyai kehendak.
Dari sini kita bisa menyimpulkan bahwa kehendak adalah
sumber dan asal semua fenomena. Kehendak
adalah tindakan jiwa. Orang dapat pula
menyebut jiwa diri dari kehendak.
Perbedaan antara kehendak dan jiwa adalah bagaikan perbedaan antara
seseorang dan tindakannya.
Kehendak dan kesadaran adalah pada dasarnya sama, yaitu
dua ungkapan dari satu hal yang membuat mereka berlainan, dualita ini keluar
dari kesatuan. Ialah ujud sendiri Tuhan
yang dalam pengungkapan, dalam menanggapi kesadaran. Dengan kata lain, dalam tindakan ialah kehendak,
dalam kediaman [stillness] ialah kesadaran, hanya karena pada dasarnya suara
dan cahaya adalah satu dan hal yang sama, yang dalam satu kondisi menghasilkan
cahaya melalui gesekan getaran-getaran, sementara pada kondisi lain getaran
yang sama adalah audibel [audible].
Inilah mengapa sifat dan karakter suara dari cahaya adalah satu. Dan begitupun sifat dan karakter kesadaran
dan kehendak, karena kedua hal tersebut milik ujud diri Tuhan.
Alqur’an berkata, “Kami berkata, ‘jadilah’ dan
menjadilah,” Inilah kunci kepada dunia
fenomena. Terhadap akal yang maju,
terhadap pikiran lanjutan, ini menunjukkan bahwa pengejawantahan menjadi
mewujud [existence] dalam menjawab kehendak tersebut yang terungkap diri
sendiri dalam mengatakan, “jadilah”.
Fenomena-fenomena ini bukan hanya milik asal semua hal, ia milik seluruh
ujud berbagai hal, milik seluruh proses pengejawantahan.
Sebaiknya kita melihat pada kreasi ini sebagai suatu
mekanisme, seperti manusia kini melihatnya, dan kita tidak berhenti memikirkan
bagaimana suatu mekanisme dapat meada tanpa seorang insinyur. Apakah mekanisme itu? Ia hanyalah suatu
pengungkapan kehendak dari seorang insinyur, insinyur membuatnya untuk
kemudahanya. Tetapi sebagaimana kita
tidak melihat insinyur didepan kita dan hanya melihat mekanismenya, kita
menerjunkan diri kita dalam hukum-hukum kerjanya dan melupakan insinyur yang
dengan perintahnya seluruh mekanisme tersebut berjalan. Seperti peinspirasi dan filosof besar Rumi
berkata dalam Masnawinya, “Tanah, air, api, udara, ini semua nampak
kepada kita bagai benda-benda dan objek-objek, tetapi dihadapan Tuhan mereka
adalah ujud-ujud hidup, mereka bediri sebagai hamba taatNya, dan mereka
mematuhi kehendak ketuhanan.” Sebagian
dari kehendak itu kita warisi sebagai warisan ketuhanan kita, dan kesadaran
kita tentangnya yang membuatnya lebih besar, jika kita tak menyadarinya ia
menjadi lebih kecil.
Sikap optimistik terhadap kehidupan yang mengembangkan
kehendak, sikap pesimistik menguranginya, sampai ia dari kekuatan
besarnya. Maka jika ada yang menghambat
kemajuan kita dalam hidup, ialah diri kita sendiri. Sudah terbukti lebih seribu kali bahwa tak
ada satu orangpun di dunia ini yang dapat menjadi musuh terburuk kita dari pada
diri kita sendiri, karena dalam tiap kegagalan kita melihat diri kita berdiri
dalam cahaya kita sendiri.
Tanah memegang benih, dan hasilnya ialah sebatang pohon
yang muncul darinya. Dan begitupun
dengan hati, hati memegang benih pikiran, dan ada juga pohon yang muncul ke
atas dan membawa buah-buahan pemenuhan.
Tetapi bukan hanya pikiran tetapi kekuatan pemegangan pikiran yang
teramat besar kepentingannya. Maka itu
faktor hati, yang memegang hati, sangat penting untuk pemenuhan tujuan
hidup. Sering seorang berkata, “Saya
telah berusaha semampu saya, tetapi saya tak dapat mengkonsentrasikan akal
saya, saya tak dapat menenangkan akal saya.”
Ini benar, tetapi tidaklah benar bahwa dia telah berusaha semampu saya.
‘Semampu’ tidak berakhir disini, ‘Semampu’ benar-benar menghantarkan tujuan
sampai ke pemenuhannya.
Akal bagaikan kuda tak kekang [restive]. Bawalah seekor kuda dan kuklah pada pedati,
merupakan suatu pengalaman asing baginya sehingga ia akan menendang, melompat,
berlari, dan mencoba menghancurkan pedati tersebut. Dan begitupun beban pada akal memikul manakala
Anda membuatnya mengambil pikiran kekecewaan, nyeri, kepedihan, kesedihan atau
suatu kegagalan, yang tak dapat Anda jauhkan dari pengikatnya yang
memegangnya. Tetapi bila Anda meminta
akal memegang pikiran partikular, maka ia berkata, “Saya tidak akan
memegangnya.” Bilamana sekali akal
didisiplinkan melalui konsentrasi, dengan tekad, maka ia menjadi
pelayanmu. Dan sekali akal menjadi
pelayanmu, apalagi yang Anda inginkan?
Kemudian akalmu [berada dalam penguasaanmu], Andalah raja dari
kerajaanmu.
Mungkin orang bertanya mengapa kita tidak boleh
membiarkan akal bebas juga, sebagaimana kita bebas. Tetapi kita dan akal bukan dua hal, sehingga
seperti mengatakan, “Biarkan kuda itu bebas dan penunggangnya [pula] bebas.” Maka kuda ingin ke selatan dan penunggang
akan berkeinginan menuju utara.
Bagaimana mungkin mereka pergi bersama?
Ada pula orang-orang bahkan berkata, “Biarkan kami bebas, dan biarkan
kehendak [pun] bebas.” Lalu apakah kita
ini? Kita bukan apa-apa. Disiplin mempunyai tempat di kehidupan
manusia. Dan disiplin diri, betapapun
sulit dan mengekangnya mungkin nampak kepada kita pada awalnya, masih ialah
yang pada akhirnya membuat jiwa penguasa diri.
Bukanlah kesia-siaan yang para arif dan pakar menjalani kehidupan
asketik, ada tujuan didalamnya. Ini
bukanlah sesuatu untuk mengikut, tetapi seharusnya dimengerti apakah manfaat
mereka membuatnya, apa yang mereka selesaikan dengannya. Ialah disiplin diri, pengembangan tekad.
Semua kekurangan yang kita temukan dalam kehidupan adalah
kurang kehendak, dan seluruh keberkahan yang mendatangi kita datan dengan
tekad. Beberapa orang mengira bahwa
tekad tidak bergantung pada diri kita, bahwa ialah karunia kepada orang-orang
sebagai anugerah, sebagai keberkahan.
Tidaklah bergantung pada diri kita, tetapi ialah diri kita sendiri. Tidak diragukan merupakan anugerah dan
keberkahan, tetapi pada saat bersamaan ia ditemukan dalam diri kita, ialah
hakikat ujud kita.
MENGEMBANGKAN KEHENDAK
Tabiat kehidupan yang kita jalani adalah untuk merampas
kehendak kita. Bukan hanya perjuangan
yang kita harus jalani dalam kehidupan, tetapi pula diri kita sendiri, pikiran
kita hasrat kita, keinginan kita, motif [motife] kita memperlemah kehendak
kita. Orang yang mengetahui bagaimana
batin [innerbeing] kita dihubungkan dengan kehendak sempurna akan menemukan
yang membuat kehendak kita lebih kecil, lebih dangkal, lebih terbatas, adalah
pengalaman kita selama hidup. Kenikmatan
kita merampas kehendak kita yang menyebabkan kesedihan kita, kesenangan kita
merampas kehendak kita yang menyebabkan kepedihan kita. Satu-satunya jalan mempertahankan tekad
adalah dengan mempelajari perujudan kehendak dan dengan menganalisis apa
diantara semua hal dalam diri kita yang adalah kehendak.
Mungkin nampak bahwa motif meningkatkan tekad, tetapi
pada akhirnya kita akan menemukan bahwa ia merampas kita dari tekad. Motif adalah suatu bayangan pada intelejensi,
walaupun semakin tinggi motif, semakin tinggi jiwa, semakin besar motif, semakin besar manusia. Manakala motif berada dibawah ideal merupakan
kejatuhan manusia, dan tatkala motifnya adalah idealnya merupakan
kenaikannya. Berdasarkan kepada lebar
motif maka visi manusia lebar, dan berdasarkan kepada kekuatan motif kekuatan
manusia besar.
Ada pepatah, “Manusia mengajukan, Tuhan memutuskan”. Orang selalu dihadapkan dengan kekuatan yang
lebih besar dari pada dirinya sendiri yang tidak selalu mendukung
hasratnya. Dan biasanya seorang dengan
kehendak, berhadapan dengan kekuatan lebih besar, cepat atau lambat pasti
menyerah dan terkesan oleh hilangnya kehendaknya sendiri. Ini satu contoh, tetapi seratus contoh dapat
diberikan untuk menunjukkan bagaimana orang dirampas kehendaknya tanpa
menyadarinya. Amat sering seorang
mengira bahwa dengan menjadi aktif atau kukuh dia mempertahankan kehendaknya,
dan bahwa dengan menjadi pasif di kehilangan kehendaknya. Tetapi tidaklah demikian. Dimana terjadi pertempuran disitu ada maju
dan ada mundur. Dengan mundur orang
tidak dikalahkan, dan dengan maju orang tidak selamanya menang. Orang yang setiap saat memaksakan kehendaknya
sangat cepat menegangkannya dan melelahkannya, seperti terlalu yakin tentang
seutas tali yang seseorang pegang sambil menggesekkannya pada sisi tajam dari
sebuat batu. Sangat sering orang melihat
bahwa orang banyak yang menggunakan tekad besar gawal lebih cepat dari pada
orang-orang yang tidak menggunakannya.
Selalu juga terjadi peperangan antara tekad dan
kebijakan; dan hal yang pertama dan paling bijaksana dilakukan adalah
menghantarkan keselarasan antara mereka.
