Jumat, 22 Juni 2012

Dimensi Spiritual Dalam Psikologi


PENDAHULUAN

Oleh Pir Vilayat Inayat Khan


Bagi sufi, pikiran adalah suatu dunia tersendiri: suatu istana pantulan cermin secara mutual, yang di dalamnya imaginasi muncul secara kreatif dari pikiran ilahian—atau kadang-kadang mengalir tanpa arah. Mebentukkan alam kreatif, di mana segala sesuatu yang berpikir memiliki keberadaan mempunyai hukum-hukumnya sendiri, berkebalikan dari alam raya fisik. Di sini memori-memori terikat kuat dengan memori-memori, bergerak keluar dari tepi-waktu mereka ke dalam keadaan tanpa-waktu. Disini penemuan-penemuan mencapai utilitas mereka dan gagasan-gagasan bertautan dan perkawinan silang, mengukuhkan diri mereka menjadi tak dikenal (anonymous).

Seperti sufi pendahulunya, Hazrat Inayat Khan melihat tangan ketuhanan dalam setiap kejadian dan setiap pikiran. Dibalik apa yang kita pikirkan terdapat pemikiran tersendiri, pemikiran planet: kesadaran keplanetan (planetary), mebentukkan perluasan akal. Karena apa yang kita yakini adalah tatanan cermin-cermin tak berbatas, memantulkan yang Satu dalam banyak bentuk kenekaan. Sesungguhnya, kreativitas mengucurkan pemikiran ketuhanan. Adalah ketaksucian cermin yang dihilangkan, menyebabkan dunia maya, imajinasi bergerak liar (run amok). Kita mengenal disini dunia khayal; tak bertepi, phantasmaguria, kesesatan diri, dengan resultannya adalah penderitaan. Satu-satunya jawaban adalah membersihkan cermin itu. Hazrat Inayat Khan menyingkap di halaman-halaman ini apa tingkatan-tingkatan Katarsis (Catharsis) bagi peziarah, dan dia menunjukkan bagaimana penerimaan para pengembara (travellers) pada jalan adalah kepada sugesti (khususnya terhadap bahaya dari sugesti mandiri negatif).

Jika kesadaran dicerlangkan lagi, akal menjadi kristal bening, dan seseorang mulai mengembangkan kekuatan terbesar dari persepsi, ketajaman, intuisi, bahkan ilham. Mimpi dan visi seseorang menjadi tersingkap. Seseorang melihat penyebab dibalik penyebab dan tujuan di tapal (beyond) tujuan dari semua situasi alih-alih menjadi terobsesi oleh penampakan luarnya.

Dia yang membuka makna-makna mencapai tujuan hidupnya. Hanya kepada akal individual dangkal individual yang mampu merasakan kata tak mungkin; terhadap kesadaran Tuhan, satu-satunya yang dapat diterima adalah semua-kemungkinan.


Dimensi Spiritual Psikologi

Catatan Editor


Kompilasi ajaran-ajaran psikologi Hazrat Inayat Khan ini dibuat dari transkrip-transkrip kuliah [yang] guru besar sufi [ini] berikan selama tahun 1910-an s/d 1920-an. Beberapa dari bahan ini sebelumnya telah diterbitkan, tersebar [pada] semua jilid seri “pesan sufi” (sufi message); sebagian besar darinya, termasuk makalah terbanyak di Bagian Empat, pada kekuatan fisik dan visi lebih tinggi, yang tidak pernah sebelumnya diumumkan.

Karena Dimensi Spiritual Psikologi terdiri dari kuliah-kuliah tersendiri kadang-kadang terdapat bahan subjek tumpang-tindih dari satu bab terhadap yang lain, dan pembaca perlu menggunakan indeks. Sejumlah paragraf  telah dihapus dan urutan paragraf yang lain agak dimodifikasi untuk melengkapi aliran gagasan-gagasan dan untuk menghilangkan pengulangan sedapat mungkin.

Psikologi adalah bidang yang sangat luas, dan dalam pemahaman terluasnya—sifat alamiah dan kesempurnaan manusia—dasar terkuat dari karya Hazrat Inayat Khan.

Saya hendak menyampaikan rasa terima kasihku sedalam-dalamnya kepada Pir Vilayat Inayat Khan dan kepada Sajjada dan Sikandar Kopelman atas inspirasi dan pengarahan mereka dalam penyiapan buku ini. Juga terima kasih [ku] kepada Zahira Rabinowits dan kepada syarif dan Farida Graham atas bantuan tulus mereka pada pemeriksaan dan pengindeksan.

Anka Laura de la Torre Bueno

Bagian Satu
Psikologi: Sains Akal

Bab Satu

Psikologi, Sains, dan Esoterisme


Pada masa ketika sains dan psikologi menjadi pemahaman yang pasti, pengetahuan akan menjadi lengkap. Tetapi jika saya menggunakan kata psikologi, saya tak memaksudkannya dalam pengertian yang umumnya dipahami, karena psikologi diketahui sebagai filsafat baru dalam kondisi primitif. Apa yang saya maksud dengan psikologi adalah titik-pandang dari pemikir ; cara sang bijak memandang pada kehidupan ; tabiat perenung ; gagasan-gagasan dari orang-orang yang mengetahui sepenuhnya kehidupan. Psikologi adalah ilmu tentang sifat manusia, kecenderungan manusia, peningkatan (inclinatin) manusia, dan titik pandang manusia. Semakin dalam seseorang menyentuh ilmu ini, semakin ia meneranginya, membuat kehidupan lebih jelas terhadap visinya. Psikologi-lah yang menjembati ilmu material dan esoterisme.

Pertama-tama saya harus menyebutkan bahwa istilah-istilah materi (matter) dan ruh (spirit) untuk kemudahan kita; sepanjang kita mencerap kehidupan sebagai suatu yang dapat diraba, kita sebut materi; dan apa yang tak dapat diraba sebagai suatu substansi tetapi hanya dapat dirasakan kita sebut ruh. Pengetahuan tentang (hal) ini disebut psikologi ; dan esoterisme yaitu pengetahuan yang diperoleh tidak melalui pencerapan bukan [pula] melalui kesanggupan-meraba (tangibility) substansi, tetapi melalui pengilhaman. Sehingga kita dapat membagi perbedaan ketiga aspek-aspek ilmu ke dalam ilmu, psikologi, dan esoterisme. Ilmu tak akan lengkap tanpa psikologi begitupun psikologi tak akan lengkap tanpa esoterisme. Ketiga inilah yang membuat pengetahuan lengkap, dan dengan inilah yang seseorang dapat berharap mengerti kehidupan sepenuhnya.

Terdapat bidang pengetahuan luas dalam alam psikologi. Pengetahuan imaginasi dan yang serupa kembali kepada pikiran ; pengetahuan perasaan dan yang serupa kembali kepada emosi ; pengetahuan gairah dan yang serupa kembali kepada ungkapan (expression) ; pengetahuan ransangan (impluse) dan supresi ; pengetahuan atraksi dan pengetahuan efek kebalikannya ; pengetahuan simpati dan antipati, asal dan sumber mereka semua ini termasuk psikologi. Psikologi adalah pengetahuan tentang benda-benda yang dapat diraba, meskipun bukan benda-benda padat yang seseorang dapat menyentuh. Itulah sebabnya lebih sukar menerangkan hukum-hukum psikologi dalam kata-kata daripada menerangkan hukum-hukum ilmu material.

Persepsi harus dikembangkan dan pemahanan kepada kehidupan yang didapatkan agar dapat lebih mengerti psikologi. Itu merupakan pengertian tentang sebab dan akibat segala sesuatu, dalam setiap aksi, dalam setiap aspek kehidupan. Psikologi adalah jenjang menuju esoterisme karena sikap psikologislah yang mengarahkan seseorang kepada pengetahuan esoterik. Jika seorang tidak mampu melihat kebenaran esoterisme atau mistisisme, itu karena dia terbelakang dalam psikologi. Jika dia tidak mampu melihat hukum tersembunyi, dia tidak akan mampu melihat cinta tersembunyi yang diserukan dalam kitab-kitab suci (scripture) Tuhan. Itulah sebabnya esoterisme suatu proses sangat berkebalikan terhadap proses dengan mana ilmu dipelajari, karena ilmu dipelajari melalui analisis, sementara esoterisme didapatkan melalui sintesis. Jika seseorang ingin mendapatkan pengetahuan esoterik pecahkan hal-hal ke dalam (bentuk) sekecil-kecilnya, dia sedang menganalisisnya, dan sepanjang dia menganalisisnya dia tidak akan pernah sampai kepada pengertian esoterisme.

Psikologi membutuhkan dua hal : analisis dan sintesis. Dengan lebih mengerti psikologi, akan terbiasa mensintesis sebagaimana menganlisis, seseorang menyiapkan diri mensintesis hanya agar dapat mengerti esoterisme sepenuhnya. Itulah sebabnya menuntut pengetahuan esoteris amat berbeda dari menuntut pengetahuan ilmiah. Seperti satu menuju ke Utara yang lain ke Selatan. Sehingga orang-orang kuno membuat pengetahuan ilmiah, psikologi, dan esoterisme [menjadi] satu pengetahuan, dan mereka menyebutnya alkemi. Sangat mudah menerangkannya kepada awam (simpleton) sebagai suatu proses mengubah baja menjadi emas. Banyak orang mencari emas dalam kehidupan pengeri mengejar alkemi ; dan beberapa, yang sampai kepada tujuan, alih-alih mendapatkan, menjadi emas.

Ada satu cerita di Timur yang menerangkan gagasan-gagasan ini dalam cara yang menarik. Seorang Raja sulit mendapatkan seseorang yang benar-benar mengetahui alkemi. Sudah banyak yang datang, tetapi dalam ujian didapati bahwa mereka tidak dapat membuat emas. Akhirnya seseorang memberitahu Raja, “Ada satu desa yang seseorang hidup sederhana sangat bersahaja; tetapi mereka mengatakan bahwa dia mempunyai pengetahuan alkemi. Raja mengutus kepadanya dengan segera, dan ketika dia dibawah kehadapan baginda, raja mengutarakan keinginannya mempelajari alkemi dan memberitahunya bahwa dia akan diberi apapun yang dimintanya. “Tidak”, “ kata orang itu, “Setiap orang memberitahuku bahwa Anda orang yang mengetahui.” “Tidak, Raja,” dia menjawab, “Padaku telah menemukan orang yang salah.” “Lihat disini,” kata seorang Raja, “saya akan memenjarakanmu seumur hidup.” Dia menjawab,” Apapun yang paduka hendak lakukan, lakukanlah. Anda telah salah mendapatkan orang yang paduka inginkan” Baiklah,” berkata Sang Raja, “Saya akan memberimu enam minggu untuk berpikir tentang hal itu, dan sementara itu Anda dipenjara. Pada akhir keenam minggu saya akan menghukum mati Anda.”

Dia dimasukkan kedalam penjara, dan setiap pagi sang raja datang ke penjara dan bertanya, “Apakah sekarang Anda telah berubah pikiran? Bisakah Anda mengajariku? Sekarang kematian mendekat, berhati-hatilah. Berikan pengetahuan itu kepadaku.” Dia berkata, “Tidak, Raja, pergilah kepada orang lain, yang mempunyai apa yang paduka inginkan; saya bukanlah orang yang paduka cari.”

Dan setiap malam sang raja pergi ke penjara sebagai pelayan dan menyapu lantai dan membersihkan debu ruangannya. Dia mengantarkan makanan kepadanya, bersimpati dengannya, dan melakukan segala hal yang dia mampu untuknya, selayaknya pelayan. Dia biasa bertanya, “Apakah Anda sakit kepala? Dapatkah saya melakukan sesuatu untukmu? Apakah anda letih? Dapatkan saya membereskan tempat tidur untukmu agar Anda berbaring? Bolehkah saya mengipasi anda [sampai] anda tertidur? [udaranya] panas. [Udaranya] hangat! “Segala sesuatu yang orang tersebut mampu melakukan dia melakukan pada saat itu.

Dan demikianlah hari-hari berlalu, dan tinggal satu hari sebelum kepala orang tersebut dipenggal. Raja mengunjunginya dipagi hari dan memberitahu dia, “Sekarang Anda tahu tinggal sehari lagi sebelum kematianmu. Inilah kesempatan terakhir bagimu untuk menyelamatkan nyawamu.” Dia berkata, ”Tidak, Raja, paduka mencari orang yang lain, bukan saya.” Tetapi pada malam itu, ketika pelayan datang, sambil meletakkan tangannya pada bahunya dia berkata, “Orang malang, pelayan malang, Anda sungguh simpatik saya membisikkan di telingamu kata-kata alkemi, dan alkemi itu akan mengubahimu dari baja menjadi emas.” Pelayan berkata, “Saya tidak tahu apa yang anda katakan, “Alkemi! Saya hanya tahu bagaimana melayani anda, san saya sungguh menyesal bahwa besok anda akan dipancung. Itulah hal yang mengoyak hatiku. Saya berharap bahwa saya bisa memberikan jiwaku untuk menyelamatkanmu. Sungguh saya sangat bersyukur. Si alkemis berkata, “Lebih baik saya mati daripada memberikan alkemi kepada orang yang tak berguna. Hal yang sama baru saja saya berikan kepada Anda berupa [lit: dalam] simpati berupa [lit: dalam] penghargaan, berupa [lit: dalam] cinta, saya tak memberikan kepada Raja yang keesokan hari akan mengambil nyawaku. Mengapa demikian? Karena Anda pantas [menerimanya]; [sementara] raja tidak. “Dia membisikkan ditelinganya kata-kata rahasia. Alih-alih membuat emas dia menjadi emas.

Di pagi hari raja datang memberikan peringatan terakhir. Dia berkata,”Sekarang inilah kesempatan terakhirmu. Telah tiba waktunya kepalamu di penggal. Sekarang Anda harus menyerahkannya atau pergi ke tempat dimana kepalamu akan dipancung. “Dia berkata, “Tidak, tidak.” Sang raja berkata,”Tetapi Anda telah memberikannya kepadaku.” Dia berkata,” Kepadamu? Saya tidak memberikannya kepada raja; saya memberikannya kepada pelayan.

Cerita indah-indah memberikan kita pandangan kepada gagasan alkemi. Proses itu yang melaluinya raja menyamar menjadi pelayan adalah proses yang melaluinya pengetahuan esoterisme diperoleh. Proses yang lain, dimana raja memaksa, bukanlah jalan yang benar untuk memperoleh pengetahuan tersebut tidak pernah terjadi dengan cara itu.

Kesukaran dengan pengetahuan esoterik pada saat ini hanyalah hal ini, bahwa seseorang dilatih dalam sains belum mampu mencapi pengetahuan tersebut kecuali dia melalui prose pengetahuan psikologis. Agar dapat memasuki gerbang mistisisme, pertama-tama seseorang harus mengerti apakah perasaan, apakah pelayanan, apakah kesimpatian, apakah keikhlasan. Adalah suatu kesalahan besar cara belajar saat ini bahwa sisi sentimental tetap terpisahkan, yang merupakan sisi terpenting. Seperti menginginkan seseorang datang, tidak dengan nyawanya tetapi sebagai mayat ; agar bisa mendidik seseorang nyawanya harus dikeluarkan darinya, dan dia harus diubah dari orang hidup menjadi orang mati. Sehingga kita mendapatkan kematian kepahlawanan (heroism), kematian idealisme, kematian jiwa yang telah membuat kesan atas kemanusiaan yang telah berakhir selama beribu-ribu tahun. Apakah yang bisa dihidupkan pada generasi sekarang adalah kapasitas perasaan. Pemikiran yang dikembangkan hari ini, tetapi apakah yang dibutuhkan sekarang adalah baterai yang beridiri dibalik pikiran, dan itulah perasaan.Dan setelah perasaan menjadi penglihatan, suatu penglihatan yang berhubungan kepada kata pelihat.

*****



Bab Dua

Akal dan Tubuh


Apakah akal itu? Satu bagian dari masyarakat menganggap akal sebagai suatu hal tak-dapat dijelaskan dan masyarakat lain menganggap akal adalah sebagai aksi dari otak. Jika demikian, akal ada selama otakpun ada, dan tatkala otak rusak berakhirlah akal. Jika memang demeikian, semua penulis yang bekerja tiga atau empat bulan, banyak halaman dan buku, dan semua karya seniman selama sepuluh tahun. Studio penuh dengan lukisan, akan berada di otak. Tetapi dimanakah otak sekecil itu menyediakan ruang untuk semua ini? Inilah konsepsi akal yang amat terbatas. Suara menjangkau ribuan mil melalui kabel, tetapi akal jauh lebih halus daripada suara. Tidaklah dapat dibatasi dan dihalangi terhadap otak, meskipun otak adalah wadah yang melaluinya pikiran-pikiran dibuat jelas.

Akal dianggap sebagai sesuatu yang kecil. Kita mengatakan, “Akalku, dalam akalku,” dan yang mana disebut milikku selalu nampak lebih kecil daripada material tubuh, “dompetku” atau “genggamanku” merupakan suatu tubuh. Bayangan rasa jauh lebih besar daripada yang umum diketahui; melalui praktik mistisisme anda bisa belajar sejauh ia menjangkau. Dan akal jauh lebih besar daripada bayangan itu. Saya mungkin duduk disini dan mengirim pikiran saya ke Paris. Tetapi kemudian bisa dipertanyakan, “Jika saya disni dan pikiran saya di Paris, apakah saya terpisah dari akalku? Dapatkah saya keluar dan meninggalkan akal saya di rumah dan pulang dan mendapatkannya lagi?” Tidak, akal mempunyai sayap-sayap yang mengembang dari sini, bukan hanya ke Paris, tetapi New York atau ke Rusia, ke Jepang, ke Kutub Utara, ke Kutub Selatan, dan masih jauh lagi. Jika saya mengirim pikiran saya kepada seorang kawan di India. Jika saya mengirimnya tanpa membiarkan sesuatu ikut campur dengannya, dia akan merasakan di dalam hidupnya dan sesuatu yang baik akan terjadi kepadanya berkaitan dengan pikiran positif saya.

Tiada akal tanpa tubuh; sehingga dikatakan, sebelum tubuh dibuat akal hanya berupa akasha, suatu akomodasi. Pengalaman yang telah diperolehnya melalui tubuh sebagai kendaraan telah menjadi pengetahuan; dan pengetahuanlah yang membuat akal. Akasha yang menjadi akal setelah tubuh terlahir di Bumi telah berkumpul beberapa pengetahuan bak berlainan dari beberapa akal yang telah bertemu sementara menuju ke Bumi. Barangkali dari satu akal yang lebih ketimbang yang lain-lainnya. Pada kasus itu ia telah memperoleh karakteristik-karakteristik secara langsung dari satu individu yang telah meninggal dunia. Di samping itu, melalui orang tua akasha ini telah memperoleh pengetahuan atau mentalitas nenek-moyang mereka, bangsa mereka, suku mereka, dan dari tingkat evolusi seluruh umat manusia pada suatu waktu tertentu.

Semua yang indera dapat cerap adalah bagian terluar, tetapi semua yang dapat akal cerap adalah bagian terdalam. Ini berarti bahwa imaginasi muncul dari akal dan karena itulah akal dapat mencerapnya. Perasaan, memori, konsentrasi, alasan, semua ini adalah pencerapan akal. Seseorang lebih bisa memanggil akal ujud manusia daripada tubuh di banding dengan akal, tubuh hanyalah seperti jas yang seseorang memakai.

*****




Bab Tiga

Kreasi Mental


Sangat terserap orang-orang yang dalam kreasi dapat-terlihat ini bahwa mereka sangat jarang memikirkan nilai kreasi lain yang berada di dalam diri mereka. Hal-hal tersebut yang merangsang, yang menarik perhatian, yang berupa ketertarikan, semua ini dituntut oleh orang, yang meskipun menjadi terbatas dan tak hirau akan kreasi di dalam, yang terus berlanjut secara taksadar.

Terus terang, setiap manusia adalah satu dunia dalam dirinya. Tetapi betapa kecilnya manusia memantulkan tentangnya. Dia selalu sadar atas ujud hanya berupa setetes di lautan. Sebaliknya dia tidak mengetahui bentuk ujud lain, dalam mana dialah lautan dan selainnya tetasan.

Ada paragraf dalam Injil berhubungan bagaimana Tuhan mencipta Bumi, dan kemudian menciptakan langit. Apakah artinya ini? Apakah langit dicipta setelah bumi? Artinya adalah bahwa ciptaan ini yang disekeliling kita pertama-tama mengesankan akal, dan lalu akal menciptakan dunianya sendiri, langitnya sendiri. Itu adalah ciptaan akal, dunia yang lebih tinggi meski di dalam diri kita sendiri. Dan dunia ini mungkin langit ataupun kebalikannya. Seperti Omar Khayyam menulis, dalam sajak-sajaknya, surga manusia adalah visi pemenuhan hasrat, dan neraka adalah bayangan jiwa [yang berada] di atas api. Yang manakah menunjukkan bahwa hasrat adalah sumber surga dan pemenuhannya ; pada saat yang sama adalah merupakan mental api dan kekecewaan, kekhawatiran, kegelisahan, atau kesedihan yaitu bayangan jiwa diatas api.

Berabad-abad yang lalu, Zoroaster mengajarkan bahwa ada tiga jenis kebaikan : yaitu dalam fikiran, dalam lisan, dan dalam perbuatan.

Seseorang selalu mengambil kebaikan dalam perbuatan sebagai kebaikan, dan dosa dalam perbuatan sebagai dosa, tidak pernah berfikir tentang kebalikan dosa dalam lisan atau juga pikiran. Kadang-kadang fikiran manusia lebih kuat dibanding lisan dan perbuatannya. Merupakan suatu pengalaman setiap ahli mistik dan setiap orang yang telah menjalani jalan keruhanian (spiritual) bahwa kekuatan pikiran jauh lebih besar ketimbang yang lisan atau perbuatan. Dalam kehidupan sehari-hari kita mendapati bahwa jika kita memikirkan seseorang membawa buku tertentu atau kembang yang kita hasratkan, kita sering mendapati dia datang menemui kita, membawakan buku atau kembang tersebut dengannya. Kita tidak pernah mengungkap hasrat tersebut, dan meskipun telah terjadi, [yang] seperti ini adalah kekuatan pikiran, kreasi akal.

“Pikiran adalah sesuatu,” seperti telah dikatakan, tetapi (sebenarnya) mereka lebih dari itu. Pikiran adalah ujud-ujud. Mereka hidup sebagaimana kita; mereka bekerja seperti kita bekerja. Mereka mempunyai kehidupan dalam diri mereka. (Nabi) Isa as. berkata, “Kata-kata yang saya bicarakan kepadamu, mereka adalah ruh dan mereka hidup”. Ruh adalah kehidupan nyata. Manusia adalah ruh. Tubuh adalah materi. Tubuh dapat membangkitkan akal yang kita sebut pikiran atau imaginasi. Pikiran dikontrol; yang lain tak dikontrol.

Ada pepatah dalam bahasa sansekerta, “Tidak terhitung banyaknya dewa-dewa dan tetap ada satu Tuhan.” Ini berarti bahwa setiap planet adalah dunia, setiap akal adalah dunia; sesuatu yang hidup.

Pertanyaannya adalah, jika kita membuat dunia kita dan mencetak kehidupan kita, mengapa kita harus mempunyai ketaksenangan, mengapa kesulitan di dalam kehidupan, mengapa gagal dalam kehidupan? Jawabannya adalah bahwa itu adalah bukan kesalahan Maha Pencipta bukan pula dunia. Adalah kesalahan pengabdian kita, kekurang-pengetahuan kita. Buddha menggambarkan kekurang-pengetahuan ini dalam cara : yaitu jika Anda sedang bergelantung kepada cabang sebatang pohon dalam gelap pekatnya malam, sehingga Anda tidak mampu melihat apa yang dibawah [Anda] itu, apakah darat atau laut. Lalu Anda selalu khawatir akan jatuh, Anda tetap bertahan bergantung kepada pohon dan sementara Anda menderita ketakutan betapa lamakah dapat bertahan sebelum Anda harus terlepas. Berapa lamakah Anda dapat bergantung kepada cabang? Meskipun di bawah kaki Anda tiada sesuatu ! seperti hidup sampai cahaya datang. Lalu seperti datangnya matahari. Ketika matahari  terbit Anda mendapati tidak ada air, karena hanya daratlah di bawah kaki Anda.

Daratan keabadian terlalu jauh dari kita, tetapi ketika matahari pengetahuan terbit kita melihat bahwa ia dekat, sangat dekat ! Seseorang mengetahui itu, dia tidak perlu diajari moral atau kebaikan ; dia mengetahui apa yang terbaik untuknya, untuk berangkat ; dia mengetahui sendiri. Dia mengetahui bahwa jika dia menciptakan ruh-ruh tersembunyi dalam pikirannya mereka akan menjadi monster, dan akan berjalan menentangnya, dan dia akan meruntuhkan hidupnya sendiri. Tetapi jika manusia menciptakan ruh-ruh kecintaan dan kebaikan, yang lain akan membantunya dalam keinginannya, dan dia selalu dikelilingi oleh cinta dan kebaikan.

Sekali orang menyadari ini, hidup mereka menjadi berbeda. Dia menjadi penyembuh bagi manusia ; mereka bersimpati dengan kesukaran orang lain ; mereka melayani kesulitan orang lain ; mereka mencari tahu jika mereka tidak dapat melakukan sesuatu, tidak dapat menolong cara apapun. Nasihat mungkin membantu, pikiran kebaikan dan simpati akan menolong. Apapun yang dilakukan kepada orang-orang lain mereka lakukan kepada diri mereka sendiri, karena setiap pikiran kebaikan atau kebajikan dan simpati memunculkan sebuah dunia simpati sekitarnya, dan ada orang tidak dapat hidup tanpanya jika mereka pergi ke suatu daerah dimana tak ada yang mengetahui mereka atau mengerti mereka, mereka dapat mengubah simpati dan cinta ; jika mereka telah menciptakan itu didalam diri mereka.

Itu menunjukkan betapa penting berhati-hati dari apa yang kita katakan. Seseorang bertindak dibawah pengaruh (spell) kemarahan, menyatakan sesuatu seperti, “Saya tidak ingin melihat wajahnya,” kata-kata buruk apapun—dan dia berharap tidak pernah mengatakan atau melakukan sesuatu hal setelah pengaruh itu menghilang; bahkan tidak pula kepada seorang musuh yang dia berharap telah menyatakan hal-hal ini. Tetapi pada saat dia tidak mengetahui bahwa apa yang dia ciptakan [sebenarnya] hidup. Yang diciptakannya itu akan akan menakutkannya, dan akan menjadi musuhnya sebagaimana musuh seseorang yang prasangka salahnya ditujukan. Bukan hanya itu, tetapi dia akan memunculkan lebih banyak yang serupa itu. Sekali satu fikiran jahat diciptakan dalam ruh kemarahan atau pengampunan, terdapat seribu ruh-ruh lain tercipta darinya. Suatu dunia mungkin tercipta dengan memberi jalan keluar kepada kelemahan tunggal.

Semua itu kita tumpuk dan kumpulkan di dunia luar demi kebahagian dan kenyamanan kita (barangkali suatu kondisi) adalah terbatas, bahkan bukan bagian ke seratus dunia ini yang kita miliki dapat kita sebut benar-benar milik kita, tetapi akal kita dapat menciptakan dan mengumpulkan pikiran-pikiran dan pengesanan yang tak terhitung yang semua meningkatkan dunia nyatanya. Semua milik kita, semua yang kita kumpulkan dalam kehidupan, semua hal-hal ini bersifat semerntara yang suatu hari kita harus tinggalkan; tetapi yang telah kita ciptakan dari pikiran kita, dari akal kita , itulah yang hidup.

Seorang berpikir, “Duhai, suatu hari saya akan membangun sebuah pabrik.” Pada saat ini dia tidak mempunyai uang, tidak berilmu, tanpa kemampuan, tetapi pikiran tentang suatu hari membangun sebuah pabrik telah datang. Kemudian dia berpikir tentang sesuatu yang lain. Barangkali tahun-tahun berlalu, tetapi pikiran tersebut telah bekerja secara konstan melalui seribu akal, dan seribu sumber menyediakan baginya bahwa dia mempunyai suatu hasrat. Jika seseorang melihat kembali dalam kehidupannya, pada apa yang dia pikirkan tentang pada waktu-waktu yang berbeda, dia akan menemukan bahwa garis nasib (yang di Timur kami menyebut kismet, takdir) dibentuk oleh pikiran kita. Pikiran telah mempersiapkan bagi kita kebahagiaan atau ketakbahagiaan tersebut yang kita alami.

Jika pikiran dapat menyelesaikan ini, begitupun cinta dan imajinasi. Bahkan suatu mimpi dapat menyelesaikan banyak hal, berdasarkan kepada pengesanan yang ia buat. Beberapa pikiran berupa sesuatu-sesuatu, berupa objek; pikiran yang lain berupa ujud-ujud. Beberapa pikiran berupa malaikat-malaikat [yang] dekat dengan kita dan beberapa berupa setan. Mereka semua mengelilingi kita, baik menolong kita menuju penyelesaian objek-objek di hadapan kita atau menarik kita kembali dari hal-hal tersebut yang kita ingin selesaikan.