Manakala seorang berkata, “Saya ingin melakukan ini, saya akan melakukan
ini,” dan pada saat yang sama hatinya [sense] berkata, “Tidak, Anda tidak dapat
melakukannya, Anda tidak seharusnya melakukannya,” lalu meski dengan sepenuh
tekadnya baik dia tak dapat melakukannya atau dia akan melakukan sesuatu
melawan pertimbangan lebih baiknya.
Inipun menunjukkan [kepada] kita kehidupan dalam cahaya
yang lain. Orang-orang yang bijak tetapi
tanpa kehendak sepayah orang-orang dengan tekad tetapi tanpa kebijakan. Tidaklah berguna meletakkan kebijakan di
depan dan tekad di belakang, tidak pula ada gunanya meletakkan tekad didepan
dan kebijakan di belakang. Yang perlu
adalah membuat keduanya menjadi satu, dan ini dapat dilakukandengan menyadari
tindakan keduanya dalam semua orang lakukan.
Pada saat yang sama orang dapat melatihnya dalam kehdupan sehari-hari
orang dengan menyelamkan diri sendiri tentang hal-hal orang sukai. Jika seorang selalu mendapatkan yang dia
inginkan, tidak diragukan dia memanjakan kehendaknya, sehingga kehendaknya
tidak mempunyai reaksi.
Gugahan [stimulus] diberikan kepada kehendak tatkala
orang menyelamkan diri sendiri tentang apa orang inginkan, maka kehendak
menyadari diri sendiri, hidup, ia bertanya-tanya mengapa ia tidak seharusnya
memilikinya. Singkatnya, seorang ingin
[buah] peach, tetapi pada saat yang sama dia sangat tertarik kepada bunga peach
itu. Dia pikir bunga itu indah, dan lalu
gagasannya muncul, mengapa tak membiarkannya pada pohonnya?. Itu yang membuat dia memutuskan tidak memetiknya. Ini memberi dia gugahan, karena hasrat
pertama keinginan untuk menggenggamnya, dan lalu indera ingin bekerja dengannya
karena cahaya datang dari gesekan, begitupun tindakan [does] akan datang dari
gesekan.
Tekad berada dalam pengendalian, kebalikan dengan
imajinasi, yang bekerja tanpa kendali, karena jika orang ingin mengendalikannya
[malah] orang memainkannya. Tiada di
dunia ini, baik dalam alam [sphere] akal atau pada dunia fisik, dapat bergerak
tanpa tekad, tetapi sementara satu hal tekad berada dalam kendali mutlak,
dengan yang lainnya ia bekerja secara otomatis.
Ada musuh yang lain tekad, dan yaitu kekuatan hasrat,
kadang-kadang ini merampas tekad kekuatannya, kadang-kadang tekad menjadi kuat
oleh konflik dengan hasrat. Pengabaian
diri terpikir dalam Injil umumnya bermakna pengekangan hasrat. Ini tidak seharusnya diambil sebagai prinsip
tetapi sebagai suatu proses. Orang-orang
yang mengambilnya sebagai prinsip telah tersesat, orang-orang yang mengambilnya
sebagai suatu proses telah beruntung.
Musuh indera, kebijakan, adalah kurangnya ketenangan
akal. Bilamana akal tenang ia
menghasilkan pikiran yang benar, dan kebijakan biasanya muncul sebagai sebuah
air mancur. Maka itu para sufi telah
memikirkan latihan yang berbeda, kedua dalam bentuk fisik dan mediatif, untuk
membuat akal tenang, sehingga kebijakan yang berada disana mungkin memancar
bagaikan sebuah air mancur. Bukan di air
beriak yang orang dapat melihat citranya terpantulkan, di air tenanglah yang
orang melihatnya dengan jelas. Hati kita
bagai air, dan bilamana ia diam kebijakan memancar dengan sendirinya. Kebersamaan kebijakan dan kehendak yang
bekerja menuju suatu isu keberhasilan.
Tekad secara sistematis dikembangkan melalui
pendisiplinan raga. Raga harus duduk
dalam postur disarankan, ia harus berdiri ditempat ia diminta berdiri. Raga tidak seharusnya menjadi lelah, penat,
dengan apa yang diminta [melakukan]nya, tetapi seharusnya menjawab permintaan
orang yang memilikinya. Pada saat sufi
memulai mendisiplinkan raga, dia mulai melihat betapa tak disiplinnya ia
selalu, lalu ia menemukan bahwa raga inilah yang dia selalu menyebut “milikku,”
“saya sendiri”, dan demi kenyamanannya dia selalu melakukan apapun dia mampu,
sehingga orang tak berkeyakinan [infedel] ini nampak lebih tak patuh, lebih tak
yakin.
Setelah itu datanglah kedisiplinan akal. Ini terlaksanan melalui konsentrasi. Tatkala akal memikirkan sesuatu yang lain
dari orang menginginkannya berpikir pada satu pikiran yang spesifik, maka ia
menjadi sangat tidak tenang, ia tidak mau berhenti sejenak, karena ia sudah
terbiasa tanpa disiplin. Kesulitan
muncul manakala orang mencoba berkonsentrasi, ia mulai melompat, sementara pada
waktu lain ia hanya bergerak-gerak.
Tetapi akal dimaksudkan agar menjadi pelayan patuh, sama halnya raga
dimaksudkan agar menjadi alat patuh yang dengannya mengalami kehidupan. Bila mereka tidak bekerja baik [in order],
jika ia tidak bertindak seperti orang mengimpikannya, maka orang tak dapat
mengharapkan kebahagiaan sejati, kemudahan nyata dalam hidup.
Adal dapat dilatih dengan menganggapnya sebagai entitas
terpisah, menjaganya, dan mengajarnya.
Ada ego dan [pula] ada akal, kita harus melihat pada akal dan berpikir,
“Sayalah akal, akalku berada dihadapanku,” dan lalu menganalisisnya, bayangkan
ia sebagai entitas, dan bercakaplah dengannya, dan jawaban akan datang. Bahkan hewanpun dilatih, tak dapatkah manusia
melatih akalnya? Bilamana orang tak
mampu melatih diri sendiri ini hanya berarti bahwa orang tak mau mengambil
persoalan. Singkatnya, sangat sering
manakala diminta untuk membaca puisi, orang-orang akan berkata, “Ya, saya akan
senang membacanya dengan segera.” Mereka
tidak mau melatih otak mereka. Pertama mereka
tidak mau mengambil kesukaran bagi orang lain, dan lalu kemalasan mereka
meningkat dan mereka mungkin sampai pada suatu keadaan dimana mereka tidak mau
mengambil kesukaran bagi diri mereka sendiri.
Ia memulai dengan keegoisan [selfishness] – mereka tidak mau berpikir
tentang orang lain – dan lalu ia berakhir oleh seorang yang tidak ingin
berpikir tentang dirinya sendiri. Lalu
apakah yang dipikirkannya? Tiada satupun.
Orang seharusnya berkata kepada akal, “Lihatlah disini,
Andalah akalku, Andalah peralatanku, Andalah budak dan pelayanku, Anda disini
untuk menolongku. Anda akan melakukan
apapun yang saya inginkan, Anda akan berpikir apapun yang saya inginkan, Anda
akan melakukan apapun yang saya inginkan.
Anda tak akan berpikir atau merasakan apapun yang berbeda dari
keinginanku, karena Anda adalah akalku dan Anda harus membuktikan pada akhirnya
menjadi milikku.” Dengan melakukan ini
kita memulai menganalisis akal kita, kita mulai melihat dimana ia berkarat,
apatah ia telah menjadi terlalu dingin atau terlalu panas, kita dapat melatihnya
sendiri, berdasarkan kondisinya, dan kitalah yang pelatih terbaik bagi akal
kita, lebih dari siapapun di dunia ini.
Kehendak dapat diperkuat melalui latihan, dengan
mendorongnya menanggungi rintangan dengan dan tanpa, melalui tindakan
berlawanan terhadap kecondongan sendiri, melalui pemegangan impuls dalam
pemeriksaan, tidak membiarkan mereka menuju jangkauan terpanjang [the full
length] ayunan mereka, dengan menahan tiap tindakan atau pengungkapan kepada
yang orang mungkin condong, tidak membiarkan diri sendiri menjadi terkuasai
oleh kemarahan, kesenangan [laughter], kesedihan, atau oleh kegembiraan serta
kesedihan yang ekstrim, ataupun suasana emosi [mood] apapun, tetapi lebih baik
mengganti emosi tersebut kepada lawannya [marah ke kelembutan, kegembiraan ke
kesedihan, kepedihan ke kesenangan], dengan memeriksa emosi dan menghapusnya,
atau dengan menahannya dalam kenali kita sementara nantinya membiarkannya
mendapatkan penyalurannya.
Mengetahui kapan mempertahankan dalam kehendak kita dan
kapan memasukkan kepada kehendak orang-orang lain sering sulit, dan
kadang-kadang kita mengira sangat sulit mengetahui apa kehendak Tuhan dan apa
kehendak kita sendiri. Kadang-kadang
enam bulan kemudian, kadang-kadang setahun atau bertahun-tahun setelahnya, kita
melihat dengan jelas apa yang sudah seharusnya kita lakukan pada kasus
tertentu, apa jalan yang sudah seharusnya kita tempuh, yang pada saat kita
tidak dapat menjelaskan walaupun kita telah mencobanya. Jika pada saat kesulitan itu kita sebelumnya
setenang setelahnya, seperti bebas dari pikiran-pikiran kesenangan,
kegembiraan, ketaknyamanan, atau kerugian yang akan berakibat kepada diri kita
sendiri dari tindakan kita, kita harus melihat sejelasnya pada saat itu dan
mencerap dengan jelas kehendak Tuhan.
Kehendak dapat menjadi kuat sehingga ia mengendalikan
raga, membuatnya sehat sepenuhnya.
Tetapi mungkin orang bertanya, lalu bagaimanakah tentang kematian? Kematian bukan suatu yang asing bagi tekad,
meski disebabkan oleh tekad. Ada yang
mengira orang tidak mengundang kematiannya.
Sesungguhnya, memang tidak, tetapi kehendak pribadi menjadi melemah dan
kehendak lebih besar mengesankan kehendak lemah ini, bebalik kepada dirinya
sendiri. Karena kehendak lebih kecil
milik kehendak lebih besar. Para sufi
menyebut yang pertama [sebagai] kadr dan yang kemudian [sebagai] kazha. Kazha memantulkan perintahnya pada kadr,
dan kadr tanpa sadar menerimanya.
Pada tampaknya seseorang mungkin masih ingin hidup, tetapi di kedalaman
dia telah menarik diri untuk mati. Jika
orang tidak menarik dirinya bagi kematian sebelum hidupnya diambil darinya, dia
tak akan mati.
Penarikan kehendak manusia kepada kehendak ketuhanan
adalah penderitaan nyata. Setelah
penderitaan itu lalu kebangkitan orang dapat mendatangi ini dengan menharapkan
ridha Tuhan, dan tidaklah sulit, sekali orang telah mengharap ridhaNya. Hanya bila orang tidak memulai mencoba
sehingga orang tidak mengetahui ridha Tuhan.
Tetapi terpisah dari ini ada pelajaran lain yang sufi telah mengajarkan:
mengharapkan keridhaan kawan sendiri.
Ini hal yang sangat penting yang orang sering enggan lakukan. Dia lebih berkehendak melaksanakan keridhaan
Tuhan, tetapi manakala orang memintanya mengharapkan keridhaan kawannya dia
menolak.
Dalam kasus apapun, apapun bentuknya, orang mencari
keridhaan hanya satu dan sama [yakni] yang Maujud. Orang memulai dengan pengunduran, tetapi
bilamana orang telah belajar terundur dalam kehidupan, tetapi bilamana orang
diposisikan kepada kehendak ketuhanan, orang tidak perlu terundurkan, karena
keinginan orang menjadi impuls ketuhanan.
***
Bab 12
Konsentrasi
Agar memperoleh pengetahuan konsentrasi, membutuhkan
bukan hanya kajian tetapi juga kesetimbangan.
Sebelum menyentuh subyek ini saya akan menjelaskan motiv apa yang kita
miliki dibalik konsentrasi. Terdapat dua
aspek kehidupan, kehidupan bersuara dan kehidupan hening. Melalui kehidupan bersuara yang saya
maksudkan, semua sensasi yang kita alami melalui kehidupan panca indera
kita. Manakala orang bertanya apa
keuntungan orang bermula berhubungan dengan kehidupan hening. Jawabannya adalah kehidupan tersebut sehening
kehidupan hening itu sendiri. Kehidupan
sensasi menjadi jelas, keuntungannya jelas, dan meski sebatas kehidupan sensasi
tersebut, sangat terbatas keuntungannya.
Itulah sebabnya mengapa kita mendapatkan semua pengalaman kita bernilai
kecil. Kepentingannya berlangsung
sepanjang kita mengalami mereka, tetapi setelah itu kepentingan kehidupan
sensasi habis.
Nilai kehidupan hening berdiri sendiri. Kita diarahkan untuk menempelkan suatu nilai
kepada sesuatu yang berkaitan [dengan] kehidupan terluar kita. Kehidupan hening tidak memberi kita
keuntungan khusus, tetapi keuntungan umum.
Dengan kata lain, bila ada luka kecil di badan penggunaan eksternal dari
pengobatan tertentu dapat menyembuhkannya, tetapi ada obat lain yang dapat
menyembuhkan kondisi umum tersebut, dan ini lebih memuaskan ketimbang
penyembuhan luar tersebut, meski sedikit spektakuler.
Orang tak dapat secara pasti mengatakan apa keuntungan
yang diperoleh dengan konsentrasi, tetapi dalam realita setiap macam keuntungan
menjadi tercapai melaluinya, dalam segala arah.
Terdapat dua macam konsentrasi, otomatis dan kesengajaan konsentrasi,
otomatis ditemukan di banyak orang yang tidak mengetahui bahwa mereka berkonsentrasi
meskipun mereka melakukan, mereka berkonsentrasi secara otomatis, beberapa
orang [diantaranya] tak menguntungkan mereka, beberapa orang [yang lain]
menguntungkan mereka. Orang-orang yang
berkonsentrasi agar menguntungkan mereka adalah orang-orang yang akalnya
terikat pada bisnis mereka, pada seni mereka, pada pekerjaan apapun yang mereka
miliki. Merekalah orang-orang yang
karena konsentrasi mereka [sehingga] dapat bekerja lebih berhasil, berdasarkan
kekuatan konsentrasi seseorang, sehingga akan [meraih] sukses mereka.
Suatu kali saya berkesempatan menikmati mendengarkan
Paderewski di rumahnya sendiri. Dia
mulai memainkan pianonya dengan lembut.
Setiap nada membawanya kedalam lautan musik yang lebih dalam. Orang meditatif manapun dapat melihat dengan
jelas bahwa dia begitu berkonsentrasi pada apa yang dia lakukan sehingga dia
tak tahu dimanakah dia berada. Karya
komposer besar yang akan selalu hidup, yang menguasai hati manusia, dari tempat
manakah mereka datang? Dari konsentrasi.
Begitupun halnya dengan penyair, begitupun halnya dengan artis,
konsentrasilah yang menjadi warna dan garis, yang membuat gambar. Biasanya, apatah seseorang adalah artis
ataupun penulis, musisi atau pujangga, dalam bisnis ataupun industri, dalam
ketakhadiran konsentrasi orang tak akan pernah berhasil.
Kadang-kadang konsentrasi bekerja bagi ketak-untungan
seseorang. Ada orang-orang yang selalu
berpikir bahwa mereka tak beruntung, bahwa setiap yang mereka lakukan akan
salah jalan, bahwa orang-orang tak menyukai mereka, bahwa orang-orang membenci
mereka. Berapa orang mulai menganggap
bahwa mereka tak mampu melakukan apapun, bahwa mereka tak sanggup, tak
berguna. Yang lain lepas dari
belas-kasihan diri berpikir bahwa mereka sedang sakit. Pada cara tersebut meskipun mereka tidak
sakit mereka menciptakan penyakit.
Beberapa orang melalui konsentrasi merengkuh penyakit, selalu berpikir
tentangnya. Tak ada tabib yang dapat
berhasil dengan mereka. Suatu kali
seorang tabib tua berkata, “Terdapat banyak penyakit, tetapi lebih banyak lagi
pasien.” Sekali seorang menjadi pasien
melalui konsentrasi, dia sulit sembuh.
Dan banyak terdapat kasus konsentrasi otomatis [yang] tak menguntungkan
manusia.
Konsentrasi intensional diajarkan oleh para perenung,
filosof, dan orang-orang meditatif.
Keseluruhan mistik ini dapat dibagi kedalam empat tingkatan
berbeda. Yang pertama adalah
konsentrasi, berikutnya kontemplasi, yang ketiga meditasi, yang keempat
realisasi.
Tingkat pertama adalah melekatkan pikiran pada satu
objek. Orang tidak seharusnya
berkonsentrasi pada objek apapun yang datang bersama, karena pada apa yang
orang konsentrasikan mempunyai pengaruh pada seseorang. Manakala orang berkonsentrasi pada objek mati
ia mempunyai pengaruh mematikan jiwa, bilamana orang berkonsentrasi pada objek
yang hidup secara alami mempunyai pengaruh hidup. Rahasia dari ajaran semua Rasul dan ahli
mistik ditemukan disini.
Konsentrasi ini dicapai dalam tiga cara berbeda. Yang pertama adalah melalui tindakan. Orang melakukan gerakan tertentu atau
melakukan tindakan yang menolong akal untuk berkonsentrasi pada objek
tertentu. Cara lain adalah dengan
bantuan kata-kata. Dengan pengulangan
kata-kata tertentu orang belajar berpikir secara otomatis tentang suatu objek
tertentu. Cara yang ketiga adalah dengan
bantuan memori. Memori bagaikan tempat
penampungan pembangun. Dari sinilah
pembangun mengambil apapun yang diinginkan, ubin, pilar-pilar, batu bata,
apapun yang dia inginkan. Orang yang
berkonsentrasi dengan cara ini melakukan hal yang sama [dengan] anak-anak yang
mempunyai batu bata untuk membangun rumah mainan dengannya. Dia mengumpulkan benda-benda di memorinya,
dan dengan mereka dia menyusun objek-objek agar supaya berkonsentrasi pada apa
yang dia inginkan.
Mengenai kontemplasi, hanya jika seseorang cukup ahli
sehingga dia dapat berkontemplasi, karena kontemplasi bukan pada objek, adalah
pada ide. Tak diragukan seorang mungkin
berpikir bahwa dia siap melakukan apapun, dan setelah berkonsentrasi, dia dapat
berkontemplasi, tetapi sifat-sifat akal adalah sedemikian bentuk sehingga ia
melenting dari genggaman [pada] saat orang mencoba menahannya. Maka
itu, sebelum orang benar-benar memulai berpikir sebelumnya akal telah
melemparkan objek konsentrasi seperti kuda liar. Akal tidak selalu begitu tak [dapat]
diatur. Ia terbukti tak dapat diatur
manakala ia ingin mengatur diri sendiri, seperti tubuh, orang mungkin merasa
beristirahat penuh duduk secara alami, tetapi begitu seorang mempertahankan
diam tak bergerak selama lima menit, tubuh mulai merasa [hendak]
bergerak-gerak. Dan masih lebih sulit
membuat akal [menjadi] patuh. Maka itu,
ahli mistik menemukan sebuah tali untuk mengikat akal di suatu tempat tertentu
dimana ia tak dapat bergerak. Apakah
tali itu? Tali tersebut adalah
nafas. Karena tali itulah
sehingga mereka mengikat akal dan membuatnya berdiri dimana mereka inginkan
untuk berdiri. Seperti burung
menggunakan air liurnya untuk membuat sarangnya, sehingga ahli mistik kehabisan
nafas [dalam] menciptakan atmosfir, menciptakan cahaya dan magnetisme pada
tempat untuk hidup.
Salah satu kekhasan akal ialah bahwa ia seperti sebuah
rekaman gramaphone, apapun yang diimpreskan padanya, mampu di reproduksi. Kekhasan lain adalah bahwa bukan hanya
memproduksi sesuatu tetapi mencipta apa yang terkesan padanya. Bila kejelekan terekam, akan memproduksi
ketidak-akuran, ketak-selarasan. [Dengan] mempelajari konsentrasi memperjelas
rekaman dan membuatnya memproduksi yang kita inginkan, bukan apa-apa yang keluar
secara otomatis. Di dunia ini, orang
begitu terbuka terhadap pengesanan, orang berjalan dengan mata dan telinga
terbuka. Tetapi bukan hanya mata, bukan
pula hanya telinga yang terbuka, bibir-bibir terbuka agar mengeluarkan yang
mata dan telinga masukkan, dan inilah bagian yang membahayakan.