Seseorang berpikir , dan barangkalil hasil dari pikiran ini sangat rapuh; orang lain meampunyai pikiran pada hari ini, dan besoknya hasrat tersebut terpenuhi. Mengapa demikian? Karena kekuatan pikiran. Dalam pikiran seseorang terdapat kehidupan [yang lebih hidup]; pada orang lain, kurang hidup. Kita menyebut kehidupan tertsebut yang memiliki kesadaran dan aktivitas; kita menyebut objek tersebut yang kurang intelejensi dan kesadaran. Bahkan, sejujurnya, keduanya hidup. Perbedaan antara objek dan sesuatu yang hidup yaitu yang satu kurang hidup dibanding dengan yang lain. Seseorang dengan kehendak yang lemah tak memiliki kekuatan dalam pikirannya. Jika dia memikirkan sesuatu seribu kali, tak berefek, karena dia tidak memiliki vitalitas atau energi tersebut yang dibutuhkan bagi pikiran untuk hidup.

Apakah vitalitas yang memberikan kehidupan kepada pikiran? Sama dengan yang ada pada manusia, pada sayuran, pada mineral. Pada satu kasus kehidupan berada pada permukaan; pada kasus lain tertutupi. Itulah sebabnya kita menggunakan kata sesuatu-sesuatu pada satu kasus dan ujud pada kasus yang lain. maka terdapat pikiran yang hidup dan pikiran yang mati. Pada kelas yang mana pikiran termasuk, bergantung pada tekad (will power): manakala ada tekad, kata [mengungkapkan] yang diucapkan dan yang dilakukan.

Ide ini diekspresikan oleh kata-kata kalpa vrakhsha, “pohon hasrat.” Ceriteranya adalah siapapun yang pernah mendatangi pohon ini dan duduk [di bawahnya] beberapa saat akan terpenuhi [lit: memiliki] keinginan apapun yang mungkin dihasratkan. Meskipun tak ada orang yang mengetahui dimana pohon ini bisa didapatkan. Pohon tersebut adalah akal; akarnya adalah hati. Itulah yang memberikan kekuatan kepada pikiran, memberikan ruh atau kehidupan kepada pikiran, adalah perasaan.  Seorang manusia tanpa perasaan dia bagaikan mati; dengan perasaan dia hidup. Dan begitupun pikiranya. Pikiran dengan perasaan merupakan kekuatan yang lebih besar ketimbang pikiran tanpa perasaan. Sekedar mengatakan, “Saya sangat menyukai seni,” tak akan berefek bilamana tak ada perasaan di baliknya. Hanya sekedar seuntai kata-kata; tak ada kehidupan padanya. Tetapi manakala kata-kata tersebut disampaikan dengan perasaan, mereka juga keluar melalui hati Anda pula, dan pikiran menjadi hidup.

Pernah hidup seorang besar yang kata-kata kinasihnya dapat menghidupkan siapapun, orang yang dapat mengutuhkan kehidupan dan dapat menyembuhkan. Mereka telah meningglkan pikiran mereka dibelakang mereka, dan orang-orang telah memelihara mereka (pen: riwayat hidup dan ucapan-ucapannya) sebagai skriptur, sebagai kitab suci. Orang-orang telah mengambil mereka sebagai agama. Ada pikiran yang tak akan pernah mati, ada semacam umur panjang yang telah diberikan kepadanya. Apapun yang membentuk pikiran mereka telah mengambil — musik, prosa, puisi, aforisme, kumpulan kata-kakata[hikmah] — mereka tak akan pernah mati; mereka akan hidup selamanya.

*****

Bab Empat

Akal Ilahiah


Akal adalah suatu fakultas, tidak teraba, kegiatan tak-terucap, yang otak hanyalah kendaraan semata. Manusia membatasi hal-hal yang tak-terbatas dan di luar kekuatan pengkuran, dan oleh sebab itu orang-orang [lit: dia] telah menggambarkan Tuhan dalam bentuk manusia atau memberi kesakralan kepada ruh binatang-binatang. Seorang yang berakal lebih besar mempunyai visi yang lebih besar, dan barangkali melihat Tuhan dalam setiap orang; sebaliknya orang yang selalu berhasrat menemukan kejahatan-kejahatan akan mampu menemukan kilasan kejahatan meskipun pada orang baik. Itulah sebabnya, sejak masa kanak-kanak, manusia dibiasakan mengukur dan mengerti hal-hal dan cara pengertiannya dan mengujinya dalam cara terbatas yang khas bagi dirinya sendiri.

“Tiada sesuatu pun yang baru dibawah matahari,” Kata [Nabi] Sulaiman. Orang-prang terus mengakui telah menemukan sesuatu yang baru, tetapi ia mungkin telah ditemukan atau ditemukan kembali ribuan kali sejalan [ dengan ] hari-hari berlalu.

[Kitab] Veda, yang mengungkap filsafat kuno orang-orang Hindu, dalam bahasa Sansekerta, ibu dari bahasa-bahasa, menggunakan kata many atau manushi untuk manusia, dan manas untuk akal. Kata many dalam bahasa Inggris bermuasal sama. Ini menunjukkan bahwa muasal ujud manusia adalah akal; tetapi bentuk luarnya terlalu dekat dengan matanya sehingga ia menyembunyikan aspek-aspek lain ujudnya yang dalam membandingkannya [lit: ini] nampak tak terlihat.

Dalam bahasa Arab tertulis,”Jika Anda ingin mengetahui Tuhan Anda harus mengetahui dirimu sendiri,” Bagaimana mungkin manusia kecil mengetahui sementara dia dalam [keadaan] kepayang individualisme! “Saya ujud terpisah; Anda yang lain; tiada hubungan antara Anda dan saya, dan kita semua memiliki kesenangan dan kehendak bebas kita sendiri,” tidakkah manusia mengetahui sejauh mana hidupnya yang tidak bergantung pada objek-objek dan benda-benda yang membuat tubuh tetap hidup tetapi juga pada kegiatan ribuan akal dalam setiap hari! Setiap kali seorang tertawa merupakan pantulan akalnya, dikontrol oleh kekuatan akal orang  lain. Mengapa dia merasa kadang-kadang sedih, kadang-kadang gembira, kadang-kadang ceria, kadang-kadang antusias, kadang-kadang letih tanpa alasan, kadang-kadang tertekan dan kelelahan? Kita bertemu begitu banyak akal sepanjang siang dan malam  yang terpantul pada akal kita; sehingga pikiran-pikiran berubah, yang nampaknya tanpa alasan. Meskipun kegiatan kehidupan kita bergantung pada pikiran-pikiran ini, dan perubahannya menurut kepadanya.

Lalu siapakah yang dapat mengatakan, “Saya seorang individu, tidak bergatung dan bebas. Saya dapat memikirkan apa saja yang saya inginkan, dan saya dapat melakukan yang saya inginkan?” Anda tidak melakukan apa yang Anda inginkan; Anda tidak memikirkan apa yang Anda inginkan. Terdapat berbagai pikiran disekeliling Anda dalam bentuk manusia dan hewan dan individu-individu yang mempengaruhi akal dan pikiran Anda; Anda tidak dapat melepaskan mereka. Selalu ada orang-orang yang lebih kuat dari Anda, dan selalu ada orang yang lebih lebih lemah dari Anda sendiri. Kita saling terkait antara yang satu dengan yang lain. Hidup kita saling terpaut, dan ada tautan yang padanya kita dapat melihat satu arus mengalir menembus keseluruhan. Terdapat begitu banyak bola dunia dan lampu, dan tetap ada satu arus yang mengalir menembus keseluruhan.

Mistikus mencari agar menyadari ini secara konstan dan mengesankannya pada akalnya yang mungkin dia lihat. Apakah baginya gelombang laut? Apakah mereka di laut? Mereka hanya suatu individu sejauh seperti ombak [yang] naik dan turun. Ia menaik dan menurun, tetapi ia bermuara kedalam laut. Ombak baru adalah ombak berbeda secara keseluruhan. Apakah baginya suatu pohon?. Ada satu batang [pohon]. Dedaunan memancar darinya, menguning warnanya, dan rontok, tetapi pada saat yang sama kehidupan pohon secara menyeluruh bergantung pada akar dan batang, dan kerusakan apapun yang terjadi pada salah satunya mempengaruhi cabang, induk cabang, setiap bagian pohon. Apakah, baginya, suatu tubuh? Mata, hidung, kepala — yang manakah diantara mereka merupakan “diri”? Tangan mempunyai nama yang terpisah; jemari mempunyai nama yang terpisah, setiap bagian mempunyai nama yang terpisah. Berlaksa pikiran, berlaksa imaginasi, berlaksa perasaan —  dapatkah kita menghitung ketubuhman mereka? Perbedaan emosi, perbedaan cara berduka, perbedaan tingkat kenikmatan — dapatkah kita membedakan mereka atau memilah mereka? Ujud kita mempunyai  begitu banyak aspek, lalu apakah yang sesungguhnya yang disebut ia sendiri “aku, saya?” hanya satu, tidak banyak. Hanya jika kita tidak mempunyai tubuh atau akal, kita tidak menyadari bahwa kita maujud. Melalui semua ketubuhman ini seorang menyadari bahwa, “Saya satu”. Hal yang sama berlaku selanjutnya dalam akal hingga seorang menemukan bahwa kesatuan yang maujud dibalik semua jumlah nama-nama dan bentuk-bentuk ini, dan yang dalamnya seorang akan bersatu dengan Tuhannya.

Ini menunjukkan bahwa pengalaman individu, yaitu pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan, dan pengetahuan individual, dan pengalaman bangsa-bangsa, suku-suku, tetapi selalu pulang hingga kembali kembali kepada kedalamannya, dimana ia berassimilasi dengan yang disebut akal ilahiah.

Setiap [lit: semua] akal adalah daun yang berbeda dari satu pohon, tetapi hanya ada satu sumber bagi semua [yang] terikutkan. Bukan satu objek atau kehidupan dapat mujud yang dapat mempunyai satu titik pusat yang padanya segala sesuatu bertemu dan bergabung bersama. Dan tempat pertemuan itu adalah akal ilahiah.

Sebab itulah, para Brahma mengajar pada orang agar mandi pada titik dimana semua sungai bertemu; penyucian hidup melelui mandi di sungai. Orang-orang yang benar-benar mengerti hal tersebut mengetahui bahwa itu menggambarkan akal ilahiah. Penyucian dalam kehidupan terletak pada pencapaian kedaslaman laut kehidupan yang dalamnya berlaksa-laksa bentuk-bentuk dan nama-nama bergabung. Al – Qur’an mengatakan,”Tak satupun zarrah yang bergerak terlepas dari tangan Tuhan.” Sehingga, tiada kegiatan sesuatupun yang terjadi baik disini ataupun di ruang gemintang, tanpa ransangan dari dalam dan dari kedalaman kehidupan dimana semua akal dsan pengaru-pengaruh seluruh kegiatan manyatu.

Sekarang tibalah pada sisi moral subjek tersebut, [lalu] kita bertanya,”Dalam cara bagaimana [lit : apa] kita melanjutkan kehidupan? Biasakah kita terpuaskan bergantung pada kekuatan kerja?” Tidak, itu adalah suatu kelumpuhan satu bagian tubuh. Tangan tak akan terangkat [bila bukan karena pikiran]. Pikiranlah [pelakunya], lalu dimanakah pikiran dan ransangan-ransanganmu?

Kita mungkin bertanya,”Haruskah kita menyadari setiap ransangan-ransangan yang datang? Tidak-haruskah kita bertindak dalam setiap kasus, menyadari bahwa semuanya datang dari Tuhan? Tidak, karena ia adalah realisasi akal yang membuat hal-hal benar dan salah, baik dan buruk, spiritual atau material. Adalah pikiranmu sendiri, bukan tindakannya. Ia [menjadi] sebagaimana Anda pikirkan. Meski ransangan itu datang dari dalam, jika salah maka anda telah salah membuatnya; jika ia benar karena Anda membuatnya demikian. Hukum menghakimu. Bukan hukum lain, [melainkan] hukum Anda sendiri.

Apakah akal bodoh atau bijak, setiap akal mencintai kebaikan dan keindahan. Apakah kebaikan [itu]? Kebaikan adalah sesuatu yang indah, yang anda hargai, yang Anda tak dapat membantu menghargai. Anda menghargai menghargai keindahan kebajikan seseorang, keindahan tindakan, perasaan dan pikiran. Tak seorangpun mencoba melihat keburukan atau mengikuti jalan setan. Apakah ada seseorang yang akan mengatakan, “tolong, janganlah bersikap baik kepadaku; tolong,sesatkan saya?” Tak seorangpun yan senang dibodohi. Kejahatan adalah mencari keuntungan bukan memberi; tetapi orang jahat [tetap] masih melek kepada keindahan.

Seorang mistikus dibimbing oleh akalnya sendiri. Yaitu yang kita dalam kehidupan ini, mesti kita berikan kepada orang lain. Jika kebajikan, berikanlah; jika kebaikan, berikanlah; jika pelayanan, berikanlah. Semua rahasia kebahagiaan dalam kehidupan bertumpu pada hal ini. Jika mencari kebahagiaan dalam kebajikan orang lain, ini berarti kita bergantung kepadanya untuk membuat kita bahagia, sepanjang kita memandang kepada orang lain untuk membuat kita bahagia, kita tetap mengharapkan bahwa yang manakah dari diri kita telah memberi. Bukan sampai kita menyadari hal ini, tahukah kita “Apakah keadilan itu?”

Dunia adalah kubah, yang setiap tindakan adalah gema [dari] yang lain. Lakukanlah kebaikan:  ia akan kembali; jika bukan dari seseorang, ia akan datang dari orang lain. Itulah gemanya. Anda tidak mengetahui dari sisi yan manakah ia akan datang, tetapi ia akan datang beratus-kali lipat lebih dari yang Anda berikan.

Berikanlah cinta; Akankah Anda mengalami kedinginan? Lakukanlah kebaikan; dapatkah Anda menerima kejahatan? Jika Anda melakukan kebaikan, janganlah Anda menilai tindakan orang lain. Anda tidak bisa menjadi hakim sampai Anda menjadi diri Anda tanpa kedirian.. Hanya [dengan cara] demikianlah keadilan akan mendatangi Anda. Dia adalah dinding antara Anda dan keadilan. Hanya ada satu hal yangbenar-benar adil, dan yaitu [dengan] mengatakan, “Saya tidak semestinya melakukan ini.” Jika Anda menyatakan hal ini kepada orang lain [yang] mungkin Anda mungkin salah.

Mistikus megembangkan akalnya dalam cara ini, mensucikannya dengan pikiran, perasaan, perbuatan suci ( suci berarti bebas dari keterpisahan ), hanya mengikuti garis pikiran ini. Apapun perbedaan prinsip-prinsip benar dan salah [dari] keyakinan agama bisa nampak. Tiada pernah dua individu bisa berbeda dalam satu sifat prinsip ini. Setiap jiwa mencari setelah [mengalami] keindahan; dan setiap kebajkan, keshalehan, tindakan baik, bukan lain kecuali secercah keindahan.

Sekali dia memiliki moral ini, seorang sufi tidak perlu mengikuti keyakinan atau keimanan tertentu, yang membatasi dirinya kepada jalan tertentu. Dia boleh mengikuti jalan Hindu, jalan Muslim, jalan gereja manapun atau keyakinan apapun, dia bersedia menjalani jalan agung ini, bahwa seluruh alam raya ini bukan lain adalah imanensi keindahan. Anda terlahir dengan kecenderungan menghargainya dalam setiap bentuk dan Anda tidak mungkin membutakan diri Anda dengan menjadi bergantung pada satu garis keindahan tertentu; Anda tidak akan mendapatkan sesuatu selain yang Anda berikan. Anda membuat diri anda sendiri, tindakan Anda, pikiran Anda dan biarkanlah orang-orang lain mengambil keindahan Anda.

Penyempurnaan akal apakah yang harus kita sentuh? Yakni sentuhan melalui kontemplasi, melalui realisasi, dan melalui pengertian satu-satunya arus yang mengalir melalui seluruh kehidupan. Kita memulai berkontemplasi pada hal itu. Akal, yang dalam bahasa agama kita sebut Yang Maha Kuasa dan dalam bahasa mistik kita sebut akal ilahiah, yakni kedalaman kehidupan, kedalaman aktivitas yang kepadanya segala aktivitas dan setiap aktivitas terkaitkan.

Disana semua agama ada, mistikus menyembah kepada keindahan itu, dan pekerjaannya adalah melupakan diri, melepaskan dirinya sendiri seperti gelembung di air. Ombak menyadari, “Saya adalah laut,” dan dengan jatuh kedalam laut ia bersujud kepada Tuhannya. “Sempurnakanlah dirimu, seperti Bapakmu di surga adalah sempurna”

*****

Bagian Kedua
SIFAT- SIFAT AKAL

Bab Lima

Pikiran dan Imajinasi


Berpikir dapat dibagi menjadi dua bagian [yakni] : imajinasi yang merupakan keluaran tindakan otonomik akal; dan pikiran: merupakan hasil tindakan berulang-ulangnya. Manusia berpikir, artinya [lit: makanya], tidak harus imajinatif, bukan manusia imajinatif pemikir. Kedua kualitas masing-masing memiliki tempatnya. Seorang yang terbiasa berpikir dan orang yang tidak mampu berimajinasi terpisah jauh dari keindahan tersebut yang diungkap dalam puisi dan musik, karena semua ini datang dari imajinasi. Jika akal diberi kebebasan melakukan apa yang ia sukai, ia tertarik sebagaimana ia sebelumnya dan diluar perilaku suatu gambar yang diciptakan, sebutlah seni, puisi atau musik. Dalam bentuk apapun ia mengungkapkan dirinya sendiri, tetap indah.

Banyak orang yang menertawakan orang yang imajinatif. Mereka berkata, “Dia [berada] di awan; dia sedang bermimpi.” Tetapi semua karya seni dan musik serta puisi datang dari imajinasi, karena imajinasi adalah aliran kebebasan akal yang dibiarkan berkarya dengan sendirinya dan membawa keluar keindahan serta ketalaan kandungannya. Tetapi jika dihalangi oleh prinsip atau aturan tertentu, maka ia tidak bebas bekerja. Tidak diragukan di antara para seniman dan musisi Anda akan mendapati banyak pemimpi dan orang yang tak praktis, tetapi itu bukan berarti mereka kurang teranugerahi. Barangkali ketakpraktisan mereka dalam beberapa cara membantu mereka menyelesaikan sesuatu yang orang yang praktis tidak mampu. Seseorang tidak perlu mengikuti contoh mereka, tetapi orang tersebut hanya dapat menilainya sama. Selain tak mampu memiliki keyakinan kepada Tuhan, tak satupun yang mencintai Tuhan, dan tak satupun yang pernah mencapai kehadiran Tuhan, [bagi] orang yang belum dibantu dengan imajinasi. Orang-orang yang berdebat dengan orang yang beriman dan [lalu] berkata, “Tetapi dimanakah Tuhan? Dapatkah Anda menunjukkan padaku? Bagaimanakah Anda dapat menunjukkan  Tuhan kepadaku? Bagaimanakah Anda dapat menggambarkan Tuhan? Bagaimanakah Anda menerangkan Tuhan?” Beginilah orang-orang yang tanpa imajinasi. Tak seorang pun yang daspat memberikan imajinasinya kepada mereka. Dapatkah orang yakin pada keyakinan orang lain? Jika seseorang dapat yakin pada hal apapun [maka] seseorang harus melakukannya sendiri. Dan dari apakah keyakinan itu dibentuk? [yakni] dari imajinasi. Telah dikatakan, “jika Anda tak memiliki Tuhan, buatlah satu.” Dan tak pernah seorang pun dapat mencapai Tuhan yang belum mampu membuat Tuhan. Orang-orang yang menyulitkan diri mereka sendiri tentang keabstrakan Tuhan, [orang tersebut] tidak bertuhan, mereka hanya menggunakan kata tersebut. Mereka memiliki kebenaran, tetapi mereka tidak mempunyai Tuhan.

Kebenaran tanpa Tuhan tidaklah cukup. Seseorang harus mencapai kebenaran melalui Tuhan; itulah yang memberi kepuasan. Jika semua kekuatan berasal dari makanan yang diberikan dalam satu pil, itu mungkin bisa mempertahankan hidup seseorang, tetapi tidask akan memberinya kenikmatan makanan. Jika seseorang mengambil satu pil kebenaran mungkin sebagian dari ujud seseorang akan terpuasi, tetapi bukanlah itu kepuasan nyata. Gagasan Tuhan, memberi makanan seseorang; dia mesti terlebih dahulu membuatnya dalam dirinya sendiri, dengan imajinasinya. Tetapi jika ia tidak menghendaki dia menggunakan imajinasinya, jika dia hanya menunggu Tuhan mendatanginya, dia harus menunggu begitu lama.

Seseorang mungkin bertanya apakah [lit: jika] baik mempunyai imajinasi kuat? Baik [jika] menguatkan dirinya. Jika seseorang mempunyai kekuatan, maka imajinasi dan pikirannya menjadi kuat. Lebih lanjut, imajinasi yang kuat berarti kekuatan yang berangkat dari diri sendiri, tercapai tanpa kendali seseorang. Jadi imajinasi seseorang tidak selalu menjanjikan; kekuatan pikiranlah yang diidamkan. [Lalu] untuk apakah pikiran? Pikiran adalah sesuatu yang terarah mandiri dan yang mengendalikan imajinasi.
         
Perbedaan antara manusia pemikir dan imajinatif adalah bahwa yang satu berpikir dengan kehendak dan yang lain tanpa kehendak. Jika seseorang mengetahui nilai kehendak, maka dia mengakui secara alami tiada yang lebih berharga di dunia ini ketimbang kehendak. Jadi, pertanyaan yang timbul dalam pikiran manusia pemikir, “Apakah saya memiliki kehendak, apakah saya memiliki kehendak kuat? Atau kehendak lemah?” Jawabannya adalah [bahwa] tak seorang pun yang maujud tanpa kehendak; setiap orang memiliki kehendak.

Kerja otomatis akal menghasilkan imajinasi dan nilai imajinasi bergantung pada pengolahan akal. Jika akal ditalakan (tuned)kepada suatu tingkat tertinggi maka imajinasi secara alami akan berada ada puncak tertinggi; tetapi jika akal tidak ditalakan pada tingkat yang tinggi, maka imajinasi tidak akan ditingkat tersebut.

Imajinasi memiliki tempat nilainya. Tetapi kapankah ia bernilai. Pada suatu saat ketika hati ditalakan pada suatu tingkat yang imajinasi tak dapat pergi kemana pun kecuali ke surga. Hati yang ditala oleh cinta, keserasian dan keindahan, tanpa kehendak ia mulai mengapung secara otomatis dan pergerakan otomatis ini bereaksi kepada apapun yang menyentuhnya, atau ia menjelma dalam beberapa bentuk. Ketika ia berupa garis atau warna atau catatan, maka menghasilkan seni, lukisan, musik atau puisi. Maka itulah imajinasi tersebut memiliki nilai, tetapi jika ia datang kepada bisnis dan sains serta semua hal-hal yang terkait dengan kehidupan sehari-hari di dunia, lebih baik mengesampingkan imajinasi dan bekerjalah dengan pikiran.

Seperti keduanya malam dan siang bermanfaat, seperti kedua istirahat dan bekerja adalah perlu, begitupun berpikir, dan imajinasi memiliki tempat [tersendiri] dalam kehidupan kita. Singkatnya, jika pujangga menggunakan kehendaknya untuk mengarahkan imajinasi ia mungkin [berupa] sebuah pikiran dan akan menjadi kaku. Hal alami bagi seorang pujangga adalah membiarkan akal mengapung kedalam yang dan apapun sentuhan yang terjadi, biarkanlah hatinya mengungkapkannya. Kemudian apakah yang terungkap? Adalah sebuah imajinasi. Tetapi ketika seorang harus menghadiri urusan bisnis, dia tidak semestinya membiarkan hatinya mengambang di udara; dia mesti memikirkan hal-hal di Bumi dan berpikir tentang figur secara sangat hati-hati.

Jika seorang berfikir dia menjadi seorang yang rasional, pasti dan purna-pikiran. Kedua orang imajinatif dan pemikir bisa menuju kepada ke-ekstriman dan mungkin gagal, tetapi menjaga keseimbangan adalah yang membawa hasil yang dihasrati. Seorang pemikir mungkin juga berpikir sangat keras sehingga menjadi bingung oleh pikiran-pikirannya sendiri. Banyak pemikir-pemikir yang berpikir begitu keras sehingga mereka kehilangan akal.

Sekarang kita memasuki metafisika lebih dalam, apakah yang membentuk gambar pikiran? Ini adalah suatu pertanyaan yang sangat halus. Ilmuwan materialis akan berkata bahwa terdapat atom-atom pikiran yang membuat bentuk tersebut; dengan bergabung bersama mereka menyusun bentuk pikiran. Dan jika mereka ingin membuatnya lebih objektif, dia akan mengatakan bahwa dalam otak terdapat gambar-gambar kecil seperti gambar-gambar saja, dan gerakan itu terus-menerus bergerak [sampai] mereka menyelesaikan satu bentuk. Karena orang lain tidak melihat lebih jauh dari pada tubuhnya, dan lalu ingin menemukan rahasia seluruh kehidupan dalam tubuhnya dan pada dunia fisik.

Dalam pikiran otak hanyalah monumen untuk membuat pikiran-pikiran lebih jelas. Pikiran lebih besar, lebih luas, lebih dalam, dan lebih tinggi dari pada otak. Gambar pikiran dibuat melalui pengesanan akal. Jika akal tidak pernah mempunyai pengesanan, pikiran tidak akan jernih. Singkatnya, seorang buta yang tidak pernah melihat gajah dalam kehidupannya tidak akan mampu membentuk suatu gagasan gajah. Karena akalnya tidak mempunyai bentuk yang siap disusun atas perintah kehendak. Karena akal harus mengetahui lebih dahulu sebelum menyusunya. Maka akal adalah gudang semua bentuk yang seseorang pernah melihatnya. Tetapi tidak dapatkah suatu bentuk dipantulkan pada akal orang buta? Dapat [lit : ya], tetapi tetap tidak akan lengkap. Jika suatu pikiran dijuruskan kepada orang buta, dia hanya mengambil setengahnya, karena dia tidak memiliki bagian yang harus diambil dari akalnya sendiri, dan demikianlah dia hanya mengambil pantulan yang terjurus padanya. Maka dia mempunyai gagasan kabur tentang benda tersebut, tetapi dia tak dapat memuatnya jelas untuk dirinya sendiri, karena akal belum membentuk gagasan tersebut.

Bentuk pikiran yang akal pegang dipantulkan oleh otak mungkin serupa pelat fotografis. Kedua pikiran seseorang dan pikiran orang lain dikembangkan seperti fotografis. Dan dengan apa ia dikembangkan? Adakah beberapa solusi yang padanya pelat fotografis ditempatkan? Ya, dan ialah intelegensi. Walaupun intelegensi seseorang dikembangkan dan dibuat lebih jelas terhadap indera batin. Dengan indera batin adalah berarti bagian terdalam dari indera-indera. Karena melalui kelima organ luar yang berbeda kita mengalami hal-hal yang berbeda. Dan ini memberi kita gagasan panca indera, tetapi pada kenyataannya hanya ada satu indera.

Ada orang waskita (visioner), yang mempunyai konsesi-konsesi warna yang berbeda, tentang pikiran-pikiran dan imajinasi-imajinasi dan perasaan-perasaan dan bentuk imajiner tentang pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan? Tidaklah diragukan hal ini bersifat simbolis ketimbang aktual. Warna suatu pikiran berkaitan dengan kondisi akal. Itu menunjukkan anasir yang kepadanya pikiran-pikiran tergolong (belong), baik kepada anasir api, anasir air atau kepada anasir tanah. Ini berarti bahwa jika ia, misalnya, api yang berada dibelakang pikiran, api tersebut memproduksi warnanya disekeliling pikiran sebagai suatu atmosfir yang mengitarinya. Dan ketika orang waskita melihat bentuk pikiran dalam bentuk warna, apa yang mengitari pikiran berdasarkan kepada karakter pikiran tersebut.

Suatu pikiran yang terkait dengan perolehan yang bersifat tanah adalah anasir tanah; pikiran cinta dan kasih mewakili anasir air, menebarkan simpati; pikiran dendam perusakan, menyakiti dan membahayakan, mewakili api; pikiran antusiasisme, keberanian, harapan dan aspirasi mewakili udara; pikiran tentang beristirahat, kesepian, kedamaian mewakili eter. Inilah karakteristik pikiran yang paling berpengaruh perhubungan dengan panca indera.

Tidak ada keunggulan satu anasir atas yang lain, keunggulan pikiran adalah anasir atas yang lain, keunggulan pikiran berdasarkan cara pandang akal. Misalnya, seseorang yang berdiri di atas tanah memandang horison di depannya; inilah salah satu kewaskitaan yang lain [atau] berdiri di puncak menara dan dari sana dia memandang kepada horison yang membentang; [menghasilkan] cara pandang yang  berbeda. Yakni berdasarkan cara pandang itulah pikiran [menjadi] unggul atau rendahan (inferior). Selain itu, tak seorangpun dapat mengambil gambar pikiran dan berkata, “Pikiran bukanlah suatu koin semata (earthly) yang unggul atau rendahan. Apakah yang membuatnya unggul atau rendah? Yakni motif [yang berada] di belakangnya.