Bagian ketiga konsentrasi adalah meditasi. Pada tingkat ini orang menjadi
komunikatif. Orang berkomunikasi dengan
kehidupan hening, dan secara alami komunikasi membuka pula dengan kehidupan
terluar. Maka itulah sehingga manusia
menyadari bahwa kedua kehidupan terluar dan terdalam, kenyataannya segala hal,
adalah komunikatif. Lalu dia memulai
mempelajari apa yang tak akan pernah dipelajari melalui pengkajian ataupun dari
buku-buku. Kehidupan hening itu adalah
guru terbesar dan mengetahui semua hal.
Bukan hanya mengajar, tetapi ia memberikan kedamaian, kenikmatan,
kekuatan dan keselarasan yang membuat hidup indah.
Tak seorangpun yang mengaku menjadi meditatif. Karena orang meditatif tidak perlu
mengatakannya dengan bibir.
Atmosfirnyalah yang mengatakannya, dan atmosfir itu sendiri yang dapat
mengatakan apatah salah atau benar.
Pernah saya menanyai guru ruhani saya apakah anda mengetahui Tuhan. Dia berkata, “Bukan orang-orang yang menyebut
nama Tuhan, tetapi orang-orang yang tak bersuara mengatakannya.” Banyak orang yang mengembara melihat, mencari
sesuatu yang berharga, sesuatu yang luar biasa, tetapi tak ada yang lebih luar
biasa dari pada jiwa manusia.
Realisasi adalah hasil dari ketiga tingkatan [yang
pertama]. Jenis ketiga dari pengalaman
manusia mengejar meditasi, tetapi pada tingkatan ini, meditasi mengejar
manusia. Dengan kata lain, tidak lama
lagi biduan menyanyikan lagu, tetapi lagulah yang menyanyikan biduan. Tingkat keempat ini adalah sejenis ekspansi
kesadaran, adalah pemaparan jiwa, penyelaman mendalam bersama diri sendiri,
berkomunikasi dengan tiap atom keberadaan kehidupan di seluruh dunia, adalah
kesadaran yang nyata yang membentukkan pemenuhan tujuan kehidupan.
KONSENTRASI MISTIK
Getaranlah yang menjadi odibel (audible), dan
atom-atomlah yang menjadi dapat terlihat (visible). Terdapat dua macam getaran, halus dan kasar,
dan pula ada dua macam atom, yang juga
adalah halus dan kasar. Getaran halus
tidak terserap oleh telinga tetapi sens pencerapan. Ini adalah getaran-getaran perasaan, yang
menghantarkan mereka ke yang lain sampai ke perluasan tertentu. Atom-atom halus tak terlihat oleh mata kita
tetapi oleh sens pencerapan kita.
Mengelompokkan bersama, ini membentuk pikiran. Semakin kasar suatu getaran-getaran bunyi dan
suara yang telinga luar kita mendengar[nya], dan semakin kasar atom-atom adalah
yang atom-atom yang membentuk substansi yang mata kita dapat melihat.
Dengan konsentrasi dimaksudkan mengelompokkan bersama
atom-atom halus pada model objek-objek yang nampak oleh mata kasat kita
sehingga membentuk pada akal kita suatu gambar objek-objek sebagaimana nampak
oleh mata kita di dunia eksternal.
Awalnya sulit, [karena] akal kita tak pernah dikendalikan, dan maka itu
tidak terbiasa taat. Ia akan menjadi
lelah tatkala menahan pikiran apapun yang terdiri dari atom-atom halus. Tetapi bila perasaan yang menahan pikiran,
maka kuat bertahan, meski melawan hasrat.
Karena atom adalah keluaran getaran, dan manakala getaran menahannya,
atom tersebut tertahan bagaikan baja dengan magnet. Maka itu konsentrasi dikembangkan melalui
penahanan objek dengan pertolongan perasaan.
Disinilah rahasia semua kerja keras (devotion).
Kehendak memerankan bagian terpenting dalam
konsentrasi. Kerjanya yang pertama-tama
adalah mengambil atom-atom dari gudang memori, dan lalu menahan mereka
bersama-sama, membuat satu visi tunggal untuk dikonsentrasikan. Maka itulah sehingga kehendak kuat dapat
berkonsentrasi lebih baik ketimbang kehendak lemah. Orang-orang yang menyelesaikan
pekerjaan-pekerjaan besar dan pekerjaan-pekerjaan sulit serta orang-orang yang
berhasil dalam setiap perusahaan yang mereka jalankan adalah para pemilik
kehendak kuat. Kehendak mengembangkan
konsentrasi, dan konsentrasi mengembangkan kehendak. Orang-orang yang berubah-ubah, yang beranjak
dari satu pikiran kepada yang lain,
memperlihatkan kurang kehendak sebagaimana kurangnya konsentrasi.
Setiap orang, apakah akrab dengan hal-hal mistik atau
tidak, biasanya mempunyai fakultas berkonsentrasi terhadap derajat lebih rendah
atau tinggi. Tentu saja orang mengembangkan
fakultas tersebut melalui latihan, dan dengan tak menggunakan fakultas tersebut
melemahkannya. Kurang dikenal terhadap
dunia, tetapi rahasia besar yang dimengerti dan dilatih oleh para ahli mistik,
sehingga jika kehendak mampu mengambil atom-atom dari memori dan menyusun visi
dikehendaki dan menahannya, saatnya menjadi mampu menguasai semua urusan di
dunia, betapapun kemungkinan sulitnya mereka [urusan tersebut]. Bilamana kesempurnaan dicapai dalam hal ini,
[berarti] orang telah mencapai kekuatan ajaib yang tidak mungkin bagi
dunia memungkinkan bagi seseorang.
Konsentrasi bisa dipertimbangkan [dalam] tiga macam. Pertama memvisualisasikan bentuk, kedua
memikirkan tentang sebuah nama, suatu bentuk yang tak berlainan, yang ketiga
adalah pikiran tentang sifat yang berada dibalik bentuk dan nama. Orang yang
belum menguasai konsentrasi pada bentuk dalam perluasan penuhnya tidak
seharusnya mencoba jenis kedua, dan setelah mencoba jenis kedua konsentrasi
secar menyeluruh, orang bisa mencoba yang ketiga. Kurang
di tingkat pertama akan berlanjut pada yang kedua dan ketiga, maka itu
yang pertama harus benar-benar dikuasai dengan baik.
Ada tiga jenis konsentrasi pada jenis pertama
konsentrasi, memvisualisasikan suatu objek, menilik sampai ke rinci bentuk tersebut,
dan memvisualisasikan ketubuhan bentuk pada saat yang sama.
Juga terdapat tiga jenis konsentrasi pada nama. Jenis pertama adalah menahan nama seseorang
atau objek yang dikenal agar menyatu dalam akal dan membentuknya melalui
imajinasi seseorang. Jenis kedua adalah
menyimpan nama seseorang atau objek dalam akal dengan memori yang sama. Yang ketiga adalah menahan nama suatu entitas
yang sulit terbayangkan, yaitu [hal-hal] diluar jangkauan mata ataupun akal.
Dalam konsentrasi pada sifat juga terdapat tiga
jenis. Yang pertama berada pada
perasaan-perasaan alami, seperti kebajikan, kebaikan, keramahan, atau
kepahitan. Jenis kedua berada pada
kekayaan, kekuasaan, jabatan, atau magnetisme.
Dan yang ketiga berada pada intuisi, inspirasi, keberkahan, illuminasi.
Kemajuan bertingkat, setapak demi setapak, dianjurkan
dalam konsentrasi yang harus dilanjutkan dengan ketahanan, dorongan, dan
kesabaran.
Langkah pertama bagi konsentrasi adalah observasi. Orang yang kurang observasi tak dapat
berkonsentrasi [dengan] baik.
Konsentrasi bergantung pada kekokohan akal, dan kekokohan ini dapat
dibawa-bawa melalui daya tarik.
Orang-orang yang tidak mempunyai daya tarik atau siapapun yang tidak
mempunyai kekokohan akal, dan orang-orang yang akalnya tak kokoh tak dapat
mengobservasi dengan tepat. Konsentrasi
pada guru-guru rohani, terlatih diantara kedua orang-orang Hindu dan para Sufi,
[yang] mengajarkan rahasia ini.
Selama waktu seseorang mengobservasi suatu objek,
sepanjang dalam proporsi memorinya cukup dan bisa berada didepan mata
persepsinya kapanpun dia ingin. Bila
kita memikirkan hal tertentu dan [kita] tak dapat mengingat-ingat ke memori
kita, mungkin akal kita tak kompak [unsteady] pada saat itu atau
terdapat kekurangan observasi tentang objek tersebut tatkala kita melihatnya.
Tak ada cara yang lebih baik mengolah [cultivate] memori sendiri
ketimbang melalui observasi tentang suatu objek tinggal pada waktu
tertentu. Observasi memperlihatkan
dengan pengamatan mendalam mereka tentang suatu tekad, akal kokoh dan kapasitas
untuk berkonsentrasi.
Setiap objek yang sekali mata telah melihat disimpan
dalam-dalam lebih atau kurang di memori seseorang, ia pada saat [itu] menebar
menjadi serpihan-serpihan. Manakala
orang mengingatnya, orang [tersebut] mengumpulkan melalui tekad
serpihan-serpihan yang sebelumnya tertebar, membuatnya utuh.
Muncul pertanyaan, apa yang membuat objek tersebut menebar? Jawabannya adalah bayang-bayang objek lain
yang kita lihat dan simpan di akal jatuh pada objek tersebut, memotong-motongnya
menjadi serpihan-serpihan. Dan meski
serpihan-serpihan setiap objek tetap berdekatan bersama, [tetapi] afinitas
antara serpihan-serpihan yang menahan mereka.
Orang mengumpulkan mereka dengan tekadnya dan dengan cahaya intelegensi
dalam keadaan jaganya. Dalam mimpi
kadang-kadang dia tak dapat mengelompokkan mereka dengan baik, karena cahaya
intelegensi meremang dan tekad
melemah. Maka itu orang sering
melihat seekor singa dengan sayap-sayap elang atau seseorang dengan telinga
gajah. Semua hal terlihat atau tidak yang orang lihat dalam mimpi-mimpinya
adalah serpihan-serpihan dari lebih dari satu oleh yang menggabung bersama,
disebabkan oleh kurangnya kehendak dan intelegensi.