Akal adalah pencipta pikiran dan imajinasi. Merupakan tanah gembur yang di atasnya tetumbuhan tumbuh dalam bentuk pikiran-pikiran dan imajinasi. Mereka hidup di sana, bahkan ada pertumbuhan segar yang terus-menerus, tetumbuhan dan pepohonan itu yang telah dicipta sebelumnya tersembunyi dari mata orang. Karena semua inilah sehingga seorang tidak berpikir banyak tentang pikiran-pikiran dan imajinasi yang telah berlalu. Tidak pula mereka sebelumnya; tetapi pada waktu yang bersamaan, manakala seseorang ingin menemukan sesuatu yang orang tersebut pernah sekali membentuk, dengan segera ditemukan, karena ia masih tetap di dalam akal.

Kesadaran tidak melihat bagian tersebut dengan segera adalah bawah sadar. Apa yang disebut kesadaran tetap tinggal dipermukaan, menjadi jelas bagi kita bahwa bagian pikiran dan imajinasi kita yang baru saja dimiliki dan masih sibuk memandang. Bagaimanapun, sekali seorang telah mempunyai imajinasi atau pikiran, hal itu tetap ada.

Dalam bentuk apakah ia mengada? Dalam bentuk yang akal telah memberikannya. Jiwa mengambil bentuk dalam dunia fisik, suatu bentuk yang dipinjam dari dunia ini, maka pikiran tersebut mengambil bentuk yang dipinjam dari dunia akal. Akal yang jernih dapat memberikan suatu  kehidupan yang berlainan, rupa yang berlainan dengan [lit : terhadap] pikiran; akal yang bingung menghasilkan pikiran-pikiran yang tak berlainan. Dan seorang dapat melihat kebenaran ini dalam mimpi; mimpi dari akal yang jernih adalah jelas dan berlainan. Mimpi dari orang-orang yang tak berakal jernih, membingungkan. Disamping itu, yang paling penting adalah melihat bahwa mimpi-mimpi para seniman, penyair, musisi, yang hidup dalam keindahan, yang memikirkan keindahan adalah indah; mimpi-mimpi orang yang akalnya mempunyai keraguan atau ketakutan atau kebingungan adalah dari karakter yang sama sebagaimana akalnya.

Ini membuktikan bahwa akal memberi satu tubuh kepada pikiran; akal mengirim bentuk kepada tiap pikiran, dan dengan bentuk tersebut pikiran mampu mengada. Bentuk pikiran diketahui bukan hanya bagi orang yang berpikir tetapi juga bagi orang yang memantulkan pikiran, yang dalam hatinya terpantulkan. Maka itu ada komunikasi diam antara masyarakat. Bentuk-bentuk pikiran seseorang memantul pada akal orang lain. Dan bentuk pikiran ini telah kuat dan jelas ketimbang kata-kata, karena bahasa terbatas, sementara pikiran mempunyai lingkup pengungkapan yang lebih luas.

*****

Bab Enam

S u g e s t i


Kita sulit menyadari seberapa besar kita bergantung atas sugesti pada kehidupan sehari-hari, khususnya dalam membentuk opini kita tentang orang lain. Pujian dan penyalahan apa pun dari seseorang yang menusuk telinga kita, [maka] segera muncul kepada kita sebagai suatu kenyataan; dan hanya terdapat sedikit di dunia ini yang [dapat] menolak sugesti yang datang  kepada mereka [yang berasal] dari orang lain, meski mereka sangat mengabaikan tentang fakta-fakta mereka sendiri. Kita mungkin sangat berprasangka kepada seseorang yang kita belum pernah lihat, tak pernah kenal, hanya karena apa yang orang lain telah katakan. Dan bagian yang terpenting darinya adalah kita meragukan sanjungan tetapi kita siap menerima sesuatu yang salah. Alasan untuk hal ini adalah pengalaman-pengalaman kitalah yang membuat kita pesimistis. Semua kebejatan dan kejahatan yang kita temukan dalam kehidupan mengesankan kita, dan pada saat itulah yang membuat kita merasa bahwa, jika ada hal yang mengada merupakan kebejatan, adalah kejahatan. Jika kita mendengar kebaikan seseorang, kita mulai meragukannya; kita pikir bahwa mungkin kesalahan itu pada pihak orang yang memberitahu kita, bahwa barangkali orang tersebut pengabai fakta-fakta, atau bahwa kita harus menunggu hingga kita mengetahui lebih banyak mengenai orang yang sangat baik itu. Tetapi suatu hal yang salah , [ketika] kita tidak mencoba menunggu saatnya, kapan kita dapat menemui orang tersebut dan berusaha mengetahuinya dan melihat dimana letak kesalahannya; [malah] kita  langsung [lit: secepatnya] percaya.

Ketika menimbang psikologi massa, kita melihat betapa sering orang-orang besar, yang benar-benar telah bekerja untuk kawan [lit: orang-orang] sejawat mereka, dalam kapasaitas apapun, jatuh dalam kekecewaan tatkala ada orang berbicara menentang mereka; pada saat ini ketika kehidupan di dunia sangat otomatis dan kita sangat bergantung kepada apa yang surat kabar beritakan, kita secara kolektif mengganti opini orang banyak, dari hari ke hari. Kita tidak pula mengetahui penyebab yang menjadikan mereka disanjung. Pula kita tidak banyak mengetahui tentang mengapa mereka disalahkan.

Manakala orang mulai menyadari apa arti sugesti, banyak yang bereaksi secara salah menentangnya. Misalnya, mereka mengira bahwa dengan berkata kepada diri sendiri, “Saya sehat,” adalah sugesti, mereka berharap cemas apakah tidak salah. Tetapi mereka tidak mengetahui bahwa dari pagi hingga petang kita terkesan oleh sugesti yang datang kepada kita secara otomatis dalam bentuk-bentuk yang berbeda. Hal yang penting, tidak terletak pada penerimaan sugesti-sugesti atau dalam penolakan mereka; ia terletak pada pengertian apa yang menguntungkan kita dan apa yang akan merusak. Sebagai contoh, suatu sugesti sudah cukup membuat orang percaya [bahwa] sebuah rumah berhantu, sehingga [hanya dengan] dirinya sendiri sudah cukup membuat mereka merasa takut atau sakit.

Sugesti tentang kesulitan-kesulitan yang kita mesti hadapi akan menghasilkan kesulitan-kesulitan. Sugesti dibuat orang dengan berkata, “Orang ini menyukaimu,” “Orang ini tak menyukaimu,” semua orang bertindak berlebihan atas seseorang sehingga sangat sering orang tersebut diyakinkan oleh sesuatu hal, bahkan sebelum dia memulai mencoba dan menemukan kebenaran tentangnya. Diantara seratus orang, kita akan sulit mendapatkan seorang yang berharap mempelajari kebenaran sebelum dia menerima sugesti apapun; bahkan sangat sering dia tak terusik tentangnya. Untuk mempercayai sesuatu begitu orang lain telah mengatakannya, dan langsung membentuk opini adalah cara termudah. ia menyelamatkan seseorang dari gangguan tentangnya selamanya. Itulah sebabnya kita selalu siap menerima suatu sugesti, dan begitulah seluruh kehidupan kita penuh dengan sugesti-sugesti. Sangat sulit bagi orang yang kita membentuk suatu opini tentangnya hanya dengan mendengar sesuatu memojokkannya. Pada kapasitas apapun, apakah dia menjadi relasi kita, pelayan kita, atau atasan kita, dalam kasus apapun itu membuktikannya tidak adil. Dan tidak berakhir [hanya] di sana. Ketika seseorang pernah mendengar sesuatu yang melawan orang lain dan telah dibentuknya suatu opini tentangnya, opininya bertindak atas orang tersebut dan membuatnya sebagaimana yang orang lain pikirkan.

Dengan cara ini banyak orang yang tidak mengembangkan dalam diri mereka suatu rasa keadilan, kapasitas untuk mengerti secara benar, karena mereka bergantung atas perkataan orang lain. Jika seseorang yang berada pada posisi sebagai pemimpin yang dia harus melakukan sesuatu dengan banyak orang dan opininya berpengaruh, sehingga [lit: manakala] opininya dapat mengubah kondisi banyak orang, [dan] tatkala orang tersebut secara halus membentuk opini hanya dari mendengar tentang seseorang, [maka] banyaklah orang yang di bawahnya menderita. Hal ini sering terjadi pada orang yang dengan posisi tinggi. Manakala mereka tidak mempunyai waktu, tidak pula beranjak untuk menempuh tantangan [lit: halangan] agar menemukan tentang orang lain yang bergantung pada mereka atau orang yang bekerja di bawah mereka, dan tatkala mereka mengubah opini mereka hanya karena orang lain telah mengatakan sesuatu, ini menjadi sangat sulit . Sering kawan yang paling akrab dan jujur telah memecahkan persahabatan mereka [karena] kelemahan penerimaan sugesti ini dari orang lain. Antara relasi dan kawan-kawan seringkali terjadi perpecahan tanpa suatu alasan.

Jalan terbaik bereaksi melawan suatu sugesti adalah mencoba dan menemukan fakta-fakta. Tetapi sangat sering apa yang orang lakukan adalah mencoba dan menemukannya dalam cahaya sugesti tersebut. Persis seperti ceritera tentang Otello, yang tatkala dia memulai bertanya-tanya tentang Desdemona, [lalu] menterjemahkan segala hal pada cahaya yang disugestikan kepadanya.

Menurut metafisika, suatu cara menghilangkan dampak sugesti dari akal adalah melalui konsentrasi: pertama adalah menetapkan pikiran  dalam akal seseorang, dan yang lain adalah dengan menghilangkannya. Manakala seseorang melatih konsentrasi, sesesorang mampu menghilangkan pikiran apapun yang dia [lit: seseorang] inginkan. Dan untuk menanamkan pikiran yang seseorang ingin agar menetap dalam pikirannya.

Tetapi disamping ini, dari titik pandang moral seseorang harus menutup telinga dan matanya terhadap semua yang tak disetujui, tak selaras, dan buruk terhadap semua persiapan yang seseorang berlawanan dengan orang lain. Seharusnya seseorang tidak mengambil hati  tentangnya. Ada banyak keindahan yang bisa diselidiki dalam kehidupan kita, hanya jika kita dapat memalingkan mata kita dari semua keburukan, dari semua yang tidak diharapkan, dan menatapkan mata kita pada semua yang indah dan disepakati. Karena jika kita ingin merasakan sakit hati dan terlecehkan serta terhalangi, tidak hanya ada satu hal, ada seribu hal yang menhalangi kita. Satu-satunya cara untuk melewati mereka adalah jangan mengambil hati [tentang] mereka.

Beberapa orang selalu nampak lebih menyukai berseberangan terhadap sugesti yang diberikan. Itulah kelemahan yang lain. Dia menunjukkan bahwa bukan hanya mereka benar-benar tidak mempercayai orang lain, tetapi pula mereka tidak mempercayai diri mereka sendiri. Bentuk alamiah atau normal akal adalah memiliki penguasaan atas segala hal, atas kondisi-kondisi, dan jika sugesti datang dari orang lain, [usahakanlah] agar berpikir tentangnya. Dengan berpikir tentangnya kita tidak perlu mempercayainya, kita perlu bertindak untuk tidak melawanya, karena semua hal adalah sugesti, apakah mereka baik atau buruk. Tidaklah benar bahwa sugesti-sugesti selalu salah, sugesti sering sangat baik, tetapi jika seseorang selalu melawan segesti apapun, dia akan menolak semua yang baik karena ketakutan.

Ada banyak orang di dunia ini akan mempertahankan diri mereka sendiri sebelum mereka diserang. Tak seorangpun yang mempunyai niat apapun untuk menyerang mereka, tetapi mereka sudah berada pada [keadaan siap siaga]. Ada orang-orang yang dihadapan siapapun yang telah melecehkan mereka berada pada [keadaan] siap perang; bahkan dihadapan siapapaun yang menghinanya, mereka membayangkan bahwa seseorang meniatkannya. Ini adalah kecenderungan yang salah dari akal, dan seharusnya mereka diperangi agar akal tetap jernih. Untuk menjernihkan jalan kehidupan, mentalitas tetap harus bening.

Untuk menghindarkan sugesti berbahaya dari akal seseorang berarti berjuang. Tetapi jika seseorang tidak mengetahui bagaimana berjuang dengan benar dia akan meneruskan sugesti yang sama melawan penyakitnya dan berkata kepada diri sendiri, ”Saya tidak sakit, saya tidak sakit,” karena kata tidak dan sakit berada di sana, dia meneruskan keduanya. Atau seorang yang berada dalam kemiskinan berkata, “Saya tidak miskin,” miskin yang di sana disamping kata tidak, dan kemiskinan akan menetap bersamanya. Sementara dia berjuang melawannya dia menyimpannya setiap saat di depan akalnya; meskipun dia tidak menginginkannya seharusnya seseorang bertindak bijak sehubungn dengan sugesti.

Sifat akal yaitu seperti sugesti petama yang membuat suatu pengesanan yang dalam. Maka jika sekali seorang terkesan oleh hal yang salah dan telah membentuk opini yang salah, amat sulitlah mengubahnya. Disamping itu, ada orang-orang yang sudah duduk di atas opini-opini mereka. Mereka tidak memegang opini, opinilah yang memegangnya; dan sekali mereka telah membentuk opini tiada yang dapat mengubahnya, karena merupakan opini mati, persis batu. Dimana batu itu ditempatkan, ia menggeletak, [karena] ia bukanlah ujud hidup yang berjalan dan bergerak.

Umat manusia sangat menderita karena kelemahan ini, yang menetap dalam ras manusia; dan karena terdapat cacat dalam pengetahuan psikologi di dunia, ia menyebar dan menyebar setiap hari. Pada zaman purba umat manusia menderita karena harus bergantung pada opini dari satu orang, tetapi sekarang umat manusia menderita karena harus bergantung selamanya pada opini-opini begitu banyak orang, bekerja secara otomatis sepanjang waktu. Selama tahun-tahun terakhir, berapa banyakkah kepribadian yang  muncul bersinar dihadapan dunia, berapa banyak yang menjadi tenar selama beberapa waktu, dan berapa banyak yang jatuh ke dalam kekecewaan. Alasannya adalah kerumunan pekerja secara otomatis dan tidak mengetahui kenyataan. Apa yang ia ketahui adalah apa yang diceritakan. Jika melalui surat kabar atau dalam cara apapun opini terbentuk, ia menjadi opini masyarakat. Dan sering tidak benar, jarang ia dapat benar. Karena kelebih-baikan kemanusiaan, orang harus diajar dari masa kanak-kanak agar mengerti apakah kerja otomatis akal itu, dan apakah perbedaan yang terdapat diantaranya dan [bagaimanakah cara] kerja akal dengan kehendak.

Dapatkah orang menanggulangi setiap hal dengan sugesti? Dapat dilakukan tapi tidak dapat dikatakan. Ada banyak hal yang sangat besar yang dapat diselesaikan, tetapi jika orang ingin membicarakan tentangnya, sangatlah sulit. Bukan hanya orang-orang lain akan meyakininya, [bahkan] seorang tidak akan mampu mempercayainya [dengan] diri sendiri, jika dia mulai membicarakan tentangnya. Jika mereka dibiarkan tak terkatakan, banyak hal besar yang dapat dilakukan ketimbang yang imajinasi orang dapat susun.

Pengesanan dan Keyakinan

Warna-warni dan bentuk-bentuk secara otomatis mensugesti kepada kita pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan. Warna yang kita pakai dan yang disekeliling kita mempunyai dampak atas kita dan memproduksi suatu atmosfir. Pernah sekali saya pergi ke klab yang baru dibentuk, dan beberapa anggota memberitahu kepada saya, “Sungguh ada beberapa ruh setan di rumah ini, karena sejak kami memiliki klab kami di sini, setiap kali kami mengadakan rapat komite terjadi pertengkaran!” Saya mengarahkan perhatian mereka kepada dinding ruangan tempat mereka mengadakan rapat, yang ditempeli kertas merah. Saya berkata,”Karena kertas warna merah inilah; ia berpengaruh kepada sifat api dari sisi Anda, dan jika ada kecenderungan untuk bertengkar ia mendorong Anda.”

Tradisi kuno orang-orang bijak dan suci serta perenung mengetahui ini, dengan pikiran [seperti ini] dalam akal mereka memilih warna-warna pakaian mereka dan sekitar mereka. Kini gagasan ini diabaikan, dan orang mengambil warna apapun yang marak [pada] suatu musim, tidak mengetahui apa yang disugestikan kepada diri mereka sendiri dan kepada orang lain, dan yang demikian itu mengiringi [lit: bersama] bentuk-bentuk sesuatu. Jika suatu objek dibentuk dengan baik ia mensugestikan ritme dan keselarasan, dan jika serampangan ia mensugestikan kebaikannya. *

Pada zaman kuno terdapat kepercayaan yang menyangkut makhluk-makhluk halus yang baik dan buruk. Salah satunya didasarkan pada prinsip bahwa setiapa warna mensugesti sseorang yang akan melakukan suatu pekerjaan apatah dia akan berhasil atau gagal, kesan yang dia dapatkan dari warna tersebut menetap dengannya sampai melebar hingga ia berpengaruh atas pekerjaannya. Juga ada kepercayaan bahwa jika seorang bertemu [dengan] orang yang jahat ketika menuju ke tempat kerja, [maka] orang tersebut akan sial, bukan hanya [bertemu] dengan orang [jahat], namun apapun yang jahat yang orang lihat pada suatu saat [akan] mempengaruhi ruhnya dengan kejahatan secara alami. Tidak semua orang mengetahui tentang rona wajah. Tetapi setiap orang terpengaruh oleh mereka. Dia menerima kesan dari mereka tanpa mengetahuinya, karena bentuk mereka mensugesti sesuatu yang dia mungkin tak mampu menggambarkan, meski dia mampu merasakannya. Suatu bahasa tanpa kata; ia menyampaikan sesuatu, walau tak selalu mudah bagi orang untuk menterjemahkannya bahkan kepada diri mereka sendiri.

Rasa sakit dan ketidak-nyamanan sering berlanjut dengan daya sugesti. Ketika [lit: segera] seseorang merasa tak nyaman atau sakit, akal mengulang, “ Saya merasa sakit, saya merasa tak nyaman,” dan sugesti ini menambah kepada  rasa sakit tersebut, bagai bensin terhadap api. Sangat sering orang merasa letih sebelum orang tersebut melakukan pekerjaan apapun karena pengalaman keletihan sebelumnya tersugestikan kepadanya. Ada banyak kasus orang yang letih kerena pengesanan dalam akal mereka yangmemberkan sugesti bahwa mereka letih. Sama halnya dengan kelemahan, sekali orang terkesan dengan kelemahannya, kerentanan tubuh, kesan ini terus berlangsung padanya; dia datang sebgai sugesti terdalam. Dan jika seorang kawan baik yang mencoba membantunya dengan mengatakan, “Engakau nampak sangat kusam hari ini,” maka ini hanya memperburuknya.

Terdapat sisi lain yang terpenting terhadap sugesti, dan yaitu pengesanan terhadap suara hatinya seperti, “ Saya tidak adil; [saya] berada di bawah harga diriku,” Tak diragukan bahwa kesan ini dihasilkan dari sisi baik ujud seseorang, tetapi sering ia mengahasilkan sisi buruk. Karena yang terjadi adalah lebih dahulu datang [suatu] gagasan yang berprilaku salah, dan pada saat itu perasaan menjadi [lit: yang] tumpul,  dan orang tersebut mulai memunculkannya dan berpikir bahwa baik-baik saja. Tetapi ketika pengesanan telah berlaku salah, menetap dan berkelanjutan bertindak atasnya, hal ini membuatnya melakukan yang lebih buruk dan lebih buruk. Sehingga seorang yang pernah dipenjara sering berlanjut masuk penjara, berlanjut melakukan kejahatan yang sama, dan ruh kebaikannya telah menjadi tumpul. Sekarang dia terbiasa terhadap kejahatannyadan terhadap hukuman, dengan kata lain ia telah menjadi tuan dari situasi tersebut.

Kita melihat hal yang sama dengan anak-anak, Jika seorang anak yang terkesan dengan sesuatu yang baik telah dilakukannya dan kita menghargainya dan berkata, “Sangat bagus,” atau jika anak itu sendiri berpikir, “Apa yang telah saya lakukan sangat bagus,” hal ini terus bekerja pada anak tersebut, dan dalam cara ini akan terus meningkat dalam setiap hari.

Adalah karena mereka mengenal kekuatan sugesti sehingga orang-orang terdahulu [lit: kuno] memberikan nama anak-anak mereka yang maknanya akan mensugestikan gagasan-gagasan tertentu kepada mereka. Secara alamiah, bila seseorang mendengar namanmya dipanggil oleh orang lain seratus kali sehari, dia mempunyai sesuatu yang mensugestikan kepadanya seratus kali. Mungkin dia tidak menyadari pada saat itu, tetapi kedalaman kesadarannya menerima sugesti tersebut dan dia mengembangkan kualitas tersebut, karen itulah sifat jiwa.

Gagasan ini sangat sedikit diketahui oleh [lit: bagi] dunia, tetapi semakin diketahui, orang-orang semakin mengetahui nilainya. Tiada satupun di dunia ini yang datang memberi sugesti lebih dalam kepada seseorang selain namanya sendiri. Karena dia selalu dipanggil dengan nama itu sepanjang waktu. Dan orang harus berterima kasih kepada orang-orang yang mulai mengerti gagasan ini sehingga mereka dapat menyebarkannya diantara kawan-kawannya. Terdapat sugesti otomatis pada nama. Setiap saat kita mendengar diri kita dipanggil, ini menghasilkan perasaan dari nama itu, bukan hanya dalam kesadaran kita tetapi juga dalam akal orang-orang yang memanggil kita. Secara otomatis suatu perasaan muncul, dan semua ini bekerja untuk keuntungan kita.

Banyak pemberian nama dengan cara dangkal (thoughtlessly), atau memberi nama tanpa makna, dan ini tentu saja tak mempunyai hasil. Jika seorang telah diberi nama yang bermakna, misalnya, sesuatu seperti  menyiksa, hidup orang tersebut mungkin menjadi tersiksa pada akhirnya. Juga, para orang tua yang memberi nama anak tersebut, sebuah nama yang tidak terinspirasikan, kerja otomatis kekuatan-kekuatan kosmik mungkin mensugestikan kepada mereka sebuah nama tertentu, dan nama tersebut akan membangun takdir anak tersebut.

Sudah menjadi kebiasaan bagi ahli mistik besar memberi orang nama-nama yang baik agar menghasilkan hasil yang lebih baik. Kadang-kadang nama yang diberikan oleh orang bijak atau ahli mistik pada saat tertentu [karena ada] perasaan yang dalam, [sehingga] suatu nama muncul dari hatinya, dan mengubah keseluruhan takdir dari orang tersebut sejak nama tersebut diberikan. Yang miskin menjadi kaya, yang bodoh menjadi bijak, yang tidak penting menjadi besar atau tenar. Ini bukan hanya suatu gagasan, tetapi pengalaman yang berulang-ulang. Telah banyak kejadian tatkala seseorang telah menerima sebuah nama sebagai suatu karunia dari orang yang shaleh dan keseluruhan dari hidup mereka berubah. Kita mengetahui sangat sedikit kekuatan nama, tetapi semakin orang mempelajari pertanyaan ini, orang tersebut semakin menyadari bahwa nama orang dapat mempunyai pengaruh yang sangat besar atas kehidupannya.

Tiada yang memberi suatu sugesti yang lebih kuat ketimbang pengesanan dalam kesuksesan atau kegagalan, dari kelemahan atau kekuatan , dari nasib baik atau buruk, dari lara atau senang. Dan sungguh sayang manakala seseorang terkesan sangat dalam oleh kesepelean. Manakala kesan ini berlanjut dimanakah dia akan mengarahkannya? Ia akan mengarahkannya kepada kesepelean penuh, dan biasanya dia akan terpaksa muncul dengan dirinya sendiri. Dalam cara seperti itu segi sikapnya yang seharusnya melawannya menjadi tumpul, dan ini mengahasilkan keputus-asaan.

Ada banyak cara yang berbeda untuk mundur kembali, seperti ketika seorang berkata, “Manakala saya berada ditengah orang-orang, saya menjadi gugup, saya menjadi cemas. Bilamana saya diminta berbicara atau melakukan sesuatu, saya tak mampu melakukannya,” Dia telah melakukan sugesti kepada dirinya sendiri, dia telah memperlemah kekuatan penyelesaian yang sebaliknya apa yang dia mampu telah terselesaikan. Membiarkan diri sendiri [berkata], “Saya tak berkekuatan, saya tak berdaya, saya tak mempunyai pikiran, saya tak berintelegensi,” [hal ini] hanya berarti melawan diri sendiri.

Sering orang yang kecewa dengan dunia berkata, “Hatiku telah mendingin,” tetapi sebenarnya mereka yang mengerti kepada diri sendiri yang menjadikan hati mereka menjadi dingin. Orang lain mungkin berkata, “Saya tak mampu lagi mencinta.” Tetapi kita berasal dari cinta, kita sendirilah cinta itu, kita terbuat dari cinta; bagaimana mungkin kita tak mampu lagi mencinta? Semua sugesti-sugesti ini yang tidak dihasratkan dan tindakan bodoh yang menentang kehidupan kita. Kemudian terdapat orang yang membayangkan bahwa tak ada yang menyukai mereka. Mungkin tak seorangpun yang membenci mereka atau bahkan tak menyukai mereka, tetapi biasanya bilamana suatu pikiran berkembang dalam akal, mereka berkecenderungan untuk membenci atau menyukai.

Kita harus selalu mengingat bahwa manusia tidak dicipta oleh Tuhan seperti kayu yang diukur oleh tukang kayu, karena tukang kayu berbeda dari kayu dan manusia diciptakan dari ‘diri’ Tuhan; maka semua yang ada pada Tuhan [juga] ada pada diri kita. Semua kekuatan dan kualitas yang berbeda yang kita butuhkan dalam kehidupan dapat dicapai jika kita tidak mengabaikan keberadaan mereka dalam diri kita sendiri. Manakala kita mengabaikan bahwa mereka mengada pada kita, maka biasanya kehidupan akan menjauhkan diri kita dari karunia tersebut yang merupakan milik kita. Bagaimana mungkin seorang dapat beruntung jika dia meyakini dan berpikir bahwa segala sesuatu yang dia sentuh menjadi salah? Bagaimana mungkin seorang dapat dicintai jika dia membawa dalam hatinya pikiran bahwa setiap orang yang melihat dia tak menyukainya? Tak seorang pun yang memusuhinya kecuali dirinya sendiri.

Gagasan psikologi ini tidak seharusnya menjauhkan kita dari menggali prinsip-prinsip tatakrama. Jika seseorang tanpa pendidikan berkata, “Saya terpelajar,” bukan bearti bahwa dia akan menjadi terpelajar. Jika tanpa memiliki suara [merdu dan] dia mengaku sebagai [penyanyi] tenar, hal ini tidak akan menjadikan dia sebagai penyanyi tenar. Jika dia tidak mempunyai kualitas-kuallitas tersebut dia seharusnya tidak memprofesikan mereka, meski dia mungkin mengantisipasi mereka dan mengharapkan mereka. Dia tidak seharusnya mengatakan bahwa dia tidak berhak kepada mereka; dia harus mengatakan, “Saya berhak kepada semua yang membuka pintu untuk maju,” Tetapi segera seorang menerima penentangan diri sendiri bahwa dia tidak mempunyai kaualitas, intelegensi, kekuatan, anugerah tersebut dalam dirinya. Dia sendiri yang mengabaikan ruhnya dari dunia tersebut.

Ceritera berikut adalah contoh tatakrama bersama sugesti. Seorang budak yang bernama Ayaz yang begitu dikasihi oleh Sultan sehingga Sultan mengangkatnya [sebagai] bendaharawan. Semua permata dan mutu manikam diberikan kepada tanggung jawabnya. Dan orang-orang disekeliling Sultan merasa marah tentangnya, memikirkan bahwa seorang budak telah diangakat ke tataran mereka dan bahwa dia diberi kepercayaan. Mereka selalu menunjukkan kesalahan pada budak tersebut kepada Sultan. Suatu hari seorng kurir berkata. “Setiap hari Ayaz pergi ke gedung harta, meski ia tak perlu, dan kadang-kadang dia berdiam di sana berjam-jam. Dia tentu mencuri permata berharga dari penyimpanan harta.”

Setiap hari Sultan mendengar berbagai hal yang memojokkan Ayaz dan akhirnya dia berkata, “Jika benar-benar demikian, saya akan pergi dan melihatnya dengan mata kepalaku sendiri.” Dia [lalu] pergi dan membuat lubang di dinding sehingga dia dapat melihat dan mendengar apa yang budaknya lakukan di sana. Sultan berdiri di luar, melihat ke dalam ruangan, tatkala Ayaz masuk dan menutup pintu. Petama dia membuka peti yang di dalamnya permata-permata berharga Sultan tersimpan; dan dari peti yang sama dia mengambil sesuatu yang disimpannya di sana. Dia mencium dan menekannya kepada matanya, lalu dia membuka bungkusan tersebut. Dan apakah itu? Pakaian yang sama yang ia pakai tatkala dia dijual sebagai budak. Dia melepas pakaian toganya dan memakai pakaian tersebut, dan dia berdiri di depan cermin serta berkata, “Ayaz ingatkah Anda hari ini siapakah Anda sebelumnya. Bukan apa-apa, seorang budak dibawa ke hadapan Raja untuk dijual. Raja menghargai sesuatu dalam dirimu. Mungkin Anda tidak berhak [menerima]nya, tetapi cobalah sekuat tenaga menjadi setia kepada Raja yang telah membuatmu siapakah Anda sekarang. Jangan pernah lupa hari itu tatakala Anda memakai pakaian ini, bahwa jangalah mengangakat kepalamu dalam kebanggaan di atas orang-orang yang bekerja di bawahmu; dan jangan pernah membiarkan rasa terima kasihmu meninggalkanmu, karena kemakmuran selalu memabukkan. Tetapkanlah kesadaranmu dan mensyukuri Tuhan. Berdoalah kepada Tuhan agar menganugerahi Sultan umur yang panjang, dan berteima kasihlah atas semua yang diberikan kepadamu.”