Konsentrasi jauh lebih penting daripada aktivitas apapun
dalam kehidupan, karena ia bukan aktivitas pula bukan istirahat, dan nyatanya
adalah keduanya. Aktivitas pada
inderalah sehingga orang mencipta dan menyusun objek konsentrasi dan diletakkan
pada indera sehingga sementara orang menahan objek tersebut yang padanya orang
berkonsentrasi orang mengendalikan dengan meletakkan aktivitas lebih lanjut
dari akal. Seseorang bagaikan penunggang
menahan kudanya sesaat manakala ia berdiri pada kaki belakang, yang
membentukkan aktivitas dan beristirahat pada saat yang sama.
Konsentrasi bisa dibagi menjadi tiga tingkat, perintah,
aktivitas, dan kendali. Pertama,
kehendak memerintah akal agar aktif dan mencipta objek yang diinginkan
kemudian, secepatnya akal membawa perintah tersebut dengan meyusun objek
berdasarkan kemampuannya. Dan ketiga,
kehendak menahan aktivitas lanjutan dari akal seperti tuan penunggang akan
menahan kekang kudanya, untuk mencegahnya dari mengambil langkah-langkah
selanjutnya dari tempat dimana dia menginginkannya berhenti.
Halangan terbesar yang berdiri melawan konsentrasi adalah
pikiran tentang ujudnya sendiri.
Manakala orang berpikir tentang keberadaan seseorang dan pada saat yang
sama berpikir, “Saya sedang berkonsentrasi pada objek tertentu,” tidak
mungkinlah melakukan konsentrasi penuh.
Semakin orang kehilangan pikiran tentang ujud sendiri dari
konsentrasinya, orang itu semakin mampu berkonsentrasi. Kesadaran diri adalah musuh dari pembicara,
penyanyi, dokter atau pengacara, sehingga membentukkan musuh besar dari orang
yang berkonsentrasi. Konsentrasi dilatih
agar menghindari kesadaran diri, dan sementara berkonsentrasi menggunakan puasa
melawan aktivitas konstan dan terkendali dari akal.
Kadang-kadang seseorang menggambarkan suatu objek dalam
penglihatan akalnya dan melihatnya, setelah suatu waktu, berdiri dihadapan
realita seseorang. Semakin banyak
konsentrasi akal seseorang, semakin banyak dia mengalami pengalaman ini. Saya teringat hal-hal yang pernah saya
gambarkan di akal saya menjadi realita meski setelah dua belas tahun kemudian.
Orang yang bertanya-tanya apatah konsentrasi yang membuat
suatu hal terjadi sejalan dengan waktu, ataukah konsentrasi sebelumnya mencerap
apa yang akan terjadi. Faktanya bahwa
kedua hal tersebut benar. Misalnya
seseorang memikirkan membeli berlian [dengan] bentuk tertentu, jenis
tertentu. Barangkali berpikir terlalu
kuat dan mendalam tentang itu pada suatu waktu yang lalu. Dan lima tahun kemudian, tatkala ia telah
lupa tentang hal ini, seseorang menghadiahkannya dengan cincin berlian.
Pertanyaannya apatah konsentrasinya yang membuat berlian
tersebut untuknya dan membuat kawannya memberikannya kepadanya ataupun dia
melihat berlian tersebut dalam konsentrasinya karena sudah diberikan [maka]
mungkin dijawab sebagai berikut: tak diragukan ada berlian di toko untuknya, menunggu
sampai ke jemarinya pada suatu waktu, yang membentukkan bagiannya dalam
kehidupan. Tetapi pada saat yang sama
fakta pemikirannya sangat kuat tentangnya membuat berlian tersebut langsung
kepadanya, tanpa berpindah, barangkali, ke dalam kepemilikan banyak [orang],
dan tanpa berjuang keras untuknya.
Walaupun konsentrasi membantu dalam melihat hal-hal
sebelumnya, ternyata bukan konsentrasi tetapi firasat (foresight) yang
membantu. Maka itu pikiran tentang jenis
ini tidak harus membentukkan pikiran manusia sendiri, meski pada saat itu
nampaknya demikian. Terus terang,
seharusnya disebut visi atau intuisi, [termasuk] yang pertama jika terjadinya
dalam tidur, yang terakhir pada keadaan jaga.
Konsentrasi mempunyai kekuatan menciptakan hal-hal. Ia dapat membuat hal-hal yang tidak
dimaksudkan bagi seseorang, ia dapat menciptakan hal-hal yang meskipun orang
mungkin tidak pernah memiliki.
Pendeknya, langit, dapat membalikkan orang yang lara menjadi orang yang paling bahagia,
dan dapat membuat orang yang selalu gagal [menjadi] sukses.
Penyair Persia Hafiz berkata, “Membodohi jangan dirimu
sendiri, melihat lengan baju koyak darwisy, karena dibalik lengan baju koyak
ini tersembunyi lengan paling ampuh.”
Seperti matahari mengalami terbit, zenith [di puncak], dan
terbenam, begitupun akal mengalami tiga keadaan, disebut oleh Sufi [sebagai] uruj,
kemal, dan zaval, yang datang bergantian.
Uruj adalah keadaan akal yang padanya seorang berpikir dengan
energi dan antusiasme, “Saya akan melakukan ini dan itu.” Supaya mencipta objeknya keadaan akal ini
memproduksi suatu daya dan kekuatan yang akibatnya ia memproduksi semacam
mendung yang sering meredupkan fakultas alasan dan keadilan.
Kondisi akal yang membentukkan kemal dicerap
selama waktu tersebut manakala suatu aksi sedang dilakukan. Semacam mendung tersebut yang energi akal
telah memproduksi mencapai, di kemal, kulminasinya, yang membentukkan
akhir kenikmatan atau kesedihan melekat kepada perbuatan, karena kelebihan dari
daya menjadi habis.
Zaval adalah suatu keadaan akal yang padanya kekuatan
antusiasme lenyap dan kenikmatan dan kesedihan dari perbuatan berlalu, tetapi
memori menyimpan. Jika pengesanan adalah
kepedihan, jarum-jarum menusuk menembus [rasa] sakit hati yang terluka. Jika kenikmatan, suatu kegelian dan perasaan
membumbung yang dicerap. Perasaan ini
lenyap dan sirna pada saat dalam seluruh asimilasi dalam esensi.
Penguasa konsentrasi adalah dia yang bukan hannya
memproduksi uruj tetapi juga kemal dan zaval. Dia mencapai penguasaan diri, manakala kedua
dosa dan kebajikan berlutut dikakinya.
Adalah dia yang bisa meremehkan kesenangan surga dan melecehkan siksa
neraka.
Rahasia melangsungkan uruj diketahui oleh ahli
mistik, dan yakni penahanan diri mereka dari pemuasan dalam uruj. Sebagai contoh, bila suatu masakan enak,
orang yang gembul akan memakan semua secepatnya, tetapi orang yang benar-benar
menginginkan menikmati masakan tersebut harus memakan dengan lebih pelan. Orang rakus akan mengambil wangi kembang dan
ingin menciumnya dalam satu saat. Saat
berikutnya, mungkin dia tak berhasrat untuk merasakan dan menikmatinya, dan
kembang tersebut sudah akan kehilangan wanginya.
Jika orang mempelajari rahasia dalam semua aspek
kehidupan ini, orang akan menikmati kehidupan dan dapat membuat meski kenikmatan-kenikmatan
hidup yang berlaku stabil terhadap perluasan tertentu. Hal inilah yang setiap jiwa hasratkan, tetapi
tak ada yang mampu menyelesaikannya kecuali seorang ahli mistik, yang dengan
kesabaran dan ketabahan telah melahirkan dirinya, dan dengan mengalahkan
dirinya sendiri [berarti] telah menguasai seluruh kehidupan.
Perikehidupan para ahli mistik mengajar kita; dengan
meniliknya secara dekat kita dapat mempelajari banyak hal. Para Sufi membuat khilvat, pemencilan,
pada saat tertentu dalam suatu hari, pada hari tertentu dalam seminggu pada
minggu tertentu dalam sebulan, dan pada bulan tertentu dalam setahun. Yang terbesar diantara mereka telah bertekun
berpencil [pada] periode tertentu dari kehidupan mereka – bagian awal, atau
manakala [sudah] berumur yang mereka sebut gusha nashiri. Mereka mempunyai kerudung yang menutupi
kepala, menghalangi mata dari semua objek agar mempertahankan objek konsentrasi
di akal tanpa jedah. Biarawan dan
biarawati Kristen memperlihatkan dikehidupan mereka kecenderungan
pemencilan. Hijab pada kepala biarawati
menghalangi mata dan pengesanan yang mungkin datang dari sebelah kanan atau
kiri. Pengunduran para yogi juga
mensugestikan kecenderungan yang sama untuk tujuan konsentrasi.
Sibuk sebagaimana dalam kehidupan kita, dengan seribu hal
dalam satu hari, kita biasanya tidak dapat berkonsentrasi [dengan] baik. Tetapi
hidup kita membutuhkan upaya dan pemencilan yang lebih banyak ketimbang yang
dilakukan oleh orang-orang soleh yang sudah di jalan tersebut. Maka itu pelajaran pertama kita dalam cara
pemencilan seharusnya mempraktekkan prinsip itu dalam kehidupan sehari-hari
kita, ketika sedang melakukan pekerjaan kita mesti mencoba menerapkan akal kita
padanya, tidak membolehkan ia tertarik oleh apapun, bagaimanapun penting dan
menariknya keadaannya. Jika tidak, kita
kehilangan keduanya seperti ceritera tentang anjing yang pergi setelah
bercermin di air dengan roti di moncongnya dan kehilangan potongan [roti] yang
dimilikinya. Jika memikirkan sesuatu kita tidak seharusnya membiarkan pikiran
yang lain apatah di sisi kita pun sisi orang lain, membuyarkan konsentrasi
kita. Manakala kita berbicara tidak
seharusnya kita mengganti subjek pembicaraan kita di pertengahan. Kita harus menyelesaikan satu topik meski ia
kurang penting. Dengan melakukan
demikian dalam berpikir, berbicara, dan bertindak, kita meningkatkan
konsentrasi kita, hadirkan ke urusan sehari-hari kita pada saat yang sama.
Pengakalan-tunggal [single-mindedness] sebagai
suatu kebiasaan menjadi bantuan besar terhadap konsentrasi. Orang dengan
berbagai tanggungjawab besar dan sangat banyak ketertarikan dalam hidup tidak
dapat selalu [dalam] pengakalan-tunggal, yang sesungguhnya membentukkan
kekuatan yang sangat besar. Kebiasaan ini dapat dikembangkan melalui konsentrasi,
tetapi terdapat pula banyak hal besar dalam kehidupan sehari-hari yang membantu
ke arah pengembangannya. Hal penting pertama bagi orang yang melatih
konsentrasi adalah membiarkan satu pikiran pada suatu waktu atau satu tindakan
pada suatu waktu, dan menetapkan akal dan tubuh bersama-sama sibuk. Manakala
seseorang melakukan sesuatu, dia tidak seharusnya memikirkan yang lain, dan
bila dia ingin memikirkan sesuatu dia tidak semestinya melakukan sesuatu pada
saat yang sama. Pengakalan-tunggal
adalah penyerapan penuh ujud keseluruhan seseorang dalam pikiran pemikiran,
percakapan, atau tindakan tunggal.
Adapula sisi lain terhadapnya. Pengakalan-tunggal dapat dikembangkan melalui
berketetapan pada suatu subjek sampai pikiran tersebut selesai, dan sementara
berpikir pada subjek tersebut jangan membiarkan akal mengambil sesuatu yang
lain. Aturan yang sama harus diterapkan
dalam berbicara. Hal sebentuk harus
diterapkan dalam tindakan, orang harus menyibukkan dirinya dalam tindakan tanpa
mengambil sesuatu yang lain sampai tindakan tersebut selesai. Dalam cara ini orang dapat mengembangkan
konsentrasinya setiap saat siang dan malam.
Dan dengan menerapkan ini orang memperoleh penguasaan atas hidupnya
sendiri sebagaimana atas kehidupan secara umum.
Manakala seseorang mengembangkan konsentrasi dia tidak
perlu membuat konsentrasi teratur, meski seorang Sufi melakukan demikian,
karena hidupnya menjadi konsentrasi.
Jika dia membicarakan subjek tertentu, dia tidak serta-merta mengganti
subjek, jika dia memikirkan sesuatu dia tidak membuyarkan pikirannya, dan jika
dia melakukan sesuatu dia tidak mengganti akalnya dan meninggalkannya setengah
jadi untuk menyelesaikan sesuatu yang lain.
Setiap saat dia melanjutkan pekerjaan yang dia kerjakan sampai
terselesaikan. Inilah rahasia
konsentrasi.
Seseorang mungkin melatih konsentrasi selama waktu
tertentu dalam sehari, tetapi jika kemudian selama sehari dia tetap mengganti
akalnya dari satu hal ke yang lain, dia tidak akan mempu menyelesaikan
konsentrasinya dalam seribu tahun.
Pengakalan-tunggal adalah rahasia konsentrasi. Dengan itu manusia meningkatkan
sikapnya. Manakala seorang berbicara
tentang sesuatu memulai menyatukan sesuatu yang lain sebelum subjek tersebut
selesai, adalah membentukkan sakit.
Sikap disamping kurangnya konsentrasi.
Terdapat pula kemungkinan bahwa seorang dengan
pengembangan besar dalam konsentrasi mungkin menjadi budak konsentrasi,
sehingga dia mungkin tidak dapat mengeluarkan dari akalnya pikiran apapun yang
sedang terjadi, menghentikan penggumaman suatu nada yang dia sendiri telah
sangat letih, atau membebaskan [diri dari] depresi karena pikiran tertekan
telah menguasai akalnya, akal tersebut adalah yang dikembangkan dan mampu
berkonsentrasi. Sufi menguasai konsentrasi tetapi tidak membiarkan konsentrasi
menguasainya, penguasaan membentukkan satu-satunya motiv yang menuntun kepada
kesempurnaan.
Penguasaan pada suatu pikiran datang dari dua sumber.
Yang satu adalah objek atau ujud eksternal yang secara tetap membawa kepada
akal kita suatu pikiran tertentu.
Kehadirannya mengingatkan manusia tentang pikiran yang sama, yang
mungkin dia hendak atau tidak memegang.
Sumber lain adalah perasaan yang memegang suatu pikiran secara tetap
sebelum akal kita. Ini mungkin
kesenangan atau kesakitan. Kesakitan
berlangsung lebih lama daripada kesenangan, karena perasaan sakit adalah dalam,
sebaliknya kesenangan itu sedang berlaku.
Itulah sebabnya para Sufi menganggap cinta bantuan
sebagai konsentrasi. Karena dua alasan, pertama, objek cinta tinggal menetap
dalam pikiran, selanjutnya, kesakitan membentukkan hasil cinta, membuat
konsentrasi lebih kuat, seperti diungkap dalam bait, “Pembawa kenikmatan adalah
anak-anak lara,” Ini penjelasan bagi
orang yang benar-benar menjadi pemikir dan orang ceria menjadi periang.
Inilah sifat konsentrasi, yang dilakukan secara
tak-intensional. Tak dapat disebut
konsentrasi mistik, karena ahli mistik cukup kuat menguasai pikiran pada
kehendak melalui kekuatan rasa, apatah kesenangan atau kesakitan, dan tak akan
membiarkan pikiran atau perasaan apapun bekerja menentang keinginannya. Dia membalikkan kesenangan menjadi kesakitan
dan kesakitan kedalam kenikmatan sebagaimana yang dia pilih. Baginya keduanya adalah sama, dan keduanya
melayani tujuannya. Kadang-kadang manis
adalah menyenangkan dan kadang-kadang kegetiran adalah berguna, bahkan racun
mungkin melayani sebagai suatu cara untuk menyembuhkan, dan kemanisan
kadang-kadang menyebabkan meningkatnya penyakit.
Tuan konsentrasi adalah dia yang dalam memerintah semua
pikiran dan perasaan tegak dalam disiplin.
Dia dapat membor mereka sesukanya.
Dia menjadi pemimpin kehidupan dan raja dunia dengan dan tanpa.
Konsentrasi terdapat berbagai macam perbedaan, dan
perbedaaan mereka disebabkan oleh perbedaan tujuan-tujuannya.
Ada konsentrasi pada suatu objek, orang, urusan, yang
menghasilkan pengetahuan tentang semua objek konsentrasi. Ini adalah konsentrasi seorang siswa, yang
menerima pengetahuan dalam cara ini.
Yang semacam konsentrasi adalah memandang sekuntum bunga dan memikirkannya
dengan mata terkatup, memikirkan bunga apakah ia, wangi dan warna apakah ia
miliki, apakah sifatnya, apakah rahasianya.
Konsentrasi yang lain adalah konsentrasi fisik, orang yang berkonsentrasi atas objek
tertentu agar supaya melatih akalnya. Ketika akal mengembangkan kekuatan, maka dia
menggunakannya pada semua hal yang dia ingin selesaikan dalam hidup.
Terdapat konsentrasi orang idealis, yang menghormati
pahlawan peperangan, raja dalam keagungannya, pemimpin, guru, atau Rasul. Sehingga dalam pengidealan dia mendapatkan
dalam dirinya melalui pengkonsentrasian kualitas pahlawan teridealkan. Pendalaman sejarah akan mensahkan ini dalam
kehidupan orang besar, karena kebanyakan dari mereka menjadi besar melaui
pengidealan, melalui penghormatan orang besar dan memikirkannya.
Kemudian ada konsentrasi tentang pecinta. Masih tetap lebih kuat, karena dalam
penyerahannya kepada kekasihnya, pecinta biasanya melupakan dirinya, dan
rahasia semua keunggulan spiritual terletak pada satu hal ini – melupakan diri
sendiri – yang pecinta, penyerah, menyelesaikan tanpa upaya khusus apapun
karena dia tak dapat membantu tetapi memikirkan objek yang dia cintai. Dia tidak perlu menetapkan akalnya pada objek
tertentu melalui kekuatan kehendak, sebaliknya, kesulitannya adalah keluar dari
pikiran tersebut, tetapi sangat sulit bagi pecinta. Maka itulah kesulitan orang-orang menengah
mengeluhkan, yaitu menjaga penyerah.
Maka itu pula para Sufi telah mengakui penyerahan adalah cara terbaik
pencapaian spiritual, dan banyak diantara mereka berjalan di jalan cinta.
Konsentrasi pada sebuah batu biasanya memberi kualitas
pada batu itu, hati pada saat itu mesti menjadi seperti batu. Konsentrasi kepada sekuntum bunga seharusnya
menghasilkan kembali dalam akal dan tubuh.
Sehingga konsentrasi pada yang berani memberikan keberanian, pada yang
agung memberikan keagungan, dan yang suci memberikan kesucian. Ini membuktikan bahwa tak ada objek biasa
yang dapat direkomendasikan sebagai yang lebih bagi setiap orang untuk
berkonsentrasi atasnya. Objek
konsentrasi harus dipilih menurut tujuan yang orang ingin menyelesaikan dalam
hidup.
Ketika mempelajari konsentrasi, sangat penting mengetahui
lebih dahulu atas apa yang dikonsentrasikan.
Orang tidak semestinya berfikir, “Apapun bisa, selama saya melatih akal
saya”, orang harus mengerti bahwa objek yang orang simpan dalam akalnya
memiliki pengaruh besar terhadap hidupnya.
Jika dalam akal ada cinta atau setidaknya keterikatan pada seseorang,
mungkin untuk kebaikan seseorang atau barangkali untuk kesakitan seseorang,
atau barangkali bisa bukan hal yang benar.
Jika ada kebencian bagi seseorang, bisa berbalik dan menghancurkan semua
urusan dari orang yang berkonsentrasi.
Jika ada kekayaan dalam akal, tak diragukan orang bisa menjadi kaya,
tetapi jika bekerja menentang kesehatan seseorang, sahabat, atau kesenangan
atau kedamaian seseorang dalam hidup, apatah mungkin menjadi kekayaan? Jika itu adalah ketenaran yang atasnya orang
berkonsentrasi, orang harus menggenggamnya dengan kedua belah tangan suatu
reputasi kosong, yang mungkin terhempas pada suatu saat, seperti sebening kaca.