Kemudian dia melepas pakaiannya, memasukkan kembali ke dalam peti, menutup pintu, dan keluar. Sultan mendekatinya dengan tangan terbuka dan berkata, “ Ayaz, Andalah bendahara permata-permataku, tetapi sekarang Andalah bendahara hatiku. Anda telah mengajariku sesuatu pelajaran tentang bagaimana aku berdiri di hadapan Rajaku, [yang] dihadapan-Nya saya bukanlah apa-apa.

Ini mesti menjadi sikap. Dia tidak memberi dirinya suatu sugesti laranya sebagai seorang budak. Tetapi dari kenyatan bahwa dia harus membuktikan penghargaannya. Manakala kita menjadi sadar tentang ketak-berhargaan kita, tentang keterbatasan kita, ia tentu saja menolong kita; walau ia benar-benar hanya menolong kita jika kita berharap menjadi lebih baik, dia menetap di tempat dia berada; tetapi jika dia memasukkan kepada dirinya sendiri, “Ya, hari ini saya lemah, tetapi besok saya akan lebih baik,” itulah sikap yang benar. Jangan pernah kita membiarkan ruh kekuatan tersebut yang dalam diri kita menjadi tumpul oleh perasaan tak mampu, karena esensi hidup adalah harapan, dan tatkala kita berharap agar lebih baik, kita akan lebih baik; tidak mungkin sebaliknya. Keputus-asaan lebih buruk dari pada kematian. Lebih baik mati ketimbang kehilangan harapan.

Kita mampu melakukan apapun jika kita memilih membuat upaya. Kita sering tidak memilih melakukan kesulitan. Dan mengapa tidak? Karena kita tidak percaya : apa yang umumnya kurang pada diri manusia adalah keyakinan. Inilah hal lain yang menarik: Anggaplah ada sepuluh orang yang duduk dalam meditasi dan Yang Maha Mengatahui menganugerahkan mereka pengabulan, untuk meminta sebanyak apapun harta yang mereka inginkan. Akankah kesepuluh orang tersebut akan meminta jumlah yang sama? Tidak, karena tidak akan ada dua orang yang akan setuju sehubungan dengan seberapa banyak yang bisa diperoleh. Seorang akan meminta seratus, yang lain seribu, yang ketiga akan meminta semilyar, dan yang keempat tidak meminta karena dia tidak meyakini bahwa apapun dapat diperoleh.

Meskipun sungai mengalir dengan air jernih, orang yang berbeda yang pergi kepadanya tidak akan mampu mengambil jumlah air yang sama. Orang yang mempunyai gelas akan mengambil segelas, yang lain yang memunyai kendi akan mengambil sekendi, yang ketiga yang mempunyai kantong karet akan mengisi [sejumlah] itu, dan orang yang membawa tangki akan mengisi sepenuh tangki. Dan begitupun kita semua dalam hidup kita: apa yang kita peroleh adalah apa yang kita yakini memungkinkan untuk memperoleh[nya]. Apa yakin kita yang tidak membolehkan kita untuk mencapai[nya] kita tidak mencapai[nya]; kita tidak dapat mencapainya, karena kita hidup di dunia keterbatasan dan kita tidak dapat meyakini di luar apa yang kita lihat. Apa yang menetapkan kita dari mempercayai adalah bahwa kita terkesan oleh keterbatasan di sekeliling kita, dan kita tidak akan pernah berpikir tentang atau yakin pada apapun yang berbeda dari apa yang kita lihat.

Bagaimanakah seseorang dapat memperoleh keyakinan? Inilah pertanyaan tersulit yang siapapun dapat menanyakan[nya], karena tak dapat dipelajari, tak dapat dipikirkan; merupakan anugerah Tuhan . Secara esensial keyakinan sama dengan keimanan, tetapi hanyalah tatkala keyakinan menjadi keyakinan tetap (aconviction) ia berubah menjadi keimanan. Saya teringat mursyidku (pembimbing ruhani) memberikan saya, dalam memberkati saya, permohonan ini, “Semoga imanmu bertambah kuat.” Sebagai orang muda, saya pikir, “Hanya itukah yang dia katakan kepadaku, bukan, ‘Semoga Anda terilhami,’ atau ‘Tercerahkan,’ atau ‘Termakmurkan,’ atau sesuatu yang lain?” Tetapi jika saya memikirkannya sekarang, saya mengetahui bahwa dalam pemberkatn tersebut meliputi segalanya. Manakala keyakinan diperkuat, maka terdapatlah segala hal. apa yang kurang dalam kehidupan kebanyakan berkaitan kepada keyakinan. Tetapi lagi, ini adalah bekan sesuatu yang orang dapat pelajari atau ajarkan atau yang seorang dapat berikan kepada siapa saja; ia datang dari kepengasihan Tuhan.

Untuk menyatakan suatu keyakinan adalah satu hal, dan benar-benar meyakini adalah hal yang lain. Banyak yang berkata bahwa mereka meyakini, tetapi sedikit yang benar-benar meyakini. Ya, ada suatu saat tatkala orang berada dalam mantra keyakinan, tetapi kemudian datang saat-saat yang lain tatkala dia berada di bawah mantara ketidak-yakinan. Jika kondisi sirna dan datanglah aliran keyakinan yang kokoh, maka, ketika sungai mencapai laut, jiwa tersebut mencapai penyempurnaan.




Kata dan Suara

Adalah dalam ketergantungan dengan setiap perasaan yang dibuat pada kita sehingga hidup kita berjalan [lit: bekerja], dan pengesanan terbesar dibuat melalui kata.  Injil berkata, “Pada saat awal adalah kata…dan kata tersebut adalah Tuhan,” ini membertahu kita kekuatan kreatif dari kata. Kata sama kreatifnya dengan Tuhan sendiri. Di Timur, pada keluarga-keluarga yang baik, anak-anak diajar ketika masih kecil untuk menghindari kata-kata yang mingkin kengakibatkan kesialan, seperti, ungkapan yang anak-anak yang lelaki gunakan, Saya akan membunuhmu,” “Saya akan menembakmu,”; atau seperti yang dipergunakan [oleh] anak-anak perempuan, “Andai saya mati,” “Andai semuanya hancur.” Anak-anak diajar untuk tidak pernah menggunakan kata-kata dengan makna perusakan, karena sejauh kita ketahui pada saat tertentu semesta mungkin berhubungan dengan kata-kata manusia, dan kata yang diucapkan mungkin terjadi. Jika dia telah mengatakan sesuatu dia tidak ingin terjadi, akan lebih baik tidak pernah mengatakannya. Orang tidak berpikir tentang ini. Mereka mengatakan hal-hal sebagai canda yang mungkin megakibatkan kesulitan yang serius dalam hidup mereka, atau dalam hidup kawan-kawannya, tidak menyadari betapa besar kekuatan kata-kata dalam hidup kita. Maka itulah guru besar telah membuat ilmu tentang kata-kata, sehingga dengan pengulangan kata-kata tertentu hasil yang pasti dapat dihasilkan dalam karakter seseorang, dalam keadaannya. Seorang bahkan sapat menolong orang lain dengan menggunakan kata tertentu.

Karakter manusia dapat diubah secara menyeluruh dengan pengulangan kata-kata tertentu: hasil yang terbawa melalui pengulangan mereka adalah mengagumkan. Maka sugesti sering terbukti menjadi rahasia keajaiban, inilah suatu bidang yang masih tetap tak terungkap oleh ilmu, dan semakin manusia mengetahuinya—barangkali lima abad yang lampau dari sekarang—dia akan semakin meyakini bahwa dibalik segesti tersembunyi ruh Tuhan, rahasia dari segala ciptaan.

Nada suatu kata terucap, musik suatu frase, sering mensugestikan suatu makna yang sangat berbeda dari yang kata-kata dan frase benar-benar maksudkan. Kata setjana seperti ya atau tidak menyampaikan makna-makna berbeda dengan nada uang berbeda; musik suatu frase mungkin menyampaikan baik pikiran yang ikhlas ataupun suatu sarkasme. Tidak setiap orang dapat menerangkan dengan sangat baik apakah nada itu yang membuat maksud berbeda, atau musik apakah yang sebenarnya yang mengubah rasa dari suatu frase; tetapi secara otomatis seseorang mungkin mengatakan kata yang biasa atau suatu frase dalam nada yang biasanya orang gunakan untuk mengungkapkan perasaan yang dalam. Manakala ini terjadi banyak alasan bahwa bukanlah kesalahan mereka jika telah salah faham, dan sehingga mereka tidak bisa disalahkan karena telah mengatakan sedikit kata-kata sederhana—dan sesungguhnya, jika kata yang sama telah dikatakan dalam nada yang lain mereka akan menjadi sederhana.

Bilamana kita menuju lebih dalam pada subjek ini, kita mendapati bahwa setiap vokal mensugestikan suatu perasaan tertentu, dan maka itulah nama-nama dan kata-kata memiliki dampak tertentu atas pembicara dan pendengar tentang maksud mereka. Misalnya, sangata menarik menarik meraup dari bunyi kata mengapa kembang sudah seharusnya disebut kembang dak mengapa batu sudak seharusnya disebut batu. Kita merasakan dari bunyi kata bahwa ia keras, jpadat; dan kita merasakan dari kata kembang bahwa ia lemhjt dan indah. Orang-orang yang berbicara tanpa pengtahuan nada dan musik, orang-orang yang tidak memiliki intuisi tentang bagaimana mengungkap pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan mereka dalam nada yang tepat. Kita sering mendengar orang brkata, “Saya sudah memberitahunya dan lagi memberitahunya, tetapi dia tidak mau mendengar ,” Tetapi ini mungkin karena mereka tak-acuh tentang nada dan musik pembicaraan. Ada alasan psikologis mengapa dia tak mau mendengarkan: barangkali nada tersebut tidak pas, atau musik tersebut mengkin belum betul.

Suara mempunyai misteri besar. Suara individual mensugestikan sesuatu, bukan hanya dari pikiran, perasaan, dan tindakan, tetapi dari tingkat evolusinya, dari masa lalu, kini dan mendatangnya, jika sepuluh orang mengatakan sesuatu yang sama, kita akan menemukan tiap dari mereka mensugestikan rasa yang berbeda, suatu rasa yang melangkah lebih jauh dibanding kata-kata itu sendiri. Sementara kata menjangkau sejauh pendengaran, perasaan menjangkau ke depan di dalam hati. Suaralah yang membawa rasa (sense), perasaan, dan ia mengungkap sangat banyak bahwa semakin orang mempelajarinya semakin orang menemukan bahwa suara memiliki signifikansi yang sangat besar. Ketika seorang berkata, “Saya berbicara, tetapi tak seorangpun yang mendengarkanku,” dia tak biasanya mengetahui bahwa karena suaranyalah dia tidak didengarkan. Bukan karena yang dikatakannya, tetapi apa yang suaranya sampaikan. Tidak semua orang akan memperhatikannya, tetapi setiap orang akan merasakannya secara otomatis. Bajik, bijak, tolol, lemah, atau, kepribadian kokoh semua akan menunjukkan karakter mereka dalam suara mereka. Tidaklah berlebihan mengatakan bahwa kadang-kadang suara seseorang mengungkap maksud yang sangat berbeda dari yang dia katakan dalan kata-kata.

Manakala kita menelusuri rahasia bahasa dalam sejarah, kita menemukan bahwa banyak bahasa yang diperkenalkan kepada kita hari ini berasal dari hanya sangat sedikit bahasa-bahasa kuno. Tetapi jika kita melangkah lebih jauh ketimbang sejarah membawa kita, kita akan menemukan bahwa semua bahasa berasal dari satu bahasa, suatu bahasa yang ras manusia mengetahuinya sejak dalam buaiannya, suatu bahasa yang manusia pelajari melalui intuisi. Nama-nama yang dia berikan kepada setiap hal bersal dari apa yang tiap benda sugestikan; dia menyebut benda-bensa berdasarkan kepada yang dia secara intuitif merasakan saat melihat dan merasakan mereka. Itulah mengapa semakin dekat kita menggapai bahasa-bahasa kuno, kita semakin menemukan rahasia sugesti psikologisnya. Karena setiap kata dari bahasa-bahasa kuno mempunyai nilai psikologis dan mensugestikan pemahamannya dalam suatu cara yang mendalam bahwa sebagaimana jika kata tersebut telah datang sebagai suatu reaksi terhadap apa yang hal aktual tersebut telah sugestikan. Akal-akal kita, dirusak oleh bahasa-bahasa baru yang dirinya sendiri telah dirusak oleh percampuran, tak dapat menggubah atau menghargai sepenuhnya bahwa perasaan yang orang temukan dalam bahasa kuno, dan yang padanya mensugestikan bukan hanya makna dari kata tersebut, tetapi pula sifat dan karakter serta misteri dari apa yang teridentifikasi dengannya.

Pada prinsip inilah sehingga mantra yoga ditemukan. Kata-kata yang memancar dari intuisi para yogi dan pemikir, kata-kata yang menyampaikan maksud dalam cara sangat mendalam, suatu kata-kata yang dikumpulkan untuk digunakan para pakar, orang yang mengulang-ulang mereka dan dimanfaatkan melalui pengulangan ini. Mantra yoga berarti ilmu tentang kata-kata, kata-kata yang sakral dan sangat membantu dalam evolusi ruhani seseorang. Para yogi telah bekerja pada prinsip ini selama ribuan tahun, dan telah menyingkap mesteri besar dalam kata-kata. Para sufi sepanjang masa telah mengikuti prinsip pembuatan kata-kata ini yang mensugestikan pemahaman tertentu, suatu pemahaman yang orang berharap membawa keluar dan membuat realita dalam kehidupannya sendiri. Tak diragukan lagi perlu mengetahui makna-makna kata-kata sakral yang orang ulang-ulang; ini memberikan pengaruh lebih besar ketimbang konsentrasi hening, tersedia di sana kekuatan konsentrasi dan perasaan ikhlas dibalik kata tersebut.

Sugesti kata-kata sakral pertama-tama mengesankan ruh seseorang, membantu menyeimbangkan kualitas, kebaikan, penghargaan, kekuatan inspirasi-inspirasi yang kata-kata tersebut sugestikan. Dan mekanisme ujud lebih dalam sedemikian hingga setiap kata yang orang ulang-ulang berkali-kali menjadi lebih hidup setiap kali [diulang], dan kemudian mekanisme ini berlanjut pada pengulangan kata yang sama secara otomatis. Sehingga jika seorang telah mengulang kata sakral selama lima belas menit, sepanjang siang dan malam kata ini berlanjut [terulang], karena ruh mengulangnya secara otomatis.

Pengaruh lain pengulangan ini yaitu, kata terpantulkan pada ruh semesta, dan mekanisme semesta kemudian memulai mengulangnya secara otomatis. Dengan kata lain, apa yang diulang manusia, Tuhan lalu memulai mengulang, hingga termaterialisasi dan telah menjadi suatu realita pada semua tatanan keberadaan.

Terdapat pula kata-kata berbahaya. Sebenarnya sungguh banyak terdapat kata-kata berbahaya yang orang tak dapat mengingatkan orang lain melawan mereka. Agar dapat menghindari pengaruh kata-kata buruk. Terdapat kebiasaan yang sangat menyenangkan di India diantara orang-orang tertentu. Alih-alih mengatakan, “Bilamana Anda sakit saya akan menjengukmu,” mereka akan mengatakan, “Tatakala musuh-musuhmu sedang sakit saya akan menjengukmu.”

Para ahli mistik sepanjang masa telah menyertakan kepentingan besar kepada misteri kata, dan setiap pakar yang telah terbetahkan jalan mantra yoga selalu sampai di issue yang dihasratkan. Tidak diragukan lagi kebetahan, kesabaran, dan keimanan dibutuhkan dalam penyelesaian kegiatan mistik melalui pengulangan.

Pergerakan

Setiap pergerakan mempunyai signifikansi lebih besar ketimbang [yang] seseorang dapat bayangkan. Orang-orang terdahulu, mengenal fakta ini, mengetahui psikologi pergerakan, dan sungguh sangat disayangkan bahwa ilmu tentang pergerakan dan tentang pengaruh psikologinya nampaknya sangat sedikit diketahui saat ini. Pergerakan adalah kehidupan, ketiadannya bak kematian. Semua yang memberi pembuktian kehidupan dalam bentuk apapun adalah pergerakan; semua yang menunjukkan rambu kematian dalam bentuk apapun adalah [karena] ketiadaan pergerakan.

Pergerakan dapat dipahami dari titik yang berbeda, dan terdapat berbagai macam pergerakan. Ada pergerakan seketika [yang] alami, yang lebih sering nampak dengan memperhatikan pergerakan anak-anak tanpa dosa yang belum dipelajari mereka dari manapun, orang yang belum terpengaruh oleh orang yang setelah melihat orang [lain] membuat pergerakan, dan hanya membuat mereka secara alamiah, mengungkapkan perasaan-perasaan yang kata-kata tak pernah ungkapkan. Ketika perasaan kekaguman, ketakutan, kenikmatan, kesemarakan, kasih sayang, atau penghargaan diungkap secara alami, mereka menyingkap lebih banyak dari pada yang selamanya kata-kata dapat katakan.

Kemudian ada pergerakan yang dapat digolongkan sebagai suatu bahasa dari orang-orang yang berasal dari suatu komunitas, keluarga tertentu, negara tertentu. Hanya pera anggota komunitas tertentu tersebut yang mengetahui bahasa tersebut: yang lain sangat lalai tentangnya. Pergerakan-pergerakan ini yang telah menjadi ungkapan-ungkapan bahasa yang tidak dimengerti oleh rakyat negeri lain, tetapi mereka bukan pergerakan-pergerakan alamidan seketika yang disebutkan diatas yang seperti suatu bahasa bagi keseluruhan. Misalnya cara ketimuran memanggil seseorang adalah dengan semua jemari; itu mensugestikan, ”Saya memanggilmu dengan seluruh hatiku,” dan jika seseorang memanggil orang lain hanya [dengan] satu jari dianggap tidaklah sopan. Di Italia dan negara-negara Mediteranian lain terdapat cara yang sama untuk [lit: tentang] memberi isyarat kepada orang lain. Di semua negar-negara Timur pergerakan-pergerakan tersebut mungkin berbeda, mungkin ada juga beberapa pergerakan yang seperti terdapat di Eropa Selatan; terdapat alasan-alasan psikologi mengapa pergerakan-pergerakan ini bisa serupa.

Ada perubahan-perubahan besar dibuat melalui sugesti-sugesti, bahwa tindakan-tindakan kita dan pergerakan-pergerakan seseorang dibuat bagi diri sendiri dan bagi orang lain. Ada beberapa tindakan-tindakan dan pergerakan-pergerakan yang bertindak apatah menyenangakan bagi kita atau bagi orang lain.

Salutasi yang orang-orang Hindu buat antara satu dan yang lain berarti bahwa kita merajut kesatuan. Mempertemukan kedua telapak tangan bermakna kesatuan; mengangkat mereka ke atas bermakna evolusi. Salutasi yang orang-orang muslim buat, mengangkat tangan kedepan, mensugesti berdiri, dalam aspek apapun yang memungkinkan. Dan apatah orang mengerti maksudnya atau tidak serta membuat salutasi tersebut dengan pikiran atau tidak, dia mempercayai pengaruhnya sama saja baik lebih besar atau lebih kecil. Sudah banyak kerajaan-kerajaan dan raja-raja telah dijatuhkan dari kebesaran keagungan mereka melalui salutasi; yang diperkenalkan di istana mereka melalui lingkungan kedengkian mereka. Salutasi-salutasi tersebut adalah merendahkan tangan dari atas.

Kebiasaan seperti menyilangkan kaki sementara tidur mensugestikan suatu aral; suatu aral yang menghadang perjalanan kehidupan, yang berarti merintang terhadap semua kemajuan. Orang menggemertakkan gigi di malam hari, yang biasanya mensugestikan keruntuhan, dan ia berpengaruh dalam cara peruntuhan kehidupan. Orang-orang mempunyai kebiasaan menepuk-nepukkan tangan pada kepala mereka, yang secara praktis mensugestikan pencegahan setiap macam kebangkitan. Mereka mempunyai kebiasaan melipat tangan mereka yang dengan jelas mensugestikan penyerahan [diri]. Ketika kemaharajaan Mongol dari Delhi pergi melihat seorang darwisy di hutan, dia dan menterinya melihat darwisy tersebut sedang duduk dengan tangan terlipat dan kakinya merenggang keluar. Darwisy tersebut melihat mereka datang dan duduk didekatnya, tetapi dia tidak mengubah posisi. Menteri tersebut, bertanya-tanya akan hal itu, membuat penekanan sarkastik, “Berapa lamakah, wahai darwisy, telah Anda renggangkan keluar kaki Anda?” Dia menjawab, “Hanya sejak tanganku telah terlipat.” Melebarkan tangan keluar berarti rakus atau ingin, dan pelipatan meniadakannya.

Kadang-kadang seseorang menghalangi jalan di depan kita tatkala kita berjalan. Khususnya manakala kita memulai pekerjaan esensial tertentu, ini mensugestikan rintangan. Kadang-kadang pulpen terjatuh dari tangan kita tatkala kita memulai menulis. Itu berarti bahwa apa yang akan kita tulis tidak akan berpengaruh. Gelas mungkin pecah sebelum kita meminum anggur, berarti kehidupan belum mengizinkan kebahagiaan yang kita inginkan. Jika seikat kembang dibawa kepada kita ketika kita memulai suatu perjalanan, akan mensugestikan setiap macam kesuksesan. Ini menunjukkan bahwa setiap pergerakan di sekeliling kita mensugestikan kepada kita suatu hal dan berpengaruh pada kehidupan kita.

Orang-orang dahulu di Timur, di Mesir dan di India, mempunyai tarian mistik. Setiap tarian mempunyai ceritera lengkap, dan setiap ceritera memiliki pengaruh atas orang yang melihatnya. Dikatakan bahwa tarian Mahadeva menguasai lelangit; tarian Krishna membuat dia berjaya [atas] Kounsa, sang monster. Begitupun di antara para sufi tarian para darwisy memiliki makna tersendiri [lit : mereka]. Orang-orang pengabai pengaruh psikologi adalah selalu terhancurkan jika mereka mempermainkan keajaiban pergerakan. Vajad Ali Syah, maharaja (paradish) dari Lucknow, dan raja Burma merupakan korban-korban dari pelecehan keindahan pergerakan-pergerakan. Tukang sulap melakukan semua pekerjaan mereka dengan objek-objek yang mensugesti, bersama dengan pergerakan-pergerakan.

Ada juga pergerakan-pergerakan individual, pergerakan-pergerakan yang individual buat, menunjukkan dengan hal tersebut kedudukan khusus dari kondisi kesehatan dan mentalnya; sehingga seseorang dapat membaca kondisi orang lain melalui pergerakan yang dia buat. Dan jika seseorang memiliki wawasan ke dalam pergerakan-pergerakan, orang tersebut dapat mencerap melalui pergerakan orang lain apatah mata dan telinga berfungsi dengan baik ataukah dia mempunyai sesuatu yang salah dengan bagian manapun dari rasanya. Pergerakan-pergerakan juga menunjukkan karakteristik dari seseorang, sikapnya, titik pandangnya, cara pandang pada kehidupannya. Kehalusan atau kekasaran karakter seseorang seperti kebanggaan dan penghinaan [yang] dapat pula disingkap dari pergerakan-pergerakan alamiah dari orang tersebut.

Apakah benar membuat pergerakan-pergerakan? Semua benar, pergerakan–pergerakan atau tanpa pergerakan-pergerakan, karena setiap hal memiliki kegunaan-kegunaannya, setiap hal memiliki maknanya. Adalah benar menggunakan semua hal yang benar, adalah salah menggunakan setiap hal yang salah. Tidak diragukan [bahwa] terdapat pula makna dalam pengendalian pergerakan-pergerakan. Jika seseorang dibolehkan terus berjalan dengan pergerakan-pergerakannya, kita tidak mengetahui dimanakah ia akan berakhir, tetapi pada saat yang sama melalui penekan-ulangan pergerakan-pergerakan seseorang dapat berubah menjadi sebuah batu; dan begitupun terdapat banyak orang yang dengan keindahan perasaan dan pikiran-pikiran lembut, berubah menjadi batu karena mereka berlebihan dalam mengendalikan pergerakan-pergerakan mereka. Setiap hari suatu kekakuan [yang] lebih besar mendatangi mereka, dan hal ini bekerja berlawanan dengan karakter asal mereka. Mungkin mereka tidak menjadi kaku secara alami, tetapi mereka menjadi kaku karena mereka berpikir berlebihan untuk mengendalikan pergerakan-pergerakan mereka, bahkan terhadap perluasan pengubahan menjadi batu. Orang melihat hal ini terjadi berkali-kali. Dengan penekan-ulangan suatu pergerakan seseorang mungkin telah mengubur suatu pikiran atau perasaan [yang] hanya seperti bahwa melalui pergerakan-pergerakan seharusnya dilempar keluar, alih-alih menetap dalam dirinya; lebih baik hal itu dilenyapkan tinimbang dikubur dalam hati. Tak diragukan ada cara lain untuk melihatnya, dan yaitu dari titik pandang kendali-diri; tetapi ini milik asketisme, yang terdapat subjek lain bersamanya.

Kemudian terdapat pergerakan-pergerakan lebih diperhalus yang termasuk dalam seni. Seni ini seni pergerakan-pergerakan ini dapat dibagi ke dalam tiga belas. Yang pertama memiliki kasih dan kehalusan pergerakan-pergerakan ditetapkan dengan keahlian dan kelembutuan, keselarasan yang mereka ungkapkan, dan musik yang mereka miliki dari diri mereka. Berikutnya adalah pergerakan-pergerakan yang menyampaikan maksud dari apa yang orang katakan sepenuhnya. Bilamana seni berbicara dan seni bernyanyi dipisahkan dari seni pergerakan, ini tentulah membawa serta sesuatu yang amat indah dan cantik, karena pembicaraan, pendawaman, dan penyanyian berangkat bersama pergerakan-pergerakan. Dan kelas ketiga pergerakan-pergerakan atau menterjemahkan musik dalam bentuk pergerakan-pergerakan.

Tetapi aspek yang paling esensial dari pergerakan adalah bahwa pergerakan bukan hanya mensugestikan makna yang dimaksudkan, tetapi itu, berdasarkan pada sifat dan karakter. Dapat membuat suatu pengesanan pada orang yang melihatnya atau pada orang yang membuatnya, suatu pengaruh yang dapat secara otomatis bekerja membentuk suatu takdir dalam kehidupannya. Pada zaman dahulu setiap pergerakan-pergerakan yang pendeta buat selama pelayanan atau upacara mempunyai signifikansi psikologis, dan berdasarkannya membuat pengesanan pada orang-orang yang menghadiri pelayanan tersebut. Bukan hanya kita benar-benar menyertakan suatu makna pada pergerakan, tetapi sangat sering suatu makna memiliki maknanya tersendiri, dan makna tersebut memiliki pengaruh. Orang dapat membahayakan diri sendiri atau orang lain, tanpa mengetahui signifikansi pergerakan yang dia buat.

Bagaimanakah kita mengetahui pergerakan manakah yang berpengaruh baik dan merusak? Semua yang kita ingin ketahui, kita dapat mengetahui dan akan mengetahui mereka; sering kita tidak dapat mengetahui berbagai hal karena kita tidak peduli untuk mengetahui mereka. Bidang pengetahuan begitu luas dan meski begitu dekat yang sekali kita tertarik pada suatu subjek bukan hanya kita yang menuiju kepadanya, tetapi subjek itu yang datang kepada kita. Untuk memulai menyingkap signifikansi pergerakan, karakter mereka, sifat mereka, misteri mereka, kita hanya harus menyaksikan. Pemahaman kita tentang proporsi yang benar, pemahaman kita tentang keindahan dan keselarasan, akan mulai menunjukkan [kepada] kita apa yang mesugesti perusakan dan apa yang mesugesti keselarasan, simpati, cinta, keindahan atau kehalausan. Kita hanya harus memberikan perhatian kepadanya dan akan datanglah semua. Tetapi untuk menggambarkan yang mana pergerakan konstruktif dan yang mana destruktif akan mengambil tempat yang banyak. Barangkali sama sulitnya dan sama lembutnya seperti membuat yang mana kata destruktif dan yang kontruktif, dan apa yang menyembunyikan signifikansi psikologis yang setiap kata miliki disamping makna biasanya.

Lebih lanjut, kehidupan kita seperti sekarang, begitu sibuk dan begitu dikuasai [oleh] hal-hal materi, memberikan kita kesempatan kecil untuk melihat ke dalam signifikansi hidup yang lebih dalam. Membiarkan akal kita dikuasai di sepanjang hari, sehinggga kita telah menjadi pengabai tentang sesuatu dibalik tirai kehidupan itu sendiri yang padanya kita hidup, tentang pergerakan disekeliling kita, dan tentang pergerakan yang kita buat. Merupakan kepayangan, dan menetapkan kita mengambang pada permukaan, pengabai ke dalaman kehidupan, karena kita tidak memiliki waktu memikirakan hal-hal ini. Bagaimanapun, hal-hal ini memiliki makna mereka, signifikansi mereka, dan pengaruh mereka sama belaka, apatah kita mengetahui mereka atau tidak.

Keberkatan yang diberikan oleh orang bijak, harapan-harapan dan doa-doa baik para guru, selalu dekat dengan pergerakan. Pergerakan yang membuat doa-doa hidup, mereka meyakinkan bahwa keberkatan dianugerahkan. Tak diragukan jika pergerakan tanpa pikiran hening dan perasaan dalam adalah sangat kurang tinimbang pikiran dan perasaan; hampir tidak ada. Tetapi manakala pergerakan dibuat dengan pikiran yang hidup dan ikhlas serta dengan perasaan yang dalam, akan membuat pikiran dan persaan seribu kali lebih efektif.

Sugesti dalam Praktik

Sugesti praktis mempunyai empat aspek. Yang pertama adalah sugesti yang dibuat kepada diri sendiri, yang disebut sugesti mandiri; yang kedua adalah sugesti yang dibuat kepada orang lain; yang ketiga adalah yang dibuat untuk ciptaan yang lebih rendah; dan yang keempat, yang sedikit diketahui oleh  dunia keilmuan dan yang selalu sudah dimengerti oleh para ahli mistik, yaitu sugesti yang dibuat kepada objek-objek.

Sugesti mandiri adalah sesuatu yang dibuat untuk membantu diri sendiri untuk terdorong atau melempem, menjadi sehat atau sakit, menurun atau menaik, bahagia atau tak bahagia. Ada dua macam sugesti mandiri: suatu jenis yang orang secara intensional, dengan sadar membuat kepada diri sendiri dan yang atasnya keseluruhan pelatihan mistik didasarkan, dan sugesti yang dibuat kepada diri sendiri secara otomatis. Tidak mengetahui sifat-sifatnya begitu pun hasil-hasilnya.Jenis terakhir dari sugesti dibuat oleh setiap orang kepada dirinya sendiri tanpa mengetahui apatah untuk keutungannya atau kerugiannya; dengannya banyak yang menurun dan sangat sedikit yang menaik. Terdapat banyak [orang] yang tanpa mengetahuinya menjadi jatuh cinta dengan ketak-beruntungan. Mereka akan meneriakkan, “Saya membencinya, saya tidak menginginkannya, saya tidak ingin sakit, saya tidak ingin menjadi tak beruntung,” meski pada saat yang sama tanpa sadar mereka secara berkesinambungan mensugestikan yang berlawanan dengan diri mereka sendiri dengan berpikir, “Saya sangat sakit, saya sungguh tak beruntung, saya begitu bodoh, saya amat lemah.”

Terdapat juga dua macam sugesti yang orang buat untuk orang lain. Salah satu sugesti yaitu yang orang buat untuk menolong orang lain agar sembuh dari semua penyakit atau membantunya meningkatkan kehidupannya atau kerakternya. Dan yang lain adalah yang orang buat dari kebodohan atau keluar dari pengabaian pengaruhnya. Misalnya, seseorang mengatakan dalam canda kepada seoorang kawan. “Saya akan menembakmu hari ini.” Suatu kelakar, tetapi dia tidak mengetahui apa pengaruh kelakar tersebut yang dapat terjadi atas kawannya. Orang begitu mudah berkata dengan cara berkelakar, “Anda akan menjadi bangkrut jika Anda terus berbelanja seperti ini,” atau, “Apakah Anda hendak mati?” “Anda akan benar-benar akan mengalami kecelakaan.” Orang bisa saja mengatakannya, tanpa menyadari pengaruh apakah yang dapat terjadi, lebih cepat atau lebih lambat, atas orang lain. Kadang-kadang untuk menunjukkan persahabatan seseorang berkata, “Tetapi betapa lemah Anda nampaknya! Anda benar-benar lesu. Anda tidak dapat merasa sehat!” Sugesti-sugesti ini sering membuat orang lain menjadi sakit.

Kemudian ada sugesti yang orang buat untuk ciptaan yang lebih rendah. Semua hewan peliharaan sepeti anjing, kucing dan kuda menerima sugesti dan siap bertindak atasnya. Ini menunjukkan bahwa tidaklah benar, seperti banyak orang yang berkata, bahwa ciptaan yang lebih rendah tak berakal. Bukan hanya mereka mempunyai akal tetapi mereka juga mempunyai hati, dan sangat sering lebih jelas dan lebih hidup ketimbang yang disebut manusia.

Dan jenis keempat dari sugesti adalah sugesti yang orang buat kepada suatu objek. Dalam zaman materialisme ini tidak dimengerti oleh kebanyakan orang, tetapi dari sudut pandang mistik sering seefektif dan seluar-biasa dengan sugesti-sugesti lain yang telah saya sebutkan. Pada zaman dahulu sering seorang pahlawan, sebelum pergi berperang biasanya membawa pedang di tangan dan mengucapkan kata-kata persahabatan kepadanya. Dan akan mengatakan, “Saya telah membawamu di tanganku sehingga Anda akan menjadi pendukungku, pelindungku, dan sahabatku di medan perang. Semuanya saya tinggalkan di rumah, tetapi Anda saya bawa bersama denganku, sahabatku, pedang tercintaku.”

Seorang musisi di India, sebelum menaikkan vinanya, biasanya menyalami alat musiknya, berkata, “Andalah hidupku, Andalah inspirasiku, Andalah makna-makna penampakan jiwaku; kusalami Anda dengan penuh kerendahan hati. Anda akan disisiku bilamana saya bermain.” Tak sorang pun akan mengetahui pengaruhnya kecuali orang yang telah mengucapkan kata-kata ini; dia mengetahui kehidupan apa yang telah dia simpan ke dalam objek tersebut. Alat [musik] tersebut yang sebelumnya merupakan objek, [kini] telah berubah menjadi ujud yang hidup.

Semua cara-cara seperti praktik-praktik melantunkan nama-nama sakral dan mengulang-ulang nyanyian ruhani di sebuah rumah baru adalah sugesti dan berpengaruh meski [hanya kepada] objek-objek. Bagaimanapun, mungkin nampak bodoh kelihatan dari luar, tetapi faktalah yang tinggal bahwa semua hal dan ujud-ujud menampilkan kehidupan, walaupun banyak yang lebih terbuka terhadap sugesti dan perasaan serta yang lain-lainnya nampak kurang terbuka. Tetapi meskipun yang belakangan terbuka terhadap sugesti; kitalah yang tidak terbuka untuk melihat mereka menerimanya. Orang yang mengetahui misteri ini, mengetahui hukum alam yang luar biasa. Begitu suatu jiwa terbuka terhadap misteri ini kehidupan mulai meyingkapkan dirinya, dan juga mulai berkomunikasi dengan kehidupan.

*****

BAB TUJUH


Pemantulan


MANUSIA DAN HEWAN

Dunia akal dalam istilah sufi disebut aina khana, yang berarti istana cermin-cermin [dan] sangat sedikit orang yang mengetahui fenomena tersebut bahwa istana cermin-cermin memiliki di dalamnya. Bukan hanya di antara manusia tetapi juga pada ciptaan lebih rendah orang menemukan fenomena pemantulan.

Orang bertanya-tanya sekecil apakah kuman-kuman dan ulat-ulat yang hidup pada makhluk hidup yang kecil, mencapai atau memikat makanan mereka. Sebetulnya, akal-akal mereka menjadi terpantulkan pada makhkluk hidup kecil yang kemudian menjadi makanan mereka. Benarkah untuk titik tertentu bahwa hewan-hewan tidak berakal: mereka tidak memiliki yang ilmuwan sebut akal berdasarkan pada istilahnya. Tetapi berdasarkan pada ahli mistik, intelegensi yang sama yang ada pada manusia ditemukan pada derajat lebih rendah. Mereka bearakal, tetapi tidak begitu jelas, dan maka itu, dengan pembandingan orang bisa mengatakannya seperti tidak berakal. Tetapi ahli mistik, meski ia mungkin tidak begitu jelas, tetap merupakan cermin juga.

Persahabatan, kebencian, pertarungan yang terjadi di antara burung-burung dan hewan-hewan. Mereka menjadi pendamping (mates) — semua ini terjadi tidak seperti pikiran atau imajinasi, tetapi sebagi pantulan diri dari satu cermin kepada yang lain. Apakah yang ia tunjukkan? Menunjukkan bahwa ciptaan lebih rendah dan lebih alami ketimbang bahasa yang manusia telah buat, dan manusia telah amat jauh dari alam tersebut, cara pengungkapan intuitif. Anda  mungkin bertanya [kepada] penunggang manapun tentang kenikmatan menunggang, yang dia menunggang lebih memuaskan dan lebih baik dari pada bentuk olah raga atau kenikmatan yang lain. Dia  mungkin tidak dapat memberi alasannya tentang fenomena pemantulan ini: manakala pemantulan pikirannya jatuh pada akal kuda tersebut, kedua akal mereka terjurus antara satu dengan yang lain dan kuda itu mengetahui kemana penunggang itu hendak pergi. Semakin terjadi lebih simpati antara penunggang dan kuda tersebut, semakin nikmat orang menunggang. Setelah menunggangi kuda tersebut, alih-alih merasa lelah [malah] merasa bangga; kenikmatan [yang dirasakan] lebih besar ketimbang kelelahan. Dan semakin besar komunikasi yang terjadi antara akal kuda dan pengunggang, semakin besar kenikmatan penunggang yang  muncul darinya, dan begitupun kuda. Kuda itu  mulai merasa simpati dengan penunggangnya pada saat itu.

Ada suatu ceritera tentang seorang penunggang Arab yang terjatuh di medan perang, tak seorang pun yang dekat untuk mengurus jenazahnya, dan kudanya berdiri disana [selama] tiga hari tanpa memakan apapun di [bawah] terik matahari, hingga orang datang dan menemukan mayatnya. Kuda tersebut menjaga mayat tuannya terhadap burung pemakan bangkai. Suatu ceritera juga dikenal tentang seekor anjing yang melolong [selama] tiga hari setelah kematian kawannya, dan mati pada akhir hari ketiga, itulah pemantulan yang dengannya mereka berkomunikasi antara satu dengan yang lain.

Sering orang melihat kuda-kuda dan hewan-hewan sirkus yang lain bekerja dengan mengagumkan berdasarkan perintah yang diberikan kepada mereka. Itukah akal mereka? Pernakah mereka mempelajarinya? Tidak, mereka tidak pernah mempelajarinya; tidak dalam akal mereka. Pada suatu saat tatkala orang berdiri dengan cambuknya, pemantulan dari akalnya tercermin pada akal-akal mereka. Jika mereka ditinggal sendiri mereka tidak akan bekerja, mereka tidak akan berpikir tentang hal tersebut. Alasannya yaitu, sebagaimana disebutkan dalam Alqur’an, “Kami telah menciptakan manusia pemimpin ciptaan.” Ini berarti semua ujud disekeliling manusia, besar atau kecil, tertarik kepada magnetismenya; mereka semua menghadap kepadanya, karena dia adalah perwakilan (representative) dari Tuhan, dan mereka tak sadar mengetahuinya dan menyerah kepadanya. Gajah-gajah di Burma bekerja di hutan, mengangkut kayu gelondongn, tetapi pikiran manusialah yang melatih mereka, tercermin pada mereka, itulah yang membuat mereka bekerja. Manakala orang mempelajari sesaat orang akan menemukan bahwa tidaklah dilatih, merupakan pemantulan; apa yang orang itu pikirkan di akalnya, hewan-hewan itu melakukannya. Bisa dikatakan mereka menjadi kaki dan tangan tuannya. Dua ujud menjadi satu dalam pikiran, seperti dalam satu bait Persia, “Kala dua hati berengkuh satu, mereka mencipta jalan menembus gunung.” Mungkin ada relasi yang diterapkan antara manusia dan hewan, tetapi sangat sulit untuk menetapkan kesatuan tersebut di antara mereka.

Ada ceritera tentang Daniel, yang memasuki gua singa, dan dengan segera singa-singa tersebut berubah jinak. Apakah dia menghendaki mereka seperti itu? Tidak, karena ketenangan dan kedamaan hati Daniel-lah memantul pada singa-singa tersebut yang  membuat mereka tenang seperti dia. Kedamaiannya sendiri menjadi kedamaian mereka. Orang  mungkin bertanya, “Setelah Daniel meninggalkan gua singa tersebut, tetap samakah [keadaan] mereka?” Terbuka keraguan. Ini berarti bahwa tiada pengingat tertinggal disana, tetapi bahwa kecenderungan awal (predisposition) kesadaran singa-singa tersebut; tidaklah sesegera Daniel keluar dari gua lalu singa-singa tersebut sadar kepada kesingaannya lagi.

Sangat sering burung-burung dan hewan-hewan memberi peringatan tentang kematian pada suatu keluarga. Orang  mungkin berpikir bahwa mereka mengetahuinya dari suatu tempat, atau mereka mempunyai akal yang memikirkannya, tetapi kondisi tersebut terpantul kepada mereka. Kondisi seseorang yang sedang sekarat, pikiran orang orang yang berada disekitar orang tersebut, kondisi dari kosmos pada saat itu, seluruh lingkungan, segala sesuatu disana terpantul pada akal mereka. Dan mereka mengetahui, mereka mulai mengungkap perasaan mereka, dan mereka menjadi pertanda suatu kematian.

Jika hewan peliharaan yang mencerminkannya, apakah hewan-hewan yang memproyeksikan pikiran-pikiran dan perasaan mereka pada manusia? Apakah manusia yang memantulkan perasaan kepada hewan? Ya, kadang-kadang manusia yang bersimpati kepada seekor hewan peliharaaan merasakan sakitnya, tanpa alasan yang lain, hewan tak mampu menjelaskan sakitnya, tetapi mereka merasakn sampai dimana tingkat penderitaannya. Yang paling mengherankan di suatu tanah pertanian orang melihat macan tutul, memantulkan perasaan hewan-hewan tersebut, membuat kebisingan, menyanyi, dan menari dalam cara sama seperti layaknya hewan, dan menunjukkan berbagai cara berprilaku hewan-hewan tersebut.

Sangatlah menarik menyaksikan bagaimanan fenomena pemantulan antara hewan-hewan dan manusia mengejawantah kepada pandangan orang yang melihatnya [dengan] sangat dekat, dan itu menerangkan kepada kita bahwa bahasa adalah cara-cara eksternal yang dengannya kita berkomunikasi antara satu dan yang lain. Tetapi bahasa alami adalah pemantulan ini yang diproyeksikan dan dipantulkan dari satu kepada yang lain. Inilah bahasa semesta, dan sekali bahasa ini bisa dimengerti orang bisa berkomunikasi bukan hanya kepada manusia tetapi bahkan kepada ciptaan yang lebih rendah. Bukanlah suatu dongeng jika orang mengatakan bahwa orang-orang suci zaman dahulu biasa berbicara dengan binatang-binatang dan burung-burung, hal itu benar [belaka]. Hanya saja mereka tidak berbicara kepada mereka (pen: ciptaan lebih rendah dan burung-burung) dalam bahasa yang kita pergunakan dalam kehidupan sehari-hari; mereka berbicara dalam bahasa alam tersebut yang dalamnya semua jiwa berkomunikasi antara satu dan yang lain.

Lebih lanjut, pertarungan banteng yang terjadi di Spanyol dan pertarungan gajah yang terjadi di India, meski tidaklah sering terjadi gajah-gajah bertarung di hutan. Karena akal para penonton yang mengahendaki gajah-gajah tersebut bertarung yang membreri ransangan (stimulus) kepada daya tarung alami mereka. Dan hasrat itu memantul pada hewan-hewan yang membuat mereka terjurus untuk bertarung sesegera mereka lepas. Ribuan orang yang menonton olah raga ini semu mengharapkan mereka bertarung, dan pengaharapan begitu banyak akal menjadi pemantul pada hewan-hewan yang menyedihkan ini, [sehingga] memberikan semua kekuatan dan hasrat mereka untuk betarung.

Ada pawang ular yang berharap menarik ular-ular keluar dari lubangnya, ya, memang ada  musik dari suling, tetapi tidak selalu karena musik namun akal dari pawang memantul pada ular-ular yang menarik mereka keluar dari lubang. musik tersebut hanyalah suatu alasan, suatu media.

Ada orang yang mengetahui mejik untuk mengarahkan lalat tertentu dari sebuah rumah atau taman, dan pernah terjadi [lit: telah dialami] bahwa pernah ada orang yang mampu mengarahkan se Andaa lalat dari suatu tempat. Akal dialah yang memntul pada akal tak signifikan lalat-lalat tersebut. Kemampuan untuk mempengaruhi akal serangga-serangga tersebut adalah bukan dari kekuatan, bukan pula suatu keanehan. Tidaklah diragukan bahwa akal manusia tak terbandingkan besarnya dalam kekuatan dan konsentrasi, dan biasanya memprokeksikan pikiran-pikiran pada objek-objek yang ia pilih. Hanya orang yang mengetahui bagaimana menjuruskan akal yang mampu melakukan hal yang demikian. Jika seorang mengarahkan lalat-lalat dari suatu tempat, tidaklah berarti bahwa dia memiliki anasir lalat di akalnya; hanyalah bahwa dia bisa menjuruskan akalnya pada lalat-lalat, yang orang lain tak mampu melakukan yang demikian karena umumnya orang tidak memberi pikiran kepadanya, dia tidak membayangkan sesuatu hal dapat terjadi, dan karena tidak mempercayainya dia tidak mampu mengkonsentrasikan pikirannya. Dan meski dia mampu memantulkan, hanya untuk bereksperimen, dan ini [lit : dia] tidak akan berhasil.

Tekad dikembangkan melalui penjurusan pikiran orang pada objek konsentrasi tertentu; dan maka orang yang mengembangkan hal pertikular lebih baikdari apapun melalui kehendak seseorang. Misalnya orang yang memainkan instrumen brass (alat musik dari kuningan) dalam suatu band biasanya mengembangkan kekuatan meniup instrumen, dan mereka akan mampu memainkan instrumen-instrumen kayu, klarinet atau suling, tetapi pada saat yang bersamaan jika mereka dapat memainkan terompet lebih baik dari pada suling tersebut, karena ada peniupan pada keduanya, tetapi mereka terbiasa dengan benda pertikular tersebut. Sehingga dengan konsentrasi.  Misalnya, jika seorang pawang ular dengan seluruh kekuatannya menarik ular-ular pergi ke dekat bank ingin menarik kantong, dia tidak mampu melakukannya. Tetapi tidak diragukan, sekali tekad dikembangkan dalam segala arah, akan membuktikan keserbagunaannya dalam segala hal yang orang lakukan.

Pernah ada kasus dimana kuda-kuda mampu memberi jawaban atas pesoalan matematika rumit yang kepadanya orang-orang mengajukan pertanyaan yang orang-orang tidak mengetahui jawabannya.  Merupakan pemantulan akal guru-guru terproyeksi pada akal kuda, karena kuda tidak mampu mengerjakan matematika, dan tidak akan pernah. Adalah suatu proses mediumistic dengan melaluinya ide matematika diproyeksikan pada akal kuda. Memang memukinkan bahwa bahkan orang yang melakukannya pun tak mengaetahuinya; tetapi upaya kerasnya guna membuat kuda tersebut mampu mengerjakan matematika telah menunjukkan keberhasilan. Kekuatan proyeksi dapat ditingkatkan dengan meningkatnya tekad. Ia dapat dikembangkan melalui pengembangan dari kehendak, pikiran [dan] perasaan. Sungguh banyak yang dapat dipelajari pada hal-hal yang kecil, yang dapat menyingkap kepada kita rahasia terbesar kehidupaan, hanya jika mata kita terbuka dan kita sangat berhasrat untuk meneliti fenomena tersebut.

KOMUNIKASI DAN OBSESI

Fenomena pemantulan berbeda dalam sifat dan karakternya, khususnya dengan alasan dengan sifat kepribadian yang berbeda. Ada tempat yang sama, orang yang pikirannya menjadi terpantuldi dalam hati orang lain  mungkin mempunyai bentuk kongkrit di pikirannya, dia  Andangkin memegang sebagai satu rancangan atau gamabar. Dalam kasus itu pemantulan jatuh di hati orang lain dengan jelas. Tetapi jika akal sangat lemah sehingga tidak dapat memegang suatu pikiran dengan baik, maka pikiran tersebut bergerak dan dan tidak dapat memantulkan akal orang lain. Jika akal seseorang tidak dalam kondisi baik, maka gambar disana tidak jelas. Jika akal seseorang tidak jelas, jika ia kecewa, jika ia terlalu aktif, maka akal tersebut tidak dapat menyampaikan pemantulan sepenuhnya. Akal bagaikan sebuah telaga, jika ada angin berhembus dan air beriak, maka pemantulan tidak jelas. Dan begitupun akal.akal yang tenang mampu menerima pemantulan. Akal yang sangat kuat, mampu membuat suatu pemikiran gambar, dari memegang pikiran, pikiran dapat berproyeksi di balik perbatasan apapun yang  mungkin tegak disana yang  mungkin menghalanginya.

Orang  mungkin bertanya, “Hatikah yang memantulkan akal atau akal [terhadap] hati?” Pada tahap pertama harus diketahui bahwa akal adalah permukaan hati dan hati adalah kedalaman akal. Maka akal dan hati adalah satu dan hal yang sama. Jika Anda menyebutnya cermin, maka akal adalah permukaan cermin itu dan hati adalah kedalamannya; [dari] cermin yang sama. Cermin adalah kata yang bagus karena ia memuat keduanya, akal dan hati. Jika pemantulan datang dari permukaan hati, ia menyentuh permukaan; jika datangnya dari kedalaman hati, ia mencapai kedalaman. Sama halnya dengan suara dari orang yang tak rela, ia datang dari permukaan dan mencapai telinga. Suara dari orang ikhlas datang dari kedalaman dan menuju ke kedalaman. Apa yang datang dari kedalaman menuju ke kedalaman, apa yang datang dari permukaan tetap pada permukaan.

Tiada yang dapat menghapus dua akal yang saling menjurus antara satu dan yang lain. Tak ada orang yang dengan hati yang penuh kasih, dengan perasaan yang lembut, akan menyangkal bahwa dua jiwa saling bersimpati berkomunikasi antara satu dengan yang lain. Jarak tidaklah pernah merintang kepada fenomena ini. Tiadakah kita pernah melihat di peperangan baru-baru ini kaum wanita [menjadi] tentara, ibu-ibu mereka, istri-istri mereka, anak-anak mereka, bertaut dengan kesayangan mereka berlaga di barisan depan, rasakanlah kondisi mereka, dan bayangkanlah manakala seorang tentara terluka atau mati? Banyak yang mengatakan karena pikiranlah yang menggapai yang lain. Tetapi pada waktu yang bersamaan meski getaran pikiran di relung kedalaman menjadi suatu rancangan. Satu pikiran, satu rancangan, satu gambar partikular menjadi terpantul., dan melalui ujudnya demikianlah tercermin padanya, orang lain yang merasakan seketika. Pemantulan tidaklah sama dengan percakapan. Dalam percakapan setiap kata memaparkan gagasan sehingga gagasan secara betahap terejawantahkan; tetapi dalam pemantulan keseluruhan gagasan terpantul dalam satu saat, karena keseluruhan ada disana dalam bentuk sebuah gambar, dan cerminnya di akal yang telah menerimanya.

Karena teori inilah yang membuka di hadapan kita misteri yang terletak antara yang hidup dan yang mati. Gagasan obsesi mungkin dijelaskan lebih lanjut, bahwa pemantulan pikiran seseorang pada sisi yang lain, tergenggam erat oleh ciptaan hidup di Bumi, menjadilah obsesi. Seorang anarkis  muda  mungkin membantah seseorang; pada akhirnya Anda akan menemukan bahwa seperti terdapat suatu kedengkian besar antara dia dan orang yang dia bunuh; pada misteri di baliknya. Beberapa  musuh yang terbunuh itu, di sisi yang lain, telah memantulkan pikirannya dalam akal pasif dari anak muda tersebut, yang melalui antusiasme dan kekuatannya merasakan dorongan untuk membunuh, dia sendiri tak mengetahui alasannya, dan mengakibatkan seseorang mati. Secara khusus diantara para anarkis orang menemukan berbagai kasus. Karena titik pandang yang ekstrim, hati-hati mereka dalam kondisi siap-terima; mereka dapat menerima pemantulan baik atau pemantulan buruk dan bertindak berdasarkannya.

Mungkinkah bahwa seorang yang hidup di Bumi seharusnya mampu memproyeksi pikirannya pada orang yang berada pada sisi yang lain? Setiap agama telah mengajarkan pelajaran ini, tetapi evolusi intelektual semasa kita belum menggapai sepenuhnya. Misalnya di antara orang-orang Hindu ada kebiasaan saat ini menawarkan kepada orang mati semua yang dicintainya dalam bentuk bebungaan dan warna-warni, dalam bentuk lingkungan, sungai, arus, gunung, pohon yang alami. Semua ini [menyatakan] kinasih mereka [kepada] orang tercinta, daya hidupnya membuatnya menawarkan kepadanya. Di antara beberapa orang disana, ada kebiasaan membuat masakan enak, tentang penyadiaan dupa terbakar, bebungaan dan wewangian. Dan lalu setelah menawarkannya kepada mayat, mereka mengambil sebagiannya, sebab bila mereka mengambil sebagiannya —  mungkin nampak aneh — meski pengalaman merekalah yang terpantulkan, dan maka itu, benarlah bagi mereka untuk mengambil sebagiannya, waktu hanya penawaran. Melelui merekalah sehingga mayat menerimanya; merkalah adalah wahana penawaran,  dan hanya inilah cara yang dapat mereka berikan [kepada]nya.

Ini mengjarkan gagasan lain, bahwa orang yang meratapi kekasih mereka dengan pasti berkelanjutan memberikan orang-orang yang mempunyai penyakit mematikan, karena alih-alih mempunyai pengalaman yang lebih baik dan memantulkannya kepada mereka di dunia, mereka mengumpulkan [rasa] sakit dan menawarkannya kepada kemataian mereka. Yang paling bijak adalah orang harus melakukan bagai orang-orang yang telah mati adalah memproyeksi pikiran kenikmatan dan kebahagiaan, tentang cinta dan keindahan, tentang ketenangan dan kedamaian. Cara inilah yang terbaik sehingga orang dapat menolong orang yang mati.

Orang mungkin beratnya, “Dapatkah orang mempengaruhi suatu jiwa telah meninggalkan hidup ini terhadap perluasan sehingga orang dapat melahirkan tindakan khusus pada akal orang lain di Bumi.”

Pada saat ini, ketika materalisme semakin meluas, sangat sedikit yang mengenal kasus obsesi. Sangat sering orang terobsesi dikirim ke asilum orang gila, dimana mereka diberi pengobatan atau perlakuan yang berbeda. Tabib mengira bahwa ada sesuatu yang rusak dengan otak orang tersebut, dengan akalnya, sehingga suatu kerusakan telah terjadi dengan syaraf-syarafnya. Tetapi dalam banyak kasus tidaklah demikian; itu adalah keluaran obsesi. Manakala sekali orang terobsesi, biasanya dia kehilangn ritmenya, nadanya dan maka itu dia tidak mersakan diri sendiri; dia merasa asing. Ketidak-nyamanan menerus mengakibatkan ketakaturan sistem syaraf, dengan itu menghasilkan penyakit yang berbeda, tetapi di akarnya adalah obsesi.

Obsesi bukan hanya dapat disebabkan oleh orang mati, tetapi pula oleh orang yang hidup; hanya pada kasus terdahulu disebut obsesi, dalam kasus terakhir disebut pengesanan. Tetapi inilah yang umumnya terjadi, bahwa jiwa-jiwa yang di sertakan kepada Bumi baik terpikat oleh dunia atau peinspirasi ataupun pelindung Bumi. Cinta peinspirasi atau pelindung Bumi datang seperti arus. Tak diragukan, mungkin ia datang kepada individu-individu, tetapi pada saat yang bersamaan kebanyakan untuk kejamakan. Maka itu tidak dapat digolongkan dengan apa yang disebut obsesi; bisa disebut keberkatan. Tetapi takala jiwa-jiwa lain yang terpikat dunia memantul, hanya karena alasan keinginan; dan bagaimanapun besarnya suatu alasan atau keinginan bisa terjadi, adalah ketaksempurnaan karena terbatas. Disamping itu, ciptaan adalah suatu fenomena yang dengannya setiap individual mesti memiliki kebebasannya, yang kepadanya dia mempunyai hak. Manakala dia terlantar dari kebebasan itu dengan obsesi, bagaimanapun banyak tertolong, bagaimanapun orang tersebut tetap dalam kondisi terbatas. Selanjutnya, dan apabila orang yang terobsesi sembuh dari obsesinya dia tidak merasakan dirinya. Dia merasa bahwa suatu kehidupan yang dialaminya selama waktu yang lama dirampas darinya.