Maka itulah melatih akal, atau konsentrasi, diajarkan
oleh Sufi dengan pandangan keagamaan, bukan sebagai latihan keilmuan [scientific]. Andai ada sesuatu yang berharga [untuk]
berkonsentrasi atasnya, maka tiada yang lain kecuali Tuhan. Tetapi karena manusia tidak dapat menangkap
secara utuh gagasan Tuhan, dia hanya dapat menggambarkan Dia sebagai sesuatu
yang dapat tersentuh baginya. Nama atau
bentuk apapun, selama semua bentuk adalah Dia.
Tetapi tidak bisakah manusia memilih sebarang bentuk manusia dengan
tujuan dia dapat mengaitkannya dengan ujud ketuhanan, dan menyebutnya manusia
ideal dan manusia ketuhanan? Itulah
Rasul, pemanggul risalah Tuhan. Dan bagaimanapun
manusia tak dapat menggambarkan bentuk apapun yang belum pernah dia lihat dalam
hidupnya. Itulah sebabnya dia mencari
suatu gambar atau citra untuk membuat bentuk Rasul sempurna sehingga dapat
memvisualisasikannya. Tetapi jika dia
berpikir apa yang berharga tersembunyi di hati manusia yang hidup, akankah dia
mengartikan tempat ini yang orang memberikan idola dibuat oleh pematung atau
kepada lukisan cat dibuat oleh artis, kepada gurunya, dihadapan orang yang dia
berhadap-hadapan, dan dari bibir orang yang kalimat Tuhan datang, yang
menghantam hatinya dan membangkitkan ruh ketuhanan padanya?
Pada tahap ini, maka, seorang mureed [anak didik]
memulai konsentrasinya, disebut tasawwuri murshid. Dia melanjutkannya sampai dia begitu mantap
sehingga dia tak lagi membutuhkan suatu bentuk untuk berkonsentrasi karena
keindahan anugerah (merit) telah menguasai hatinya. Ketika dia beranjak ke atas tahap ini, yang
berada di luar batas bentuk-bentuk dan anugerah. Kontemplasi atas nama Tuhan tergenggam, yang
menguasai seluruh akal dan memuncak pada kesempurnaan yang berada di luar batas
pemahaman manusia.
Manakala kita memikirkan ciptaan, alamiah atau buatan,
kita menemukan asalnya pada kekuatan konsentrasi. Tuhan diketahui melalui
sifat-sifatNya, maka rahasia sifat dapat dipelajari melalui observasi rahasia
seni. Seluruh penemuan ilmiah dan produksi artistik adalah tidak lain kecuali
keluaran konsentrasi. Sehingga hal-hal
alami, yang penciptaannya tak terlihat, pula dibuat dari konsentrasi. Ada
pepatah sansekerta mengatakan bahwa seluruh ciptaan adalah mimpi sang Brahma.
Mimpi atau imajinasi dengan tekad dibelakangnya adalah kreatif, dan terus
terang adalah konsentrasi. (Ini penjelasan bagi efek mimpi dan pula efek
imajinasi pada kehidupan seseorang).
Ibadah adalah konsentrasi dan takwa adalah konsentrasi,
dan sebagaimana ibadah membawa hal-hal yang dihasratkan oleh ahli ibadah,
begitupun takwa membawa ketakwaan, pada kedua kasus tersebut penguasaan absen.
Pada kasus pertama terdapat kelemahan, terikat ketergantungan pada yang lain,
dan setiap ada kelemahan besar yang membuat orang takwa.
Penguasaan terletak pada konsentrasi kreatif akal. Akal
terkesan oleh kekeliruan seseorang dan oleh kelemahan seseorang menjadi cacat
dan menemukan kegagalan, dan ia tak dapat mempertahankan pikiran yang dihasrati
dengan harapan dan keyakinan. Pada kasus
tersebut ibadah sendiri menjadi penyelamatan, tatkala orang berpikir, “Saya
jahat dan lemah, tetapi Anda adalah Pengampun dan Maha Agung, wahai
Tuhanku. Saya tak mempunyai kekuatan
untuk menyelesaikan hasratku, tetapi Engkaulah Maha Kuasa.” Dalam cara ini orang dapat mempersalahkan
hidupnya pada keyakinan dan harapan disamping kekeliruan dan kelemahan
seseorang.
Kadang-kadang orang dapat, dan kadang-kadang tidak. seseorang tak dapat manakala akal seseorang
terlalu terkesan oleh kelemahan dan kekeliruan, dan tatkala seseorang berpikir,
“Tak mungkin saya diampuni,” atau, “Tuhan selalu jauh untuk mendengar
do’aku. Saya, pendosa, yang hidup di
dunia jahat, dan Tuhan, yang paling suci diantara yang suci, di surga.” Tetapi untuk [pada] kondisi seseorang yang
akalnya terkesan oleh kekeliruan dan kelemahan dan orang yang tidak mempunyai
citra Tuhan untuk bergantung. Dia tak
disini pun disana.
Tetapi manakala manusia sampai pada kesadaran bahwa dia
dan Tuhan tidaklah dua. Andai Tuhan
adalah matahari, jiwanya adalah berkas sinar, andai Tuhan adalah akar, dia
adalah buah, andai Tuhan adalah laut, dia adalah gelembungnya, maka dia menjadi
bagian penguasa alam. Dia bukan lagi
seperangkat mesin, dia manusia. Dia
mempunyai kehendak sendiri, yang tidak terpisah dari kehendak Tuhan. Berdasarkan pengembangan dirinya, kepada
kepercayaan dirinya sendiri, dan terhadap kekuatan konsentrasinya, dia
menyelesaikan [banyak] hal, meski
semisal hal-hal yang muncul di atas batas kekuatan manusia.
***
Bab Tiga Belas
Penyucian
Mental
Sebagaimana wajibnya membersihkan dan mensucikan tubuh,
begitupun wajibnya, bahkan lebih wajib dari itu, akal dibersihkan dan
disucikan. Semua ketaksucian menimbulkan penyakit, seperti halnya ketakaturan
bekerjanya sistem fisik. Hal yang sama berlaku pada akal. Terdapat banyak
ketaksucian dimiliki oleh akal yang mungkin menyebabkan penyakit yang berbeda,
dan dengan membersihkan akal orang membantu menciptakan kesehatan kedua akal
dan tubuh. Dengan kesehatan, yang saya maksudkan kondisi alamiah. Dan [untuk]
apa keruhanian kecuali menjadi alami.
MENENANGKAN AKAL
Penyucian akal dapat dilakukan dalam tiga cara yang
berbeda. Cara pertama adalah dengan menenangkan akal, karena sangat sering
kegiatan akal yang memproduksi ketaksucian. Penenangan akal menghilangkan
ketaksucian darinya; seperti menyelaraskan akal kepada situasi alami.
Akal dapat ditenangkan melalui latihan menenangkan (repose)
fisik. Duduk dengan postur tertentu akan menciptakan suatu pengaruh tertentu.
Para ahli mistik dalam ilmu mereka mengetahui cara-cara berbeda duduk dalam
keheningan, dan setiap cara mempunyai signifikansi tertentu. Dan bukan hanya
signifikansi imajiner: ia menghasilkan hasil yang pasti. Saya telah memiliki,
baik secara pribadi maupun melalui orang-orang lain, berbagai pengalaman
tentang bagaimana cara duduk tertentu yang mengubah sikap akal. Orang-orang
terdahulu mengetahui hal ini, dan mereka menemukan cara yang berbeda untuk
duduk. Terdapat cara pendekar, ahli hukum, siswa, orang meditatif, usahawan,
buruh, hakim, penemu. Bayangkan, betapa mengagumkan ahli mistik telah berupaya
menemukan cara ini dan telah memiliki pengalaman tentangnya selama ribuan
tahun: pengaruh terbesar duduk tersebut dalam postur tertentu dimiliki pada
orang, dan khususnya pada akalnya.
Kami mengalaminya dalam kehidupan sehari-hari kami,
tetapi kami tidak berpikir tentangnya. Kadang kami duduk dalam cara tertentu
dan kami merasa gelisah; terkadang kami duduk dalam cara lain dan kami merasa
damai. Posisi tertentu kami membuat kami merasa terilhami, dan cara lain
membuat kami merasa tak bergairah, tanpa antusiasme. Melalui menenangkan akal
dengan bantuan postur tertentu seorang dapat mensucikannya.
Sebelum orang dapat mengetahui penggunaan penenangan
akal, orang mesti mempertimbangkan beda antara menyarankan akal tersebut
menjadi tenang dan menyarankan raga tersebut menjadi tidak tenang. Kehidupan
adalah bukan sesuatu kecuali kegiatan dalam segala hal. Ketakgiatan raga
menghilangkan daya dan kekuatannya: otot tak berkesempatan berkembang. Pemalas,
orang tak giat, selalu menderita pencernaan atau semacam beberapa kesukaran.
Lalu bagaimana mungkin bisa demikian kecuali jika akal dibuat tenang ia tak
akan menderita dalam daya dan kekuatan? Bukankah menenangkan akal menumpulkan
seseorang? Jika suara [hendak] dikembangkan ia mesti digunakan melalui latihan
menyanyi dan dengan menjalankan latihan-latihan tertentu; jika [hendak]
mengembangkan otot mereka harus digunakan. Lalu bagaimana mungkinkah akal dapat
menciptakan kekuatan akal?
Terdapat kebenaran sejati dalam tujuan ini. Orang yang
tidak mengerti rahasia kehidupan, hukum kehidupan, menganggap bahwa menenangkan
akal menumpulkannya dan menjadikannya kurang kuat. Adalah benar bahwa dalam
kehidupan pada alam fisik, latihan kita dan kegiatan harian mesti memberi
tempat untuk istirahat, kenyamanan, dan tidur ketika malam. Bilamana raga tak
menerima istirahat tersebut ia tak akan pernah bergelora. Ketika lebih
membutuhkan istirahat dari pada kegiatan, kita lebih membutuhkan kenyamanan
ketimbang kesusah-payahan. Bila tak diberikan kesehatan menjadi tak setimbang.
Sebagaimana perlunya raga untuk memperoleh kenyamanan dan istirahat setelah
bersusah payah, maka sama perlunya bagi akal memperoleh istirahat dan kedamaian
setelah berpikir dan bekerja.