Singkatnya, kedua komunikasi antara ujud hidup dan komunikasi antara yang hidup dan jiwa-jiwa yang telah meninggal dunia berada dalam pemantulan, pemantulan yang bergantung pada kekuataan dan kejernihan akal.

PENGULANGAN

Sesuatu pikiran bisa dibandingkan dengan suatu gambar yang bergerak (filem) yang diproyeksikan pada tirai. Bukan satu gambar tetapi beberapa bagian-bagian gambar yang, berubah setiap saat, melengkapkannya. Dan begitulah dengan pikiran. Tidaklah selalu benar bahwa setiap orang memegang gambar dalam akalnya. Sebagai suatu aturan seseorang melengkapi suatu gambar melalui proses bertahap. Dengan kata lain, gambar pikiran dibuat dalam bagaian-bagian tersebut berte Anda agar membentuk satu gambar.

Berdasarkan teori inilah sehingga para ahli mistik membuat mantara shatra, ilmu tentang fenomena psikologi kata-kata, yang sufi menyebutnya wafiza, karena bagi  konsentrasi pikiran, pemegangan pikiran dalam akal tidaklah cukup. Ditempat yang guru pertama, tidak memungkinkan bagi setiap orang; hanya bagi orang-orang tertentu yang  mungkin memegang pikiran sebagai suatu gambar. Jika ada kemungkinan melengkapi suatu pikiran, hanya dengasn pengulangan. Maka itu seni Timur menunjukkan kecenderungan yang sama. Jika sebuah pembatas disekeliling tembok terbuat dari bunga-bunga ros, bunga roslah yang diulang dua puluh ribu kali, sehingga gambar bunga ros lengkap  mungkin dibuat pada saat terakhir orang memandangnya sekilas. Jika terdapat banyak objek dihadapan seseorang, tak satu objek yang orang dapat pegang dalam pikiran. Maka itu, cara terbaik yang ahli mistik ambil [untuk] kontemplasi adalah mengulang-mengulang kata bersugesti tentang suatu pikiran tertentu. Suatu kata yang mengakibatkan  gambar dari gagasan tertentu melalui pengulangannya. Walau pengulangan tidaklah cukup untuk tujuan tearsebut. Agar [bisa] mengukir di atas batu sebuah taman, satu garis digambar dengan pinsil tidaklah mencukupi;  orang harus mengguratnya. Dan begitupun agar orang dapat membuat pengesanan nyata dari suatu gagasan secara mendalam ukiralah dengan alam bawah sadar, pengukiran diperlukan. Itu terlaksana melalui pengulangan kata bersugesti dari gagasan tertentu. Tiada pengulangan yang sia-sia, karena setiap pengulangan tidak hanya melengkapi tetapi pula memperdalamnya, dengan hal itu pembuatan pengesanan [menjadi] jernih atas akal bawah sadar.

Terlepas dari prosese mistik, orang yang melihat orang lain dalam kehidupan sehari-harinya yang barangakali mengulang dalam akal-akal pikiran tentang kepedihan, tentang kedengkian, tentang kerinduan, tentang kekecewaan, tentang penghargaan, tentang cinta, tak menyadari tentang kerja yang selesai dalam diri mereka; walau pengesanan tentangnya telah dihasilkan dalam dalam kedalaman hati mereka. Dan itu menjadi terproyeksi kepada seseorang yang mereka tamui. Orang tak dapat menolong agar tenggelam kepada cinta seseorang; maka itu orang secara tak-sadar tenggelam kepada kasih seseorang. Orang tidak dapat menutup matanya dari perasaan dengki yang datang dari seeorang; orang tidak dapat mengabaikan perasaan pedih yang terukir dalam hatinya. Ini adalah fenomena dari pemantulan, pemantulan satu akal atas yang lain. Orang-orang  mungkin duduk bersama, bekerja bersama, hidup bersama selama hidupnya, dan meski mereka  mungkin menjadi dekat antara satu dan yang lain. Adalah pemantulan yang sama. Jika hati seseorang tertutup, pengaruhnya adalah menutup hati orang lain. Seorang dengan hati yang tertutup akan menutup hati-hati orang lain kemanapun dia pergi. Bahkan orang yang sangat mencinta tak akan tertolong merasakan pintu-pintu hati yang tertutup, sungguh penyesalan baginya, tak mengetahui apa yang terjadi. Merupakan fenomena tak-sadar.

Maka itulah senang dan tak senang, semua terasakan [dengan] satu kata terucap kala dua orang berte mu. Karena kata-kata kitalah yang menyembunyikan realita jika kita tidak melihat, tidaklah berarti bahwa kita tidak dapat melihat : hanya berarti bahwa mata kita tidak selalu terbuka, sehingga kita tetap mengabaikan fenomena pemantulan. Bila ini benar, tiada [tempat] di dunia ini yang seseorang dapat bersembunyi, sabagaimana Alqur’an mengatakan, “Pada hari perhitungan tangan-tangan Anda, kaki-kaki Anda akan memberi kesaksian atas perbuatan Anda.” Tetapi setiap saat, hari adalah Hari Perhitungan. Kita tidak perlu samapai hari perhitungan guna melihat fenomena ini. Kita melihatnya, selalu kita mengalaminya, meski kita tidak memberi perhatian yang cukup kepadanya.  Kapanpun kita mempunyai semacam suatu perasaan, niat baik kepada seseorng, atau penyainggungan, agitasi, antagonistik, kebencian terpendam, yang kita tidak dapat menahannya dari orang lain. Dan ini cukup bagi kita mengetaui bahwakebenaran terdalam, kebenaran  mutlak keseluruhan semesta, bahwa sumbernya adalah satu, tujuan adalah sama, kehidupan adalah satu, dan keraguan hanyalah selimutnya.

PERLUASAN HATI
         
Fenomena pemantulan adalah seperti bahwa setiap tindakan, dan setiap pikiran dipantulkan kepada diri sendiri, dan disanalah timbul hasil, sesuatu yang diproduksi yang membentuk suatu arahan dalam kehidupan seseorang yang menjadi batere di balik segala hal yang orang lakukan, batere kekuatan dan pikiran, ada pepatah yang mengatakan, “Ujud nyata manusia lebih lantang berbicara ketimbang yang dia katakan, “ini menunjukkan bahwa dalam fenomena pemantulan ini setiap orang tertelanjangi terhadap semua cermin tersebut, dan tiada satupun di dunia ini yang tersembunyi. Apa yang orang tak katakan, orang pantulkan, dengan demikian tak ada rahasia.

Kata yang digunakan oleh [nabi] Sulayman [as.], “Di bawah matahari,” adalah untuk kedua malam dan siang. Matahari sesungguhyna adalah intelek. Dalam cahaya matahari tersebut semua cermin, yang adalah hati manusia, memantulkan semua yang tersingkapkan kepada mereka tanpa upaya apapun dari sisi manusia. Inilah alasannya mengapa hasrat seseorang, jika suatu keinginan yang sungguh-sungguh, menjadi terpenuhi cepat atau lambat : terpantulkan, dan melalui  pemantulan tersebut ia menjadi hidup. Pemantulan memberikannya kehidupan sebab tidak berada dicermin mati; berada di cermin hidup, yang adalah hati manusia. Tiada yang mengheranka jika Anda hanya memikirkan seorang kawan dan kawan tersebut benar datang menemui Anda sementara Anda akan melakukan sesuatu yang lain. Tak disangka secara lahir , tetapi secara batin pemantulan Anda  muncul dalam akal kawan Anda yang telah mengatur pertemuan Anda.

Seseorang menanyai seorang bijak, “Akankah kita bertemu di hari kemudian [dengan] orang-orang di sekekliling kita disini?” Sang orang bijak menjawab, “Ya, kita akan bertemu dengan orang-orang yang kita cintai dan orang-orang yang kita benci,” fikirkanlah dua orang, yang sangat Anda cintai dan orang yang sangat Anda benci, Anda tidak dapat membantu memikirkan mereka, salah satunya dapat berdoa untuk kawan tersebut atau mengutuk  musuh, tetapi dia akan sering memikirkan keduanya. Dan hal yang paling luar biasa adalah bahwa orang-orang yang engkau cintai atau benci di kehidupan ini, Anda bertemu dengannya tak-disangka dan tanpa niat. disisi Anda agar menarik [perhatian] mereka.” Orang tersebut bertanya, “Apa yang harus kita lakukan?” Sang bijak menjawab, “Yang terbaik adalah jangan membenci siapapun, hanya mencinta. Hanya inilah jalan keluarnya. Sesegera Anda telah memaafkan orang-orang yang Anda benci Anda telah menguasai mereka. Maka Anda tak mempunyai alasan untuk membenci mereka; Anda hanya lupa.”

Penyair besar Hindustan, Amir berkata,  “Mataku Anda memiliki cahaya yang yang maha sempurana dan Anda tak dapat melihat. Bukankah kekurangan cahaya pada Anda; sebabnya hanyalah Anda selalu terselimuti.” Manusia mencari visi bening, berkesinambungan ingin melihat cahaya, dan walau dia menyelimuti mata hatinya, tatapanlah yag memiliki cahaya ketuhanan dalam dirinya, dengan menyelimuti mata hatinya. Tak seorang pun dapat mengajar siapapun, tidak pula seorang dapat memperoleh, kekuatan melihat dengan jelas tersebut pelihat tidak hanya melihat individu manakala individu tersebut datang dihadapan mereka; jika sepuluh ribu orang datang duduk di hadapan mereka, mereka mampu melihat seumua sebagai suatu keragaman dan satu sebagai individu. Alasannya adalah karena semakin menjadi besar suatu cermin, semakin banyak pemantulan terakomodasi dalam dirinya, maka itu, dalam satu orang keragaman dapat terpantul pada orang dan waktu yang sama : hati-hati, jiwa-jiwa, akal-akal dan seluruhnya. Tak diragukan dia memulai dengan melihat pemantulan tersebut dari satu orang, tetapi begitu hati meluas, maka ia mengambil pemantulan tersebut dari keragaman.

Disinilah terletak misteri hierarki spiritual; hanyalah perluasan dari hati, tidakkah kita melihat dalam kehidupan sehari-hari, seseorang berkata, “Ya, saya dapat mencinta seseorang, orang yang saya cintai; akan tetapi saya tidak mampu menahankan yang lain?” Hanyalah keterbatasan dari hati. Ada orang lain yan berkata, “Ya, saya bisa mencintai kawan-kawan saya, orang-orang yang dengannya saya merasa di rumah; saya merasakan suatu kontak, akan tetapi bukan orang-orang asing; saya tak dapat mencintai mereka; saya tertutup.” Dan benar-benar tertutup didepan orang-orang asing. Mungkin seorang mencintai tetapi dalam kehadiran mereka dia tertutup. Dan dalam proporsi begitu hati-hati menjadi lebih dari keterbatasan ini, biasanya ia menjadi lebih besar, sebab panjang hati, sebagaimana Asaf berkata dalam baitnya, sugguh tak terbayangkan, dia dapat menduduki seluruh semesta, hanya seperti setitik di lautan. Hati dapat menjadi begitu besar sehingga ia dapat memegang seluruh semesta, seluruhnya. Dan hati yang dapat memegang seluruhnya dapat melihat pemantulan dari semua, sebab keseluruhan dari proses evolusi menjadi lebih besar. Menjadi lebih besar brarti bebas dari keterbatasan, dan keluaran dari kondisi ini adalah bahwa visi menjadi lebih jelas.

Bagaimana mungkin akal-akal keragaman terpantul dalam hati? Dengn cara yang sama bahwa gambar suastu kumpulan dipindahkan pada pelat fotografis. mungkin ada kerumunan, pelat fotografis akan mengambil semua. Jika ia tak dapat mengambil mereka, maka ia tidaklah cukup besar. Hati berkemampuan sama dengan pelat fotografis tentang pengambilan pemantulan; jika ia tak dapat memuatnya, sebab keterbatasannya, ia kecil. Seluruh kehidupan adalah intelegensi mutlak, yang merupakan [bagian] dasar dari cermin yang semuanya terpantulkan. Manakala kita berpikir tentang ini sedalam-dalamnya, kita menemukan bahwa meski di siang bolong kita menutup mata kita dan tertidur.

Yang harus kita selesaikan dalam kehidupan adalah menjernihkan pemantulan-pemantulan dari hati kita, pemantulan-pemantulan yang menghalangi jalan kita. Misalnya, seorang pengusaha pergi ke seorang ahli mistik dan berkata, “Yah, saya tak dapat mengerti, ada semacam kesialan dengan saya. Saya selalul gagal, dan saya tak dapat mengerti mengapa saya gagal. Saya [telah] mengungjungi beberapa orang keruhanian, saya mengungjungi beberpa orang waskita, saya mengunjungi orang-orang yang membuat horoskop sendiri. Beberapa mengatakan satu hal, beberapa [mengtakan] yang lain; kini saya tak dsapat memutuskan [mana] yang benar.” Ahli mistik tersebut memberitahunya, “Yang benar dan yang salah berada di dalam diri Anda. Dengarkanlah diri Anda sendiri, temukanlah apa yang terjadi dalam akal Anda. Bukankah memori kegagalan yang Anda miliki? semacam suara berkesinambungan berlanjut di dalam hati Anda. Para Astrolog akan mengatakan sesuatu di sekeliling Anda; ahli keruhanian akan mengatakan bahwa ada hantu atau ruh di baliknya. Hal yang benar — walau disana  mungkin ada hantu atau  mungkin pula tidak — adalah bahwa di hati Anda suatu suara mengatakan, ‘Anda telah gagal, Anda telah gagal, Anda telah gagal.’ Dapatkah Anda membuatanya diam , menjadi bisu? Sesegera Anda menguasai pemantulan ini, semua menjadi [berjalan] baik dengan Anda.” Dia berkata, “Apakah yang harus saya lakukan?” Ahli mistik itu berkata, “Takdir, berjanjilah kepadaku bahwa sejak saat ini Anda tidak pernah memberi pikiaran kepada kegagalan masa lalu Anda. Yang lalu biarkanlah berlalu, yang kini adalah kini. Tindak lanjuti dengan keberanian; semua akan menjadi baik.”

Anda selalu menemukan orang-orang yang berkata, “Segalanya selalu salah denganku,” mendengarkan suara lantang itu; adalah kesalahan mereka sendiri yang berbicara dengan mereka. Seketika mereka telah mampu membuat suara ini bisu, kegagalan berakhir; halaman baru di buku kehidupan berbalik, dan merka bisa melihat kedepan menuju kepada kehidupan mereka dengan suatu keberanian lebih hebat dan harapan yang lebih besar. Orang tersebut adalah berani dalam wajah seribu kegagalan  akan tegak dan berkata, “Sekarang saya tidak akan gagal. Kegagalan hanya penyiapan untuk keberhasilanku.” Itulah ruh (baca : semangat) yang benar.

Bagaimana mungkin orang menghapus gambar-gambar yang tak terhitung yang merintangi orang? Inilah keseluruhan metoda sufi, membuat pelat akal bening. Ini dapat dilakukan melalui latihan konsentrasi. Kuda-kuda di hutan tidak akan datang jika Anda memanggil mereka datang kepada Anda, tidak pula mereka berjalan sebagaimana yang Anda inginkan mereka berjalan, karena mereka tak terlatih. Begitupun pikiran-pikiran dan imajinasi-imajinasi orang : mereka beralih ke dalam akal tanpa kendali, tanpa kekangan. Dan bilamana mereka terkuasai, maka orang seperti layaknya pelatih di sirkus yang memberi tahu kuda agar datang, dan datanglah kuda tersebut; dan lalu memberi tahu agar kuda itu pergi; dia memberitahu kuda itu berlari, dan kuda itu berlarilah, berhenti, dan kuda itupun berhenti. Bekerja dengan pikiran-pikiran orang yang layaknya seperti pemain sirkus. Inilah pelajaran pondasi dari mistisisme dan praktik filosof : sehingga Anda mampu menggerakkan pikiran-pikiran Anda seperti yang Anda inginkan. Manakala Anda memikirkan bunga ros, sekuntum bunga lili tidak seharusnya memasuki pikiran Anda; jika Anda memikirkan seekor kuda, seekor gajah tidak seharusnya hadir di hadapan Anda; Anda harus menjauhkannya. Ini mengajari Anda mencipta suatu pikiran dan memegangnya, dan menyingkirkan setiap pikiran yang Anda tak ingin miliki dalam cara ini Anda menjadi tuan pikiran-pikiran Anda: Anda melatih mereka, Anda mengendalikan, dan lalu Anda meggunakan mereka untuk keuntungan Anda.

Tidakkah ini membuktikan bahwa ini adalah sebuah tanah (land) cermin, suatu tanah cermin dengan fenomena hidup, hidup karena cermin-cermin hidup? Bukan hanya proyeksi dan pemantulan yang bertempat di cermin-cermin, tetapi [juga] suatu fenomena ciptaan: bahwa semua yang terproyeksi dan terpantul diciptakan pada saat yang bersamaan, termaterialisasi cepat atau lambat. Disinilah, serhingga para sufi menemukan rahasia penguasaan (mastery): bahwa disamping semua gagasan nasib dan keduniaan dan kelelangitan [juga] berpengaruh, ada daya kreatif yang bekerja pada manusia. Dalam satu orang barangkali fakultas kreatif ujudnya berada satu derajat pada kerja, dan sembilan puluh sembilan derajat adalah bagian mekanis dari ujudnya pada kerja. Pada orang lain, orang yang lebih maju, mungkin sembilan puluh sembilan derajat daya kreatif adalah pada kerjadan satu derajat bagian mekanis dan ujudnya. Bagian mekanis ujud seseoranglah yang berkaitan pada kondisi dan lingkungan-lingkungan, dan merupakan yang tak-tertolong; dan bagian kreatif seseornglah yang kretif, yang memproduksi fenomena; dan pada aspek ini esensi ketuhanan ditemukan.

***

Bab 8

Alasan


Bilamana kita menganalisa alasan ia membuka dihadapan kita bidang yang sangat luas dari pikiran.  Ditempat pertama, setiap pelaku kebaikan dan setiap pelaku keburukan mempunyai alasan untuk mendukung tindakannya, bilamana dua orang bertengkar, tiap orang menyatakan dia dalam kebenaran karena masing-masing memiliki alasan.  Bagi orang ketiga, mungkin alasan dari salah seorang atau yang lain mungkin nampak lebih beralasan; atau barangkali dia akan menyatakan bahwa keduanya tidak beralasan dan sehingga dia mempunyai alasan pada dirinya.  Semua percekcokan, argumen-argumen, dan diskusi-diskusi kelihatannya berdasarkan pada alasan.  Meski alasan adalah sesuatu yang, sebelumnya orang pernah menganalisisnya.  Tidak lain kecuali sebuah illusi, dan ia membuat seorang berkesinambungan dalam kegalauan [perplexity] yang disebabkan oleh ketakmengertian alasan orang lain.

Tetapi orang mungkin berpikir, apakah alasan [itu]? Dimanakah ia berasal ? Alasan kepunyaan kedua bumi dan langit; kedalamannya adalah melangit [heavenly]; permukaannya adalah membumi [earthly].  Dan itulah yang mengisi rekahan dalam rupa alasan, antara bumi dan langit, bagian tengahnya itulah yang menyatukannya.  Maka itu alasan dapat pula sangat membingungkan atau mencerahkan.  Terdapat kedalaman alasan, pengalasanan [reasoning], yang kepunyaan langit; dan terdapat pengalasanan yang lain yang kepunyaan bumi.  Jika seorang berkata kepada seseorang, “Mengapa Anda mengambil jas hujan orang lain?” dia mungkin menjawab, “karena hujan” Dia mempunyai alasan; alasan yang lain perlu terpikir, “Mengapa saya tidak semestinya mengambil jas hujan orang lain, meskipun sedang hujan, tetap bukan jas hutan kita” Itulah alasan lain berikutnya.  Apakah Anda mengira bahwa para pencuri dan perampok atau pembantai sadis tak mempunyai alasan?, Kadang-kadang mereka mempunyai alasan kuat; tetapi alasan mereka pada permukaan.

Tidak dapatkah seorang pencuri berkata agar supaya menimbang tindakannya, “Apakah arti bagi orang kaya bila dia kehilangan uang yang sangat banyak? Inilah  saya, seorang miskin, saya dapat lebih baik memanfaatkannya, saya tidak pernah merampoknya setiap penny; saya hanya mengambil sebanyak yang saya inginkan sangat bermanfaat, saya dapat melakukan suatu kebaikan dengannya”.

Alasan adalah pelayan akal.  Akal merasa ingin memuji seorang, alasan tersebut seketika membawa ke depan seribu hal dalam memujinya, dalam kesukaannya akal mempunyai hasrat membenci seseorang; seketika alasan membawa barangkali dua puluh argumen demi membencinya, sehingga kita lihat bahwa mencintai kawan dapat menemukan seribu hal yang bagus dan indah pada kawannya; keinginan bermusuhan menemukan seribu kesalahan pada orang yang baik di dunia ini, dan dia mempunyai alasan.

Di Prancis percakapan yang mereka katakan, “Vous avez raison”, tetapi orang dapat menyatakan bahwa setiap orang mempunyai alasan tidaklah serta-merta orang mempunyai alasan; setiap orang selalu mempunyai alasan, hanya ia bergantung alasan manakah ia, Apakah alasan membumi, apakah alasan melangit, ataukah alasan pertengahan? Adalah alami bahwa alasan melangit tidak cocok dengan alasan membumi.

Kini tibalah kepada esensi hal-hal, dimanakah kita mendapatkan alasan, dimanakah kita mempelajarinya. Kita mempelajari alasan membumi dari pengalaman membumi kita, ketika kita menyatakan, “Ini benar dan itu salah”, hanyalah karena kita telah mempelajari dari bumi untuk mengatakan demikian.  Bagi anak tanpa dosa yang baru saja lahir di Bumi dan belajar mengetahui benar dan salah, bukan apa-apa; dia belum memperoleh alasan membumi.  Adapula alasan yang berada di tapal batas alasan membumi.

Orang yang telah mengambil jas hujan seseorang mempunyai alasan, karena hujan, tetapi ada alasan dibalik itu, yang bukan kepunyaan dia.  Dia seharusnya lebih baik basah kuyup ditengah hujan daripada mengambil jas hujan tersebut.  Itulah alasan lain; ada alasan dibalik alasan.

Kemudian ada esensi alasan yang merupakan alasan melangit.   Tidak setiap orang mengerti alasan ini; adalah alasan pelihat para bijak, para ahli mistik, para nabi menyingkap dalam diri mereka.  Pada alasan inilah sehingga agama didirikan; dalam lempung alasan inilah gagasan-gagasan mistisisme dari filsafat memancar sebagai pepohonan dan melahirkan buah-buahan dan bebungaan.  Tatkala seorang murid diharapkan mendengarkan alasan guru-gurunya alih-alih mempermasalahkannya, agar supaya mengenal alasan melangit dibaliknya dan utnuk mempelajari bahwa akan ada suatu masa dalam kehidupan ketika mata seseorang terbuka kepada alasan esensial.  Dan disebut apakah alasan itu? Alasan disebut Bodhisattva, Sattva berarti esensi, dan Bodhi atau Buddh berarti alasan; dari kata ini diambil gelar Gautama Buddha.

Bagaimanakah orang sampai pada alasan? Dengan mencapai ritme tersebut yang disebut Sattva.  Ada tiga ritme, tamas, rajas, dan sattva.  Orang yang mempunyai ritme kehidupan tamas mengetahui alasan membumi; dia yang kehidupannya adalah rajas mengetahui alasan tapal membumi, suatu alasan yang tersembunyi di balik suatu alasan; dan orang yang mulai melihat atau hidup dalam ritme sattva mulai melihat sebab setiap alasan, yang berada di kedalaman relung seluruh ujud, yaitu alasan Tuhan.

Alasan tercantel kepada  impuls dan kepada pikiran.  Alasan yang tercantel kepada pikiran adalah bagian tengah alasan; alasan yang tercantel kepada impuls adalah bagian lebih bawah dari alasan.  Tetapi alasan yang terinspirasi adalah alasan melangit.  Alasan ini memaparkan cahaya ketuhanan; ia datang melalui kesadaran kepada alasan yang orang temukan hidup di hati Tuhan.

Terdapat satu kisah bahwa Nabi Musa [as] sedang melewati sebuah negara Nabi Khidr, yang merupakan mursyidnya tatkala Musa sedang dipersiapkan untuk kenabian.  Pertama-tama Nabi Musa [as] diberi pelajaran kedisiplinan, agar tetap diam dibawah semua keadaan.  Tatkala mereka sedang berjalan melalui keindahan alam, kedua guru dan murid terdiam.  Sang guru terkagum dalam melihat keindahan alam; sang muridpun merasakannya.

Dan demikianlah mereka tiba di muara sungai, dimana Nabi Musa [as] melihat seorang anak kecil tenggelam dan ibunya menangis keras, karena dia tidak dapat menolong, Nabi Musa [as] sendiri tak mampu tetap menutup bibirnya; dia harus melanggar disiplinnya dan berkata, “Guru, tolonglah dia, anak itu sedang tenggelam!” sang mursyd berkata, “Diam!” Musa tak dapat tetap diam.  Dia berkata lagi, “Guru,Guru!, selamatkan dia! Anak itu sedang tenggelam!” Khidr berkata, “Diam!” dan Musa pun diam.

Tetapi akal Musa tidak tenang; dia tidak mengetahui harus berpikir apa “Bagaimana bisa guru begitu ceroboh, begitu tak mempertimbangkan, begitu kejam, ataukah guru tidak berdaya?” dia menanyai diri sendiri, dia tak mampu mengerti ini dan itu; tidak berani memikirkan suatu pikiran, dan meski membuatnya sangat tidak menyenangkan.

Begitu mereka berjalan terus mereka melihat sebuah perahu tenggelam, dan Musa berkata, “Guru, perahu itu tenggelam, ia akan kebawah”, sang guru lagi-lagi menyuruhnya diam; maka demikianlah Musa diam, tetapi dia merasa sangat tidak menyenangkan.

Tatkala mereka sampai dirumah, dia berkata, “Guru, saya sudah pernah berpikir bahwa anda akan menyelamatkan anak kecil tak berdosa itu dari ketenggelaman, dan bahwa anda akan menyelamatkan perahu yang sedang kebawah air, tetapi anda tidak melakukan apapun; saya tak dapat mengerti; saya mengharapkan penjelasan”, sang guru berkata, “Apa yang Anda lihat juga saya lihat, kita berdua melihat, maka tidak ada gunanya memberitahuku, karena saya tau, jika saya telah memikirkan bahwa lebih baik ikut campur, saya telah dapat melakukannya mengapa Anda mempersulit dirimu memberitahuku, dan merusak ikrar kebisuanmu?” Dia melanjutkan, “Anak yang tenggelam itu akan menimbulkan konflik antara dua bangsa, dan ribuan nyawa akan termusnahkan pada konflik itu, bila dia tenggelam ini menebus bahaya lain yang akan datang.”  Musa memandang kepadanya dengan amat heran, kemudian Khidr berkata, “Perahu yang tenggelam itu adalah perahu perompak, dan sedang berlayar untuk menghancurkan kapal besar penuh dengan peziarah dan lalu mengambil apa yang tersisa di kapal itu dan membawanya pulang.  Apakah Anda berpikir bahwa Anda dan saya dapat menjadi hakim sesuatu.  Hakimnya berada dibaliknya.  Dia mengetahui tindakanNya; tetapkanlah bibirmu tertutup dan teliti segala sesuatu dengan diam-diam, sebagaimana yang saya lakukan.

Ada sebuah bait Persia yang menyatakan, “Tukang kebunlah yang mengetahui pohon manakah yang harus dipapas dan yang mana harus ditebang.”

Akankah kita semua akan mengambil sikap yang sama? Tidak akankah kita berangkat dan menolong orang lain? Ya, Anda boleh menolong mereka, tetapi pada saat yang sama, jika orang keruhanian nampak tak melakukan apa yang Anda harapkan dia lakukan, Anda tak perlu membicarakannya; karena Anda mesti mengetahui bahwa ada suatu alasan.  Anda tak perlu menilainya karena semakin Anda melangkah semakin alasanmu menjadi berbeda, tak seorangpun mempunyai kekuatan menilai orang lain; tetapi orang mungkin melakukan yang terbaik baginya.

Tak diragukan pada saat ini pendidikan merupakan rintangan besar bagi anak-anak, mereka diajarkan untuk bebas beralasan dengan orang tua mereka; melalui pengalasan secara bebas, manakah mereka sampai pada usia tertentu, mereka tidak berhenti berpikir, sebelum mereka berpikir, mereka berdebat, mereka bertengkar, dan bertanya, “mengapa tidak?” “mengapa?”; dan dalam cara ini mereka tidak akan pernah sampai pada alasan melangit, karena agar sampai pada alasan itu sikap tanggap adalah perlu, bukan suatu sikap pernyataan.  Apa yang seorang anak pelajar untuk bertindak hari ini adalah mengambil sikap agresif.  Dia meletakkan pengetahuannya atas orang-orang lain, melalui kekurangan, sikap tanggap dia kehilangan kesempatan selamanya guna menyentuh esensi alasan tersebut yang adalah ruh bodhisattva.  Ini selamanya telah menjadi kesulitan besar dalam hidup jiwa-jiwa yang bertumbuh.  Apa yang terjadi dengan Yesus Kristus [Nabi Isa as]?  Pada satu tempat terdapat alasan membumi, pada yang lain terdapat alasan melangit.

Sekali pernah aku menatap mursyidku dan datang kepada akal inquisitifku suatu pikiran, “mengapa orang berjiwa besar seperti mursyidku memakai terompah bersulam emas?” Tetapi seketika saya periksa diri saya, dan hanyalah suatu pikiran, ia tak akan pernah meninggalkan bibirku; ia dibawah kendali, tetapi disana diketahui saya tak mampu menutup pelecehanku dengan bibir; hatiku terbuka dihadapan mursydku bagai buka buku; Dia dengan segera melihat kedalamnya dan membaca pikiranku dan tahukah Anda jawaban apa yang dia berikan kepada saya? Dia berkata, “Hazanah bumi saya pakai di kakiku”

Pernah sekali seorang mursyid ke kota, dan dia kembali dan berkata, “Duhai, saya tercucuri dengan kenikmatan, saya terpenuhi dengan kenikmatan, disana ada semacam keterpesonaan dalam kehadiran kekasih” Lalu muridnya berpikir, “Disana ada seorang kekasih dan keterpesonaan; betapa mengagumkan saya mesti pergi dan melihat tidak dapatkah saya menemukan satu juga”.

Dia pergi melalui kota, dan dia pulang dan berkata, “mengerikan! Betapa mengerikan keadaan dunia! Semua nampak berada di tenggorokan orang-orang lain; itulah gambar yang saya lihat, saya tak merasakan apapun kecuali depresi, seakan-akan seluruh tubuhku tercabik-cabik menjadi serpihan-serpihan. “Ya”, sang mursyid berkata, “Anda benar, tetapi terangkanlah kepada saya”, kata sang murid, “Mengapa anda begitu terpesona setelah pergi keluar, dan mengapa saya begitu tercabik-cabik menjadi serpihan-serpihan, saya tak dapat menahankannya; mengerikan” sang mursyd berkata, “Anda tidak berjalan dalam ritme yang mana saya berjalan melalui kita tersebut.”

Bukan hanya ritme pelan berjalan tetapi ritme dengan mana akal bergerak ritme itulah dengan mana ovservasi diperoleh yang membuat perbedaan antara satu orang dengan yang lain; itulah yang membawa keselarasan antara satu orang dan yang lain.

Orang yang berkata, “Saya tidak akan mendengarkan alasanmu,” tidak ada keraguan yang mempunyai alasan, sebagaimana setiap orang mempunyai suatu alasan, tetapi dia tetap bisa mempunyai alasan lebih baik jika dia mampu mendengarkan dan mengerti alasan orang lain.  Alasan akal seseorang bagaikan membuat lingkaran saja.  Akal seseorang membuat satu lingkaran dalam semenit; akal orang lain membuat satu lingkaran dalam lima menit; alasan tersebut berbeda.  Akal orang-orang lain membuat sebuah lingkaran dalam lima belas menit; lagi alasannya berbeda, semakin lama ia mengambil [waktu], semakin luas horizon visinya; dan begitupun cara pandangnya pada kehidupan.

Pengalasan adalah tangga.  Dengan tangga ini seseorang bisa berdiri, dari tangga ini [pula] orang bisa jatuh, karena jika orang tidak menuju keatas dengan pengalasanan, maka akan membantu orang menuju kebawah; sebab jika untuk setiap langkah orang ambil keatas ada alasan, sehingga ada alasan bagi setiap langkah menuju kebawah.  Tak diragukan kelainan ini dibuat untuk memampukan orang mengerti bahwa ada satu alasan ; pada realita ada satu fakultas, orang mungkin membagi raga manusia kedalam tiga bagian, tetapi pada saat bersamaan adalah satu raga, merupakan satu orang.  Bagaimanapun, alasan adalah faktor besar dan mempunyai kemungkinan didalamnya dari setiap kutukan dan dari setiap keberkatan.

***

Bab 9

Memori


Kerja memori bukan kreatif tetapi perseptif; untuk menerima pengesanan dan mengumpulkan mereka bersama.  Ada ilmuwan mengatakan bahwa sel-sel otak dikesankan melalui setiap pengesanan yang datang melalui indera-indera, dan itulah yang disimpan di otak, utnuk dikemukakan manakala orang menginginkannya.  Tetapi tidak demikian, walaupun ini dapat diambil sebagai penjelasan simbolik.  Ilmuwan telah menggambarkannya seperti berada di bidang lebih dalam, tetapi karena  dia tidak mengenal bidang lebih dalam tersebut dia ingin menerangkannya dalam istilah-istilah fisik, dan menyebutnya sel-sel otak.  Ini benar dalam esensi; tetapi tidaklah di otak, ia berada dia akal.

Memori adalah mesin perekaman yang merekam semua yang jatuh padanya melalui panca indera. Apa yang orang lihat, dengar, cium, sentuh, rasakan direkam pada memori.  Suatu rupa, gambar citra, sekali terlihat, kadang-kadang tinggal dalam memori selama hidup jika direkam dengan baik oleh memori.  Dalam kehidupan dunia, orang mendengar begitu banyak kata-kata sepanjang hari, dan nantinya beberapa yang memori telah rekam tinggal selama hidup, seumur hidup.  Begitupun dengan musik, sekali seorang telah mendengar musik yang luar biasa dan terekam dalam akalnya, akan tinggal selama-lamanya.  Memori bagaikan mesin hidup yang Anda  dapat memproduksi rekaman tersebut kapanpun.  Wewangian bagus sekali dialami, sekali dicerap, teringat; rasa selera tinggal; rasa menyentuh memori menahan.

Hal-hal tidak tinggal di memori sebagaimana disebuah note book; karena note book mati, sehingga apa yang tinggal di note book adalah mati.  Tetapi memori hidup, sehingga apa yang tinggal di memori juga hidup, dan mempunyai sensasi yang hidup.  Rekaman memori yang menyenangkan kadang-kadang begitu berharga sehingga orang ingin mengorbankan dunia tujuan ini hanya untuk semacam rekaman.  Pernah sekali saya begitu tersentuh dengan melihat seorang janda yang keluarganya menginginkan saya memberitahu dia agar dia bergaul dalam masyarakat, berbaur dengan orang banyak, lebih merasakan kehidupan dunia.  Saya pergi menasehatinya pada tujuan tersebut.  Tetapi dia memberitahuku dengan halus, “Seluruh pengalaman di kehidupan dunia, bagaimanapun menyenangkan, tidaklah memenuhiku kesenangan, kenikmatanku hanyalah memori tentang kekasihku; hal yang lain memberiku ketidakbahagiaan, yang lain-lain membuatku nelangsa.  Jika saya menemukan kenikmatan, yaitu dalam memikirkan kekasihku”.  Saya tak mampu mengatakan satu katapun guna mengubah akalnya.  Saya pikir akan menjadi dosa disisiku menjauhkannya dari kenikmatannya jika memori tersebut sudah menjadi lara baginya, sebaliknya saya sudah akan memberitahu kepadanya, tetapi merupakan kebahagiaan baginya, satu-satunya kebahagiaan.  Saya berpikir bahwa  disinilah sati hidup [janda terkorbankan].  Saya hanya mempunyai penghargaan besar untuknya, dan tak dapat menyatakan sepatah kata.

Dalam memori rahasia surga dan neraka ditemukan, Apakah surga dan neraka? Dimanakah ia? Ia hanya dalam memori.  Maka itu memori menimbulkan hal yang kecil, bukan sesuatu yang tersembunyi di otak, ia hidup, dan adalah sebuah dunia dalam dirinya sendiri.

Tetapi orang-orang mungkin bertanya, “Maka apakah yang terjadi bila seorang kehilangan memorinya? Apakah disebabkan oleh suatu ketidakaturan pada otak?” Pada tempat pertama tiada orang yang benar-benar kehilangan memori.  Seorang mungkin kehilangan memorinya, tetapi ia tidak kehilangan dia, sebab memori adalah ujudnya sendiri.  Apakah yang terjadi sehingga suatu ketidakaturan otak membuatnya tidak mampu membedakan apa isi memori tersebut.  Maka itu seorang yang telah hilang memorinya karena ketidakaturan masih mempuyai memori yang sama saja, dan memori tersebut menjadi lebih jelas baginya.  Setelah mati, karena akal sangat berlainan dari raga; suatu hal terpisah, berdiri sendiri dari raga.  Akal tergantung pada raga agar mencerap pengalaman luar yang dimasukan melalui indera-indera, tetapi lepas dari raga karena hazanah yang telah dikumpulkan melalui dunia luar.

Karena kita terbiasa mengalami setiap  hal melalui kendaraan raga ini, bahkan perasaan kita, ini membuat kita kadang-kadang bergantung untuk beberapa saat pada raga, tetapi tidaklah berarti bahwa ktia tidak dapat mengalami semua yang kepunyaan akal tanpa bantuan raga.  Jika seorang mengangkat dirinya dari ujud objektifnya, dia akan menemukan pegangan memorinya.  Memori tidak dapat berfungsi dalam otak yang rusak, tetapi pengesanan tetap direkam selama masa yang seorang telah kehilangan memorinya; mereka akan kembali kemudian.  Hanyalah, pada saat seorang telah hilang memorinya, memori tersebut tidak secara aktif   membuat rekaman hal-hal yang diberikan kepadanya.

Memiliki memori yang baik bukan hanya sesuatu yang bagus; adalah kebahagiaan sempurna.  Adalah tanda kerohanian sebab ia menunjukkan bahwa cahaya intelegensi adalah bening dan mencerahkan setiap partikel otak.  Memori yang baik menandakan jiwa yang agung.  Selain itu, memori adalah hazanah dimana pengetahuan seseorang telah tersimpan.  Jika seseorang tak mampu menggambar pengetahuan yang telah dia kumpulkan dari memorinya, maka ketergantungannya pada buku bernilai kecil.

Tak diragukan, kita selalu menulis pada kertas hal-hal kepunyaan bumi, sosok-sosok dan fakta-fakta lain; tetapi hal-hal bertalian kepada tradisi rohani dari hal-hal, kepada hukum-hukum ketuhanan, adalah dari kepentingan yang jauh lebih besar.  Note book tidak dibuat bagi mereka; didalam memorilah ia terhazanahkan.  Karena memori bukan sekedar mesin perekaman; pada saat bersamaan suatu tanah subur, dan apa yang diletakkan disana terus-menerus kreatif, ia melakukan sesuatu disana.  Maka itu Anda bukan hanya  memiliki apa yang telah Anda tabung; terdapat bunganya juga.

Tetapi pada saat yang sama kita belajar di jalan Sufi bagaimana menghapus rekaman memori kehidupan sesuatu di masa lampau.  Yaitu pekerjaan yang kita selesaikan melalui konsentrasi dan meditasi.  Bukanlah suatu hal yang mudah; merupakan hal yang sangat sulit, tetapi pula sangat bernilai, disanalah hal itu.  Inilah mengapa kita menjaga ajaran-ajaran kita bebas dari spekulasi-spekulasi, kepercayaan-kepercayaan, doktrin-doktrin dan dogma-dogma, karena kita yakin dalam kerja aktual dengan diri kita sendiri.  Apa jadinya [bila] Anda diberitahu suatu hal pada suatu hari dan Anda mempercayainya, dan hari berikutnya Anda meragukannya dan tidak mempercayainya.  Jika Anda diberitahu ada sebuah rumah dan suatu tempat di langit ketujuh, apakah yang ia akan lakukan kepadamu? Kemungkinan jawabannya hanya keingintahuanmu; ia tidak akan membawamu kemanapun.  Maka itu bahwa kita sampai kepada hal-hal ini dengan cara meditasi kita dapat menghapus dari memori kita apa yang kita inginkan dan dalam cara ini kita mampu membuat langit diri kita sendiri.  Seluruh rahasia esoterisme terletak dalam pengendalian akal dan dalam bekerja dengannya seperti seniman yang akan berharga pada kanvas guna memproduksi apapun dia sukai.

Bagaimana orang dapat memusnahkan pikiran-pikiran yang tidak diinginkan? Mestikah mereka selalu dimusnahkan oleh orang yang menciptakan mereka? Ya, pencipta pikiranlah yang mesti memusnahkannya; dan tidak pada setiap kekuatan orang melakukan demikian.  Meski akal yang telah mencapai penguasaan, yang dapat mencipta sebagaimana ia inginkan, pula dapat musnah.  Bilamana kita mampu memproduksi pada kanvas hati kita semua yang kita inginkan dan menghapus semua yang kita inginkan, maka kita tiba pada penguasaan itu untuk jiwa yang kita idamkan; kita penuhi tujuan itu karena kita masih disini.  Maka kita menjadi tuan bagi takdir kita.  Adalah sulit, tetapi itulah tujuan yang kita tuntut dalam kehidupan.

Terkadang memori kita melemah oleh tegangan terlalu besar padanya.  Bila orang mencoba mengingat, ia meletakkan tegangan pada sesuatu yang alami merupakan sifat memori untuk mengingat, tetapi bila Anda meletakkan tegangan padanya – “Anda mesti ingat” – maka ia akan lupa.  Fakta sesungguhnya bahwa Anda telah menegangkannya yang akan membuatnya lupa.

Orang semestinya tidak mencoba mengesankan akalnya lebih dalam daripada kebiasaannya menjadi terkesan.  Tidaklah perlu menggunakan otak tatkala mencoba mengingat sesuatu hal, karena dengan menggunakan otak orang hanya menegangkannya.  Memori berada pada perintahmu.  Jika Anda ingin mengetahui sesuatu hal, tanpa menegangkan otakmu ia mesti datang dengan segera.  Ia adalah mesin otomatis, ia mesti membawakan kehadapanmu dengan segera semua yang ingin Anda ketahui.  Jika tidak bekerja dalam cara tersebut, terdapat sesuatu yang salah dengannya.

Assosiasi tertentu dari gagasan-gagasan membantu, seperti halnya bila seorang telah kehilangan pikiran tentang kuda dari akalnya, dan yang stabil mengingatkannya.  Perhatianmu sudah sangat cukup; tekad tidak semestinya digunakan untuk mengingat hal-hal.  Adalah metoda salah yang orang-orang gunakan saat ini bila mereka mengatakan agar mengingat hal-hal orang mesti menghendakinya.  Dengan kehendak, orang melemah.  Disamping ini, kesetimbangan antara aktivitas dan istirahat adalah perlu.  Memori tidak pernah hilang.  Apa yang terjadi dengannya tatkala akal kecewa memori menjadi tumpul, sebab keterngan akal yang membuat orang mampu membedakan semua yang mengisi memorinya.  Manakala akal kecewa tatkala seorang tidak tenang, maka biasanya dia tidak mampu membaca semua yang memori telah rekam.  Tidak benar bahwa memori mengalah pada apa yang tersimpan didalamnya.  Hanyalah bahwa manusia kehilangan ritme kehidupan melalui keterpesonaan berlebihan, kegugupan, kelemahan saraf-saraf, kegelisahan, kekhawatiran, ketakutan, kebingungan.  Itulah yang menyebabkan semacam kekacauan dalam akal, dan orang tak dapat merasakan secara berlainan hal-hal yang telah direkam di memori tersebut.  Singkatnya, seorang yang tak dapat dengan mudah belajar melalui hati meski membuat akalnya tenang sebagaimana hal yang pertama agar kondisinya lebih baik.  Inilah cara mental.  Cara fisik yang membuat memori lebih baik adalah makan sedikit dan tidur dengan normal, tidak bekerja terlalu banyak, tidak khawatir terlalu banyak, dan menjauhkan semua kegelisahan dan ketakutan.  Orang tidak perlu bekerja dengan memori agar membuatnya bening.  Yang dibutuhkan adalah membuat diri sendiri tenang, optimis, dan damai agar membuat memori berlainan.

Terdapat dunia lebih dalam yang diam kemana memori kita tertaut, dan dunia tersebut adalah memori semesta – dengan kata lain akal ketuhanan – dimana kita tidak hanya mengingat-ingat [recollect] apa yang kita telah lihat, dengar, ketahui, tetapi dimana kita bahkan dapat menyentuh sesuatu yang kita tak pernah mempelajari atau mendengarkan, mengetahui ataupun melihat.  Ini dapat pula ditemukan disana; hanya untuk ini, pintu-pintu memori harus diletakkan terbuka.


***

Bab 10

Hati


Aspek terpenting dari akal adalah perasaan.  Jika fakultas ini tidak terbuka, maka bagaimanapun pintar dan bijaknya seorang mungkin dia tidak lengkap, dia tidak hidup.  Akal mulai hidup dari saat perasaan tersebut terjaga didalamnya.  Banyak yang menggunakan kata perasaan, tetapi sedikit dari kita yang mengetahuinya.  Dan semakin orang mengetahuinya, semakin sedikit orang membicarakannya.  Sangatlah luas sehingga jika ada tanda Tuhan [pastilah] dalam perasaan.  Perasaan adalah getaran, dan hati adalah kendaraannya.

Bilamana orang bertanya, “Apakah hati itu? Dimanakah hati itu?” Biasanya jawabannya adalah bahwa hati didalam dada.  Ini benar, ada pusat saraf didalam dada manusia yang begitu sensitif terhadap perasaan-perasaan sehingga selalu dianggap sebagai hati.  Bilamana seorang merasakan kenikmatan hebat ia berada di pusat tersebut yang dia merasakan sesuatu bersinar, dan melalui cahaya pusat tersebut seluruh ujudnya nampak bersinar, dia merasa seperti sedang terbang.  Dan bila depresi atau putus asa telah datang kedalam hidupnya ia mempunyai pengaruh pada pusat itu.  Seorang merasakan tenggorokannya tercekik, dan nafasnya sesak seperti tertindih beban berat.

Tetapi hati bukan hanya itu.  Untuk mengerti ini orang harus menggambar sebuah cermin didepan hatinya, terjurus padanya sehingga setiap hal dan setiap perasaan terpantul di cermin ini, yang berada di ujud fisik manusia.  Sebagai manusia belaka adalah pengabai jiwanya, sehingga dia tidak mengetahui dimanakah letak hatinya, tidak pula dimana letak pusat itu, dimana perasaan-perasaannya terpantulkan.  Adalah fakta yang diketahui ilmuwan bahwa ketika anak dibentuk ia mulai dari hati.  Tetapi konsepsi ahli mistik adalah bahwa hati itu, yang merupakan permulaan pembentukan, juga merupakan permulaan ruh yang membuat manusia suatu individual.  Kedalaman ruh tersebut adalah [yang] dalam realita kita sebut hati.  Melalui hal ini kita mengerti bahwa ada semacam hal seperti sebuah hati, yang merupakan kedalaman terdalam dari ujud manusia.

Pada saat-saat ini orang mengatributkan kurang penting kepada sentimen dan lebih bersandar pada intelek.  Alasan untuk ini adalah bahwa ketika mereka bertemu kedua macam orang, yang intelektual dan sentimental, mereka menemukan kesetimbangan lebih besar pada orang intelektual ketimbang pada orang yang banyak sentimen..  Taka diragukan hal ini benar; tetpi alasan yang mendasar sebab kurangnya ketimbangan yaituada suatu kekeuatan yang lebih besar tinimbang intelek tersebut, dan kekuatan tersebut adalah sentimen. Bumi sangat subur, meski tidak seberdaya air. Intelek tersebut kreatif meskipun tidak seberdaya hati dan sentimen. Pada realita orang intelektual pula akan membuktikan ketaksetimbangan pada akhirnya bila ia tidak mempunyai sisi sentimental terhadap ujudnya.  Apakah tidak banyak dari orang-orang yang dapat berkata, “Saya menyukai dia, mencintainya, menghargainya, tetapi dia menutup hatinya?”.  Orang yang menutup hatinya tidak mencintai orang lain secara utuh pula tidak membiarkan orang-orang lain untuk mencintainya sepenuhnya.  Selain itu, orang yang hanya intelektual dalam waktu tersebut menjadi skeptis, meragu, tak berkepercayaan, dan destruktif, karena tidak mempunyai kekuatan hati guna menyetimbangkan intelek tersebut.

Sufi menganggap pencurahan hati menjadi hal terbaik guna penggalian ralisasi ruhani.  Banyak orang mungkin tak setuju, tetapi merupakan fakta bahwa orang yang menutup hatinya kepada orang sejawatnya [akan] menutup hatinya terhadap Tuhan.  Yesus Kristus [Nabi Isa as] tidak berkata, “Tuhan adalah intelek”, dia berkata, “Tuhan adalah Cinta”, Maka itu, jika kedamaian Tuhan dapat ditemukan dimanapun, bukanlah di Gereja manapun di Bumi bukan pula di atas langit, tetapi di hati manusia.  Tempat yang paling pasti dimana orang menemukan Tuhan adalah di hati kecintaan seseorang.

Banyak orang percaya bahwa melalui bantuan akal budi manusia akan bertindak berdasarkan kepada standar moral tertentu, tetapi bukan akal budi yang membuat orang baik; dan bahkan jika mereka nampak baik atau taat, mereka sekedar dibuat sangat dibuat-buat [artificially].  Narapidana di penjara semuanya dapat nampak sopan santun. Tetapi bila kebaikan dan ketaatan alami dapat ditemukan dimanapun ia berada dalam pancaran hati yang darinya kehidupan muncul; dan setiap tetes dari pancaran ini adalah kebajikan hidup.  Ini membuktikan bahwa kebaikan bukanlah buatan manusia; adalah ujud hakiki manusia.  Dan bila dia kurang kebaikan bukan melalui kurang pelatihan – walau pelatihan sering lebih dihasratkan – tetapi karena dia belum menemukan diri sesungguhnya.  Kebaikan adalah alami, karena itu orang normal perlulah baik.  Tak seorangpun membutuhkan ajaran-ajaran agar menghidupkan sesuatu yang baik atau kehidupan taat.  Jika cinta adalah senter pada jalan seseorang, ia menunjukkannya apa arti keadilan, dan kemuliaan kata, kemurahan hati, dan ketaatan.  Tidakkah kadang-kadang kita melihat anak muda yang, dengan semua kecenderungan hura-huranya, tiba-tiba menemukan seorang gadis yang dia mulai mencintanya, dan yang tatkala dia benar-benar mencintainya mulai menunjukkan perubahan dalam hidupnya? Dia menjadi lemah lembut, karena dia harus melatih dirinya demi dia [gadis tersebut]; dia melakukan tanpa benda-benda [things], yang sebelumnya dia tidak pernah berkeinginan untuk menyerah.  Dan dalam cara yang sama, dimana berada ampunan cinta tidaklah sulit.  Seorang anak mendatangi ibunya, meski setelah melakukan pelanggaran seribu kali, dan memohon ampunannya.  Tak seorangpun yang dapat didatangi.   Dan tidak memerlukan sesaat bagi hati ibu untuk memaafkan.  Pengampunan sudah menunggu disana untuk mengejawantahkan dirinya.

Orang tak dapat membantu menjadi baik hati bilamana ada perasaan.  Seseorang yang perasaannya keluar menuju ke orang lain melihat; manakala orang tersebut membutuhkan perasaannya, dan dia menghentakkan pesan simpati pada setiap orang yang  dia temui, menemukan titik kontak pada setiap jiwa karena dia memiliki cinta.  Ada orang-orang yang mengatakan, “Tetapi tidaklah bijak memberikan diri sendiri kepada setiap orang dalam kelembutan tak terkekang, seperti umumnya orang-orang tidak dapat dipercaya?” Tetapi jika seorang baik dan kasih, kebaikan ini seharusnya menjadi terejawantahkan kepada tiap orang, dan pintu-pintu hati seharusnya tidak tertutup kepada bukan siapa-siapa.

Yesus Kristus [Nabi Isa as] tidak hanya mengajarkan kepada kita agar mencintai kawan-kawan kita; dia melangkah sejauh mengatakan kita harus mencintai musuh-musuh kita.  Sufi [pun] menjalin jalan yang sama.  Dia menganggap kepemurahan hati kepada sahabat-sahabatnya agar mencinta Tuhan; dan dalam menunjukkan cinta kepada setiap orang, dia merasa dia sedang memberikan cintanya kepada Tuhan.  Disini sufi dan yogi berbeda, yogi bukan tidak kasih, tetapi dia berkata, “Saya mencintai anda semua, tetapi saya lebih baik menjauh dari anda, karena jiwa-jiwa anda selalu meraba-raba di kegelapan, dan jiwaku berada dalam cahaya.  Persahabatanmu akan membahayakan jiwaku, maka lebih baik saya mencintaimu dari jauh.”  Sufi berkata, “Merupakan suatu ujian, tetapi harus dicoba, saya akan memikul kewajiban-kewajiban sehari-hariku ketika mereka tiba.”  Meskipun dia mengetahui alangkah tak pentingnya dunia dan tidak menilai tinggi mereka, dia memenuhi tanggung jawabnya kepada orang-orang yang mencintainya, menyukainya, bergantung padanya, mengikutinya; dan dia mencoba untuk menemukan jalan terbaik bersetuju dengan semua orang-orang yang tak menyukai dan merendahkannya.  Dia hidup di dunia, dan meskipun tidak dari dunia”.  Dalam cara ini sufi menganggap bahwa prinsip utama dalam pemenuhan tujuan hidupnya adalah mencintai manusia.

Orang-orang yang mencinta musuh-musuh mereka dan meski kurang sabar bagaikan sebuah lentera dengan minyak yang sedikit.  Ia tak dapat terus menyala, dan pada akhirnya nyalanya padam.  Minyak pada jalan cinta adalah kesabaran, dan disamping ini ada ketak-egoisan dan pengorbanan diri dari awal sampai akhir.

Ada yang berkata, “Pernah sekali saya sangat mencinta, tetapi saya sangat dikecewakan.”  Ini sama saja jika mengatakan, “Saya menggali di tanah, tetapi ketika lumpur datang saya kecewa.”  Benar bahwa lumpur datang, tetapi dengan kesabaran pada suatu hari orang sudah akan mencapai air.  Hanya kesabaran yang dapat tabah.  Hanya ketabahan menghasilkan keagungan.
Emas imitasi dapat seindah emas asli; berlian imitasi secemerlang berlian asli.  Perbedaannya adalah bahwa orang gagal ujian ketabahan dan yang lain kokoh kepadanya.  Makanya manusia tidak bisa dibandingkan dengan objek-objek.  Manusia mempunyai suatu keilahian dalam dirinya, dan dia membuktikan ini melalui ketabahannya di jalan cinta.

Lalu siapakah yang seharusnya orang cintai, dan bagaimana seharusnya orang mencinta?  Apapun seseorang cintai, baik kewajiban, manusia, seni, para sahabat, suatu cita-cita, atau ciptaan pasangannya, dia telah benar-benar yakin membuka pintu yang melauinya dia mesti melewati agar mencapai cinta tersebut yang adalah Tuhan.  Awal cinta adalah taubat; ia mengarah kepada sosok cinta yaitu Tuhan sendiri.  Ada yang mengatakan bahwa mereka mencintai Tuhan tetapi tidak kepada manusia.  Tetapi ini bagaikan berkata kepada Tuhan, “Saya mencintaiMu, tetapi bukan citraMu,”  Dapatkah orang membenci ujud manusia yang didalamnya citra Tuhan ditemukan dan meski mengaku mencinta Tuhan? Jika orang tidak toleran, tidak ingin berkorban, maka dapatkah orang mengaku pecinta Yang Mahakuasa? Pelajaran pertama adalah melegakan hati dan membangunkan rasa terdalamnya.  Tanda ketidaksucian tidak berada pada kekuatan kata-kata, bukan di posisi tinggi, baik rohani ataupun intelektual, tidak di magnetisme.  Ruh suci hanya mengungkap diri sendiri dalam cinta semua ciptaan, merupakan pancaran cinta [yang] terus-menerus dari air mancur ketuhanan dalam hati manusia.  Manakala sekali air mancur itu terpancar ia mensucikan hati.  Ia membuat hati bening untuk menyingkap kedua lahir dan bathin dunia.  Hati menjadi kendaraan bagi jiwa agar melihat semuanya dengan atau tanpanya.  Maka orang bukan hanya berkomunikasi dengan orang lain, tetapi pula dengan Tuhan.

***


Bagian ketiga
Pelatihan Akal

Bab 11

Tekad (will power)


Kehendak bukanlah suatu kekuatan; semua kekuatan disana.  Bagaimanakah Tuhan menciptakan dunia? Dengan kehendak.  Maka itu yang dalam diri kita yang kita sebut tekad berada di realita kekuatan Tuhan, suatu kekuatan yang melalui pengenalan potensinya, meningkatkan dan membuktikan sebagai fenomena paling besar dalam kehidupan.  Jika ada rahasia yang dapat dipelajari dibalik misteri dunia fenomena, ialah tekad.  Ialah dengan tekad semuanya kita lakukan.  Secara fisik atau secara mental, terselesaikan.  Tangan kita, dengan segala kesempurnaan mekanismenya, tidak mampu memegang segelas air jika tidak ada tekad yang mendukungnya.  Seseorang nampak sehat, tetapi bila tekad menggagalkannya dia tidak akan mampu berdiri, karena bukan raga itu yang membuat kita berdiri tegak, ialah tekad.  Bukan kekuatan raga yang membuat kita bergerak, ialah tekad menahan tubuh yang membuatnya bergerak.  Maka itu dalam realita burung-burung tidak terbang dengan sayap-sayap mereka, mereka terbang dengan tekad, ikan-ikan tidak berenang dengan badan mereka, mereka berenang dengan tekad.  Dan manakala manusia mempunyai kehendak untuk berenang, dia berenang bagai seekor ikan.