Sesungguhnya akal tersusun dari unsur-unsur yang sangat
halus, sebaliknya raga terbuat dari unsur-unsur yang lebih kasar, dan itulah
yang membuat perbedaan besar dalam kegiatannya. Semakin tinggi alam kemaujudan,
semakin giat; semakin rendah alam tersebut, semakin kurang
kegiatan-kegiatannya. Itulah sebabnya mengapa akal secara alamiah lebih aktif
ketimbang raga. Maka itu, jika setelah besusah payah istirahat diperlukan,
berapa banyakkah hal ini tidak berlaku terhadap akal ketimbang terhadap raga?
Biasanya, kita tenang beristirahat manakala keadaan memungkinkan, untuk
kepentingan raga kita. Kita bersandar pada sofa atau pada kursi
bersandar-lengan (arm chair) setelah tiba di rumah dari kantor atau
bekerja, dan pada malam hari kita beristirahat dan pergi tidur. Tetapi kapankah
kita memberi istirahat kepada akal? Istirahat akal sama perlunya sebagaimana
raga, dan meski kita selalu membiarkannya dalam kegiatan. Ia tetap bekerja
meskipun raga kita beristirahat. Meskipun raga tersebut tertidur, akal
memproduksi mimpi.
Banyak orang tetap bekerja selama siang hari, selain itu
akal tidaklah kurang sibuknya dalam bekerja pada alam fisik ketimbang raga,
karena akal bekerja bersamanya. Lalu mereka bekerja dengan akal mereka
sepanjang malam. Raga memperoleh istirahat dan kenyamanan, tetapi tidaklah
demikian bagi akal. Meski di kursi mereka tetap menghayal, tetap bekerja dengan
akal. Akal tak memperoleh ketenangan; ia barangkali sedang khawatir atau berencana
atau berpikir atas perjuangan dan kecemasan dari kehidupan yang begitu padat.
Meskipun raga sedang tidur, akal tetap melanjutkan pekerjaan tetapnya. Sungguh
jarang akal mempunyai waktu kapan akal beristirahat, kecuali ketika alam
memberinya istirahat. Ia menjadi begitu lelah untuk bekerja lagi, lalu akal
berkata, “Duhai, saya akan memperoleh tidur nyenyak.” Jika ia memperoleh tidur
hanya dua jam tetap saja orang terbangun dengan kenikmatan dan kekuatan
sehingga seluruh dunia nampak baru. Jika [saat tidur] terjadi mimpi, orang
hanya bisa berkata, “Ya, saya baru saja tidur, tetapi saya merasa tidak
beristirahat,” Karena kegiatan ujud tersebut tidaklah beristirahat.
Semua ini berlangsung untuk menunjukkan kebutuhan praktis
yang besar bagi akal agar bisa beristirahat, bisa tenang. Orang-orang yang
membuatkannya suatu prinsip bahwa kerja adalah hal yang dapat disarankan yang
bersisi satu. Kesetimbangan terletak pada pencerapan bahwa kerja dan istirahat
adalah kebutuhan yang sama bagi kesehatan, kedua fisik dan mental.
Kerja raga kadang-kadang ditempatkan di bawah kendali
manusia, tetapi dia tidak menempatkan kerja akal dalam kendalinya. Hal ini
bukan karena manusia tak mampu; itu karena dia tak pernah memikirkannya.
Pernahkah seseorang berhenti bertanya kepada dirinya sendiri, “Mengapa saya
berpikir? Apakah ada tujuan dalam semua kecemasan, pikiran khawatir?” Tidakkah
lebih baik akal dibiarkan saja untuk pergi kemanapun ia inginkan? Sementara
seseorang duduk tenang di kursi, tidaklah pikiran giat dengan hal-hal yang tak
ada hubungannya dengan kehidupan seseorang? Itu hanyalah membuang-buang energi.
Semakin akal dibiarkan pergi tanpa tujuan, semakin akal
menjadi serupa kendaraan atau mesin, yang seluruh cara pengaruh mengitarinya —
pengaruh rohani, obsesi ruhani, manusia lain — akan bekerja, alih-alih
pemiliknya. Bila pengguna akal adalah orang yang tepat, maka ia mungkin
bertindak tepat; tetapi jika orang yang tak tepat menggunakannya, maka kerja
akal akan sia-sia. Dalam kasus apapun tidak akan menjadi pemenuhan tujuan
kehidupannya. Tujuan ini adalah untuk mempelajari penguasaan, bukan menjadi
kendaraan bagi yang lain untuk menggunakannya. Dia yang tidak mengarahkannya
akalnya kekurangan penguasaan.
Semua ini menunjukkan bahwa pelajaran paling awal yang
ahli mistik pelajari adalah melatih akal melalui konsentrasi, bukankah
menenangkan akal yang datang kemudian, yang keuntungannya bahkan lebih besar.
Jika orang hanya menggapai keuntungan dari penenangan sempurna, meski hanya
raga! Kita melihat simbol ketegangan tersebut pada patung Buddha atau Krishna
atau dalam berhala-berhala orang-orang Hindu. Efek apakah yang dimiliki!
Bandingkanlah efek dari orang yang datang di hadapan Anda yang selalu giat,
menggaruk tangannya, bergerak-gerak, mengangkat pundaknya, membuat ketololan,
menepuk meja, mencakar, gelisah dalam satu atau lain cara. Tidakkah dia membuat
Anda gelisah? Semua suasana menjadi terusik. Mengapa? Karena terdapat kegiatan
intens akal yang membuat pengaruh pada raga. Raga dan akal dalam keadaan
gelisah, yang melewati orang yang berada di tempat tersebut, karena ia
memproduksi kegelisahan di seluruh atamosfir. Kita mungkin tidak menyadari
bahwa hal ini demikian, tetapi secara tak sadar kita merasa terusik.
Kenyamanan besar setelah orang terbangun dari tidur lelap
tak dapat dibandingkan dengan apapun di dunia ini. Tetapi lebih dari itu, ahli
mistik melihat dalam simbol keadaan mistik besar. Rumi, guru sufi dari Persia,
berkata, “Duhai tidur dalam anda aku dapatkan kebahagaian tertinggi ketuhanan.
Anda membuat pasien melupakan penyakit mereka;
Anda membuat para raja selama sesaat melupakan bahwa mereka di istana;
Anda membuat narapidana untuk sesaat bahwa mereka dalam kungkungan. Sungguh
kebahagiaan tertinggi, sungguh kenikmatan kebahgiaan tertinggi, manakala jiwa
terbebas dari keberadaan terbatas, dari keadaan aspek-aspek hidup yang berbeda
yang membuat mereka tetap terkungkung.
Tidur adalah masa tatkala jiwa bebas. Itulah sebabnya
tidur lelap adalah keadaan yang begitu penting bagi seorang ahli mistik. Di Timur
mereka berkata, “Bila seseorang tertidur, jangan bangunkan dia. Suatu dosa
besar bila melakukannya.” Tentu saja di Barat tidak dapat mengatakan ini, jika
Anda tak ingin pergi ke pekerjaan Anda di pagi hari, lalu apa? Akan merupakan
dosa besar bila Anda tidak membangunkannya!
Karena terdapat semacam kenyamanan dan kenikmatan serta
begitu luar biasanya rahasia kedamaian surgawi selama suara tidur, sehingga
terdapat kenikmatan, kedamaian dan inspirasi terbesar manakala akal tenang.
Maka akal sangat mirip air yang para penyair sering menyebutnya laut, lautan.
Sifat air adalah begitu Anda melihat ke dalamnya Anda melihat seraut wajah
terpantul disana, citra Anda. Jika air tidak tenang, wajah tersebut tidaklah
jelas. Ketika air tenang, segala sesuatu yang terpantul di dalamnya menjadi
jelas.
Maka akallah. Ketika akalnya tenang, ia mendengar yang
orang lain katakan; ia dapat berpikir atas objek apapun yang ia lihat; dan
tatkala seseorang dikembangkan, akal bisa mendengar meski perkataan tersebut
dari sisi yang lain. Bahkan yang Tuhan katakan dari surga.
Maka itu telinga hati orang-orang yang telah mendengar
firman Tuhan terlebih dahulu menyelesaikan ketenangan dalam kehidupan mereka.
Atmosfer apakah yang sebarang orang dapat memproduksi, apakah pengaruh kehadiran
mereka. Lebih dari sekedar penyembuhan, dan akal yang tenteram akan langsung
mengangkat orang lain yang mengalami kesengsaraan, kegelisahan, kepedihan,
prilaku buruk, khawatir, atau kegagalan. Keutamaan kehadiran orang yang hatinya
tenang memberikan semacam harapan, semacam inspirasi, semacam simpati, semacam
kekuatan dan kehidupan. Semua isi langit berjalan dengan begitu halus dan bebas
dari orang yang akalnya tenang sehingga kakta-katanya, suaranya, kehadirannya
secsara keseluruhan bereaksi atas orang-orang lain; dan tatkala dia menenangkan
aklanya, maka kehadiran utamanya menjadi menyembuhkan.
NAFAS
Cara kedua mensucikan akal adalah melalui pernafasan.
Sangatlah penting bagi orang Timur melihat bagaimana kadang-kadang di Barat,
dalam penemuan mereka, orang-orang tanpa sadar menerapkan prinsip-prinsip alam
mistik. Mereka mempunyai suatu mesin untuk membersihkan karpet dengan cara
mengisap debu. Ini sistem yang sama luar-dalam; cara pernapasan yang tepat
mengisap debu dari akal dan mengeluarkannya. Para ilmuwan bergerak sejauh
dengan mengatakan bahwa seseorang menghembuskan karbon dioksida: gas yang buruk dilemparkan keluar dari tubuh
melalui penghembusan. Para ahli mistik lebih jauh lagi, mengatakan bukan hanya
dari tubuh tetapi dari akal juga yang ketaksuciannya dapat dihilangkan. Jika
orang mengeaatahuia bagaimana, orang dapat menghilangkan, lebih dari yang dapat
bayangkan. Ketaksucian dapat dihilangkan dengan cara benar bernapas; inilah
sebabnya mengapa ahli mistik memadukan pernapasan dengan postur ( prilaku tubuh
). Postur membantu menenangkan akal dan pernapasan membersihkan akal. Kedua hal
ini berjalan berbarengan.
0 komentar:
Posting Komentar