Manusia telah mampu menyelesaikan hal-hal besar dengan tekad, keberhasilan dan kegagalan adalah fenomenanya.  Hanyalah fenomena kehendak yang mengantarkan seseorang kepada kesuksesan; dan bilamana kehendak gagal, betapapun kemungkinan layak dan intelejennya seseorang, dia gagal.  Maka itu kehendak bukan suatu kekuatan manusia, ialah kekuatan ketuhanan dalam manusia.  Bekerjanya dengan akal masih lebih besar dibanding yang dengan raga, karena tak ada manusia dapat memegang pikiran dalam akalnya sesaat bila tak ada kekuatan kehendak memegangnya.  Bila seseorang tak dapat berkonsentrasi, tak dapat menjaga pikirannya diam untuk sesaat, berarti bahwa tekad telah menggagalkannya.

Kini tibalah kepada pertanyaan tentang dari apakah tekad dibuat.  Dalam kata-kata puitis tekad adalah cinta, dalam istilah-istilah metafisis cinta adalah tekad.  Bila orang berkata Tuhan adalah cinta, sungguh berarti Tuhan adalah kehendak, karena cinta Tuhan mengejawantah setelah penciptaan, tetapi kehendak Tuhan menyebabkan kreasi.  Maka itu aspek asal cinta adalah kehendak.  Singkatnya, Taj Mahal dikatakan sebagai pernyataan cinta yang kaisar miliki untuk kekasihnya.  Tetapi manakala orang melihat padanya secara objektif, orang tidak dapat menyebutnya ungkapan cinta, dengan segera orang menyebutnya suatu fenomena kehendak.  Karena setidaknya awal bangunan itu, orang mungkin melihat ruhnya, impuls yang memulainya, sebagai fenomena kehendak kaisar, orang dapat mengatakan bahwa setelah diselesaikan merupakan ungkapan cintanya.  Bila seorang mengatakan, “Saya menghasratinya, saya menginginkannya,” adalah suatu kehendak tak lengkap, kehendak yang tidak menyadari kekuatannya, kehendak yang tidak yakin apa kehendaknya.  Tetapi ketika dia mengatakan, “Saya menghendakinya”, itu berarti pasti.  Seorang yang tidak pernah dapat mengatakan, “Saya menghendakinya,” tidak mempunyai kehendak.

Dari sini kita bisa menyimpulkan bahwa kehendak adalah sumber dan asal semua fenomena.  Kehendak adalah tindakan jiwa.  Orang dapat pula menyebut jiwa diri dari kehendak.  Perbedaan antara kehendak dan jiwa adalah bagaikan perbedaan antara seseorang dan tindakannya.

Kehendak dan kesadaran adalah pada dasarnya sama, yaitu dua ungkapan dari satu hal yang membuat mereka berlainan, dualita ini keluar dari kesatuan.  Ialah ujud sendiri Tuhan yang dalam pengungkapan, dalam menanggapi kesadaran.  Dengan kata lain, dalam tindakan ialah kehendak, dalam kediaman [stillness] ialah kesadaran, hanya karena pada dasarnya suara dan cahaya adalah satu dan hal yang sama, yang dalam satu kondisi menghasilkan cahaya melalui gesekan getaran-getaran, sementara pada kondisi lain getaran yang sama adalah audibel [audible].  Inilah mengapa sifat dan karakter suara dari cahaya adalah satu.  Dan begitupun sifat dan karakter kesadaran dan kehendak, karena kedua hal tersebut milik ujud diri Tuhan.

Alqur’an berkata, “Kami berkata, ‘jadilah’ dan menjadilah,”  Inilah kunci kepada dunia fenomena.  Terhadap akal yang maju, terhadap pikiran lanjutan, ini menunjukkan bahwa pengejawantahan menjadi mewujud [existence] dalam menjawab kehendak tersebut yang terungkap diri sendiri dalam mengatakan, “jadilah”.  Fenomena-fenomena ini bukan hanya milik asal semua hal, ia milik seluruh ujud berbagai hal, milik seluruh proses pengejawantahan.

Sebaiknya kita melihat pada kreasi ini sebagai suatu mekanisme, seperti manusia kini melihatnya, dan kita tidak berhenti memikirkan bagaimana suatu mekanisme dapat meada tanpa seorang insinyur.  Apakah mekanisme itu? Ia hanyalah suatu pengungkapan kehendak dari seorang insinyur, insinyur membuatnya untuk kemudahanya.  Tetapi sebagaimana kita tidak melihat insinyur didepan kita dan hanya melihat mekanismenya, kita menerjunkan diri kita dalam hukum-hukum kerjanya dan melupakan insinyur yang dengan perintahnya seluruh mekanisme tersebut berjalan.  Seperti peinspirasi dan filosof besar Rumi berkata dalam Masnawinya, “Tanah, air, api, udara, ini semua nampak kepada kita bagai benda-benda dan objek-objek, tetapi dihadapan Tuhan mereka adalah ujud-ujud hidup, mereka bediri sebagai hamba taatNya, dan mereka mematuhi kehendak ketuhanan.”  Sebagian dari kehendak itu kita warisi sebagai warisan ketuhanan kita, dan kesadaran kita tentangnya yang membuatnya lebih besar, jika kita tak menyadarinya ia menjadi lebih kecil.

Sikap optimistik terhadap kehidupan yang mengembangkan kehendak, sikap pesimistik menguranginya, sampai ia dari kekuatan besarnya.  Maka jika ada yang menghambat kemajuan kita dalam hidup, ialah diri kita sendiri.  Sudah terbukti lebih seribu kali bahwa tak ada satu orangpun di dunia ini yang dapat menjadi musuh terburuk kita dari pada diri kita sendiri, karena dalam tiap kegagalan kita melihat diri kita berdiri dalam cahaya kita sendiri.

Tanah memegang benih, dan hasilnya ialah sebatang pohon yang muncul darinya.  Dan begitupun dengan hati, hati memegang benih pikiran, dan ada juga pohon yang muncul ke atas dan membawa buah-buahan pemenuhan.  Tetapi bukan hanya pikiran tetapi kekuatan pemegangan pikiran yang teramat besar kepentingannya.  Maka itu faktor hati, yang memegang hati, sangat penting untuk pemenuhan tujuan hidup.  Sering seorang berkata, “Saya telah berusaha semampu saya, tetapi saya tak dapat mengkonsentrasikan akal saya, saya tak dapat menenangkan akal saya.”  Ini benar, tetapi tidaklah benar bahwa dia telah berusaha semampu saya. ‘Semampu’ tidak berakhir disini, ‘Semampu’ benar-benar menghantarkan tujuan sampai ke pemenuhannya.

Akal bagaikan kuda tak kekang [restive].  Bawalah seekor kuda dan kuklah pada pedati, merupakan suatu pengalaman asing baginya sehingga ia akan menendang, melompat, berlari, dan mencoba menghancurkan pedati tersebut.  Dan begitupun beban pada akal memikul manakala Anda membuatnya mengambil pikiran kekecewaan, nyeri, kepedihan, kesedihan atau suatu kegagalan, yang tak dapat Anda jauhkan dari pengikatnya yang memegangnya.  Tetapi bila Anda meminta akal memegang pikiran partikular, maka ia berkata, “Saya tidak akan memegangnya.”  Bilamana sekali akal didisiplinkan melalui konsentrasi, dengan tekad, maka ia menjadi pelayanmu.  Dan sekali akal menjadi pelayanmu, apalagi yang Anda inginkan?  Kemudian akalmu [berada dalam penguasaanmu], Andalah raja dari kerajaanmu.

Mungkin orang bertanya mengapa kita tidak boleh membiarkan akal bebas juga, sebagaimana kita bebas.  Tetapi kita dan akal bukan dua hal, sehingga seperti mengatakan, “Biarkan kuda itu bebas dan penunggangnya [pula] bebas.”  Maka kuda ingin ke selatan dan penunggang akan berkeinginan menuju utara.  Bagaimana mungkin mereka pergi bersama?  Ada pula orang-orang bahkan berkata, “Biarkan kami bebas, dan biarkan kehendak [pun] bebas.”  Lalu apakah kita ini?  Kita bukan apa-apa.  Disiplin mempunyai tempat di kehidupan manusia.  Dan disiplin diri, betapapun sulit dan mengekangnya mungkin nampak kepada kita pada awalnya, masih ialah yang pada akhirnya membuat jiwa penguasa diri.  Bukanlah kesia-siaan yang para arif dan pakar menjalani kehidupan asketik, ada tujuan didalamnya.  Ini bukanlah sesuatu untuk mengikut, tetapi seharusnya dimengerti apakah manfaat mereka membuatnya, apa yang mereka selesaikan dengannya.  Ialah disiplin diri, pengembangan tekad.

Semua kekurangan yang kita temukan dalam kehidupan adalah kurang kehendak, dan seluruh keberkahan yang mendatangi kita datan dengan tekad.  Beberapa orang mengira bahwa tekad tidak bergantung pada diri kita, bahwa ialah karunia kepada orang-orang sebagai anugerah, sebagai keberkahan.  Tidaklah bergantung pada diri kita, tetapi ialah diri kita sendiri.  Tidak diragukan merupakan anugerah dan keberkahan, tetapi pada saat bersamaan ia ditemukan dalam diri kita, ialah hakikat ujud kita.

MENGEMBANGKAN KEHENDAK

Tabiat kehidupan yang kita jalani adalah untuk merampas kehendak kita.  Bukan hanya perjuangan yang kita harus jalani dalam kehidupan, tetapi pula diri kita sendiri, pikiran kita hasrat kita, keinginan kita, motif [motife] kita memperlemah kehendak kita.  Orang yang mengetahui bagaimana batin [innerbeing] kita dihubungkan dengan kehendak sempurna akan menemukan yang membuat kehendak kita lebih kecil, lebih dangkal, lebih terbatas, adalah pengalaman kita selama hidup.  Kenikmatan kita merampas kehendak kita yang menyebabkan kesedihan kita, kesenangan kita merampas kehendak kita yang menyebabkan kepedihan kita.  Satu-satunya jalan mempertahankan tekad adalah dengan mempelajari perujudan kehendak dan dengan menganalisis apa diantara semua hal dalam diri kita yang adalah kehendak.

Mungkin nampak bahwa motif meningkatkan tekad, tetapi pada akhirnya kita akan menemukan bahwa ia merampas kita dari tekad.  Motif adalah suatu bayangan pada intelejensi, walaupun semakin tinggi motif, semakin tinggi jiwa, semakin besar motif,  semakin besar manusia.  Manakala motif berada dibawah ideal merupakan kejatuhan manusia, dan tatkala motifnya adalah idealnya merupakan kenaikannya.  Berdasarkan kepada lebar motif maka visi manusia lebar, dan berdasarkan kepada kekuatan motif kekuatan manusia besar.

Ada pepatah, “Manusia mengajukan, Tuhan memutuskan”.  Orang selalu dihadapkan dengan kekuatan yang lebih besar dari pada dirinya sendiri yang tidak selalu mendukung hasratnya.  Dan biasanya seorang dengan kehendak, berhadapan dengan kekuatan lebih besar, cepat atau lambat pasti menyerah dan terkesan oleh hilangnya kehendaknya sendiri.  Ini satu contoh, tetapi seratus contoh dapat diberikan untuk menunjukkan bagaimana orang dirampas kehendaknya tanpa menyadarinya.  Amat sering seorang mengira bahwa dengan menjadi aktif atau kukuh dia mempertahankan kehendaknya, dan bahwa dengan menjadi pasif di kehilangan kehendaknya.  Tetapi tidaklah demikian.  Dimana terjadi pertempuran disitu ada maju dan ada mundur.  Dengan mundur orang tidak dikalahkan, dan dengan maju orang tidak selamanya menang.  Orang yang setiap saat memaksakan kehendaknya sangat cepat menegangkannya dan melelahkannya, seperti terlalu yakin tentang seutas tali yang seseorang pegang sambil menggesekkannya pada sisi tajam dari sebuat batu.  Sangat sering orang melihat bahwa orang banyak yang menggunakan tekad besar gawal lebih cepat dari pada orang-orang yang tidak menggunakannya.

Selalu juga terjadi peperangan antara tekad dan kebijakan; dan hal yang pertama dan paling bijaksana dilakukan adalah menghantarkan keselarasan antara mereka.  Manakala seorang berkata, “Saya ingin melakukan ini, saya akan melakukan ini,” dan pada saat yang sama hatinya [sense] berkata, “Tidak, Anda tidak dapat melakukannya, Anda tidak seharusnya melakukannya,” lalu meski dengan sepenuh tekadnya baik dia tak dapat melakukannya atau dia akan melakukan sesuatu melawan pertimbangan lebih baiknya.

Inipun menunjukkan [kepada] kita kehidupan dalam cahaya yang lain.  Orang-orang yang bijak tetapi tanpa kehendak sepayah orang-orang dengan tekad tetapi tanpa kebijakan.  Tidaklah berguna meletakkan kebijakan di depan dan tekad di belakang, tidak pula ada gunanya meletakkan tekad didepan dan kebijakan di belakang.  Yang perlu adalah membuat keduanya menjadi satu, dan ini dapat dilakukandengan menyadari tindakan keduanya dalam semua orang lakukan.  Pada saat yang sama orang dapat melatihnya dalam kehdupan sehari-hari orang dengan menyelamkan diri sendiri tentang hal-hal orang sukai.  Jika seorang selalu mendapatkan yang dia inginkan, tidak diragukan dia memanjakan kehendaknya, sehingga kehendaknya tidak mempunyai reaksi.

Gugahan [stimulus] diberikan kepada kehendak tatkala orang menyelamkan diri sendiri tentang apa orang inginkan, maka kehendak menyadari diri sendiri, hidup, ia bertanya-tanya mengapa ia tidak seharusnya memilikinya.  Singkatnya, seorang ingin [buah] peach, tetapi pada saat yang sama dia sangat tertarik kepada bunga peach itu.  Dia pikir bunga itu indah, dan lalu gagasannya muncul, mengapa tak membiarkannya pada pohonnya?.  Itu yang membuat dia memutuskan tidak memetiknya.  Ini memberi dia gugahan, karena hasrat pertama keinginan untuk menggenggamnya, dan lalu indera ingin bekerja dengannya karena cahaya datang dari gesekan, begitupun tindakan [does] akan datang dari gesekan.

Tekad berada dalam pengendalian, kebalikan dengan imajinasi, yang bekerja tanpa kendali, karena jika orang ingin mengendalikannya [malah] orang memainkannya.  Tiada di dunia ini, baik dalam alam [sphere] akal atau pada dunia fisik, dapat bergerak tanpa tekad, tetapi sementara satu hal tekad berada dalam kendali mutlak, dengan yang lainnya ia bekerja secara otomatis.

Ada musuh yang lain tekad, dan yaitu kekuatan hasrat, kadang-kadang ini merampas tekad kekuatannya, kadang-kadang tekad menjadi kuat oleh konflik dengan hasrat.  Pengabaian diri terpikir dalam Injil umumnya bermakna pengekangan hasrat.  Ini tidak seharusnya diambil sebagai prinsip tetapi sebagai suatu proses.  Orang-orang yang mengambilnya sebagai prinsip telah tersesat, orang-orang yang mengambilnya sebagai suatu proses telah beruntung.

Musuh indera, kebijakan, adalah kurangnya ketenangan akal.  Bilamana akal tenang ia menghasilkan pikiran yang benar, dan kebijakan biasanya muncul sebagai sebuah air mancur.  Maka itu para sufi telah memikirkan latihan yang berbeda, kedua dalam bentuk fisik dan mediatif, untuk membuat akal tenang, sehingga kebijakan yang berada disana mungkin memancar bagaikan sebuah air mancur.  Bukan di air beriak yang orang dapat melihat citranya terpantulkan, di air tenanglah yang orang melihatnya dengan jelas.  Hati kita bagai air, dan bilamana ia diam kebijakan memancar dengan sendirinya.  Kebersamaan kebijakan dan kehendak yang bekerja menuju suatu isu keberhasilan.

Tekad secara sistematis dikembangkan melalui pendisiplinan raga.  Raga harus duduk dalam postur disarankan, ia harus berdiri ditempat ia diminta berdiri.  Raga tidak seharusnya menjadi lelah, penat, dengan apa yang diminta [melakukan]nya, tetapi seharusnya menjawab permintaan orang yang memilikinya.  Pada saat sufi memulai mendisiplinkan raga, dia mulai melihat betapa tak disiplinnya ia selalu, lalu ia menemukan bahwa raga inilah yang dia selalu menyebut “milikku,” “saya sendiri”, dan demi kenyamanannya dia selalu melakukan apapun dia mampu, sehingga orang tak berkeyakinan [infedel] ini nampak lebih tak patuh, lebih tak yakin.

Setelah itu datanglah kedisiplinan akal.  Ini terlaksanan melalui konsentrasi.  Tatkala akal memikirkan sesuatu yang lain dari orang menginginkannya berpikir pada satu pikiran yang spesifik, maka ia menjadi sangat tidak tenang, ia tidak mau berhenti sejenak, karena ia sudah terbiasa tanpa disiplin.  Kesulitan muncul manakala orang mencoba berkonsentrasi, ia mulai melompat, sementara pada waktu lain ia hanya bergerak-gerak.  Tetapi akal dimaksudkan agar menjadi pelayan patuh, sama halnya raga dimaksudkan agar menjadi alat patuh yang dengannya mengalami kehidupan.  Bila mereka tidak bekerja baik [in order], jika ia tidak bertindak seperti orang mengimpikannya, maka orang tak dapat mengharapkan kebahagiaan sejati, kemudahan nyata dalam hidup.

Adal dapat dilatih dengan menganggapnya sebagai entitas terpisah, menjaganya, dan mengajarnya.  Ada ego dan [pula] ada akal, kita harus melihat pada akal dan berpikir, “Sayalah akal, akalku berada dihadapanku,” dan lalu menganalisisnya, bayangkan ia sebagai entitas, dan bercakaplah dengannya, dan jawaban akan datang.  Bahkan hewanpun dilatih, tak dapatkah manusia melatih akalnya?  Bilamana orang tak mampu melatih diri sendiri ini hanya berarti bahwa orang tak mau mengambil persoalan.  Singkatnya, sangat sering manakala diminta untuk membaca puisi, orang-orang akan berkata, “Ya, saya akan senang membacanya dengan segera.”  Mereka tidak mau melatih otak mereka.  Pertama mereka tidak mau mengambil kesukaran bagi orang lain, dan lalu kemalasan mereka meningkat dan mereka mungkin sampai pada suatu keadaan dimana mereka tidak mau mengambil kesukaran bagi diri mereka sendiri.  Ia memulai dengan keegoisan [selfishness] – mereka tidak mau berpikir tentang orang lain – dan lalu ia berakhir oleh seorang yang tidak ingin berpikir tentang dirinya sendiri.  Lalu apakah yang dipikirkannya? Tiada satupun.

Orang seharusnya berkata kepada akal, “Lihatlah disini, Andalah akalku, Andalah peralatanku, Andalah budak dan pelayanku, Anda disini untuk menolongku.  Anda akan melakukan apapun yang saya inginkan, Anda akan berpikir apapun yang saya inginkan, Anda akan melakukan apapun yang saya inginkan.  Anda tak akan berpikir atau merasakan apapun yang berbeda dari keinginanku, karena Anda adalah akalku dan Anda harus membuktikan pada akhirnya menjadi milikku.”  Dengan melakukan ini kita memulai menganalisis akal kita, kita mulai melihat dimana ia berkarat, apatah ia telah menjadi terlalu dingin atau terlalu panas, kita dapat melatihnya sendiri, berdasarkan kondisinya, dan kitalah yang pelatih terbaik bagi akal kita, lebih dari siapapun di dunia ini.

Kehendak dapat diperkuat melalui latihan, dengan mendorongnya menanggungi rintangan dengan dan tanpa, melalui tindakan berlawanan terhadap kecondongan sendiri, melalui pemegangan impuls dalam pemeriksaan, tidak membiarkan mereka menuju jangkauan terpanjang [the full length] ayunan mereka, dengan menahan tiap tindakan atau pengungkapan kepada yang orang mungkin condong, tidak membiarkan diri sendiri menjadi terkuasai oleh kemarahan, kesenangan [laughter], kesedihan, atau oleh kegembiraan serta kesedihan yang ekstrim, ataupun suasana emosi [mood] apapun, tetapi lebih baik mengganti emosi tersebut kepada lawannya [marah ke kelembutan, kegembiraan ke kesedihan, kepedihan ke kesenangan], dengan memeriksa emosi dan menghapusnya, atau dengan menahannya dalam kenali kita sementara nantinya membiarkannya mendapatkan penyalurannya.

Mengetahui kapan mempertahankan dalam kehendak kita dan kapan memasukkan kepada kehendak orang-orang lain sering sulit, dan kadang-kadang kita mengira sangat sulit mengetahui apa kehendak Tuhan dan apa kehendak kita sendiri.  Kadang-kadang enam bulan kemudian, kadang-kadang setahun atau bertahun-tahun setelahnya, kita melihat dengan jelas apa yang sudah seharusnya kita lakukan pada kasus tertentu, apa jalan yang sudah seharusnya kita tempuh, yang pada saat kita tidak dapat menjelaskan walaupun kita telah mencobanya.  Jika pada saat kesulitan itu kita sebelumnya setenang setelahnya, seperti bebas dari pikiran-pikiran kesenangan, kegembiraan, ketaknyamanan, atau kerugian yang akan berakibat kepada diri kita sendiri dari tindakan kita, kita harus melihat sejelasnya pada saat itu dan mencerap dengan jelas kehendak Tuhan.

Kehendak dapat menjadi kuat sehingga ia mengendalikan raga, membuatnya sehat sepenuhnya.  Tetapi mungkin orang bertanya, lalu bagaimanakah tentang kematian?  Kematian bukan suatu yang asing bagi tekad, meski disebabkan oleh tekad.  Ada yang mengira orang tidak mengundang kematiannya.  Sesungguhnya, memang tidak, tetapi kehendak pribadi menjadi melemah dan kehendak lebih besar mengesankan kehendak lemah ini, bebalik kepada dirinya sendiri.  Karena kehendak lebih kecil milik kehendak lebih besar.  Para sufi menyebut yang pertama [sebagai] kadr dan yang kemudian [sebagai] kazha.  Kazha memantulkan perintahnya pada kadr, dan kadr tanpa sadar menerimanya.  Pada tampaknya seseorang mungkin masih ingin hidup, tetapi di kedalaman dia telah menarik diri untuk mati.  Jika orang tidak menarik dirinya bagi kematian sebelum hidupnya diambil darinya, dia tak akan mati.

Penarikan kehendak manusia kepada kehendak ketuhanan adalah penderitaan nyata.  Setelah penderitaan itu lalu kebangkitan orang dapat mendatangi ini dengan menharapkan ridha Tuhan, dan tidaklah sulit, sekali orang telah mengharap ridhaNya.  Hanya bila orang tidak memulai mencoba sehingga orang tidak mengetahui ridha Tuhan.  Tetapi terpisah dari ini ada pelajaran lain yang sufi telah mengajarkan: mengharapkan keridhaan kawan sendiri.  Ini hal yang sangat penting yang orang sering enggan lakukan.  Dia lebih berkehendak melaksanakan keridhaan Tuhan, tetapi manakala orang memintanya mengharapkan keridhaan kawannya dia menolak.

Dalam kasus apapun, apapun bentuknya, orang mencari keridhaan hanya satu dan sama [yakni] yang Maujud.  Orang memulai dengan pengunduran, tetapi bilamana orang telah belajar terundur dalam kehidupan, tetapi bilamana orang diposisikan kepada kehendak ketuhanan, orang tidak perlu terundurkan, karena keinginan orang menjadi impuls ketuhanan.


***



Bab 12

Konsentrasi


Agar memperoleh pengetahuan konsentrasi, membutuhkan bukan hanya kajian tetapi juga kesetimbangan.  Sebelum menyentuh subyek ini saya akan menjelaskan motiv apa yang kita miliki dibalik konsentrasi.  Terdapat dua aspek kehidupan, kehidupan bersuara dan kehidupan hening.  Melalui kehidupan bersuara yang saya maksudkan, semua sensasi yang kita alami melalui kehidupan panca indera kita.  Manakala orang bertanya apa keuntungan orang bermula berhubungan dengan kehidupan hening.  Jawabannya adalah kehidupan tersebut sehening kehidupan hening itu sendiri.  Kehidupan sensasi menjadi jelas, keuntungannya jelas, dan meski sebatas kehidupan sensasi tersebut, sangat terbatas keuntungannya.  Itulah sebabnya mengapa kita mendapatkan semua pengalaman kita bernilai kecil.  Kepentingannya berlangsung sepanjang kita mengalami mereka, tetapi setelah itu kepentingan kehidupan sensasi habis.

Nilai kehidupan hening berdiri sendiri.  Kita diarahkan untuk menempelkan suatu nilai kepada sesuatu yang berkaitan [dengan] kehidupan terluar kita.  Kehidupan hening tidak memberi kita keuntungan khusus, tetapi keuntungan umum.  Dengan kata lain, bila ada luka kecil di badan penggunaan eksternal dari pengobatan tertentu dapat menyembuhkannya, tetapi ada obat lain yang dapat menyembuhkan kondisi umum tersebut, dan ini lebih memuaskan ketimbang penyembuhan luar tersebut, meski sedikit spektakuler.

Orang tak dapat secara pasti mengatakan apa keuntungan yang diperoleh dengan konsentrasi, tetapi dalam realita setiap macam keuntungan menjadi tercapai melaluinya, dalam segala arah.  Terdapat dua macam konsentrasi, otomatis dan kesengajaan konsentrasi, otomatis ditemukan di banyak orang yang tidak mengetahui bahwa mereka berkonsentrasi meskipun mereka melakukan, mereka berkonsentrasi secara otomatis, beberapa orang [diantaranya] tak menguntungkan mereka, beberapa orang [yang lain] menguntungkan mereka.  Orang-orang yang berkonsentrasi agar menguntungkan mereka adalah orang-orang yang akalnya terikat pada bisnis mereka, pada seni mereka, pada pekerjaan apapun yang mereka miliki.  Merekalah orang-orang yang karena konsentrasi mereka [sehingga] dapat bekerja lebih berhasil, berdasarkan kekuatan konsentrasi seseorang, sehingga akan [meraih] sukses mereka.

Suatu kali saya berkesempatan menikmati mendengarkan Paderewski di rumahnya sendiri.  Dia mulai memainkan pianonya dengan lembut.  Setiap nada membawanya kedalam lautan musik yang lebih dalam.  Orang meditatif manapun dapat melihat dengan jelas bahwa dia begitu berkonsentrasi pada apa yang dia lakukan sehingga dia tak tahu dimanakah dia berada.  Karya komposer besar yang akan selalu hidup, yang menguasai hati manusia, dari tempat manakah mereka datang? Dari konsentrasi.  Begitupun halnya dengan penyair, begitupun halnya dengan artis, konsentrasilah yang menjadi warna dan garis, yang membuat gambar.  Biasanya, apatah seseorang adalah artis ataupun penulis, musisi atau pujangga, dalam bisnis ataupun industri, dalam ketakhadiran konsentrasi orang tak akan pernah berhasil.

Kadang-kadang konsentrasi bekerja bagi ketak-untungan seseorang.  Ada orang-orang yang selalu berpikir bahwa mereka tak beruntung, bahwa setiap yang mereka lakukan akan salah jalan, bahwa orang-orang tak menyukai mereka, bahwa orang-orang membenci mereka.  Berapa orang mulai menganggap bahwa mereka tak mampu melakukan apapun, bahwa mereka tak sanggup, tak berguna.  Yang lain lepas dari belas-kasihan diri berpikir bahwa mereka sedang sakit.  Pada cara tersebut meskipun mereka tidak sakit mereka menciptakan penyakit.  Beberapa orang melalui konsentrasi merengkuh penyakit, selalu berpikir tentangnya.  Tak ada tabib yang dapat berhasil dengan mereka.  Suatu kali seorang tabib tua berkata, “Terdapat banyak penyakit, tetapi lebih banyak lagi pasien.”  Sekali seorang menjadi pasien melalui konsentrasi, dia sulit sembuh.  Dan banyak terdapat kasus konsentrasi otomatis [yang] tak menguntungkan manusia.

Konsentrasi intensional diajarkan oleh para perenung, filosof, dan orang-orang meditatif.  Keseluruhan mistik ini dapat dibagi kedalam empat tingkatan berbeda.  Yang pertama adalah konsentrasi, berikutnya kontemplasi, yang ketiga meditasi, yang keempat realisasi.

Tingkat pertama adalah melekatkan pikiran pada satu objek.  Orang tidak seharusnya berkonsentrasi pada objek apapun yang datang bersama, karena pada apa yang orang konsentrasikan mempunyai pengaruh pada seseorang.  Manakala orang berkonsentrasi pada objek mati ia mempunyai pengaruh mematikan jiwa, bilamana orang berkonsentrasi pada objek yang hidup secara alami mempunyai pengaruh hidup.  Rahasia dari ajaran semua Rasul dan ahli mistik ditemukan disini.

Konsentrasi ini dicapai dalam tiga cara berbeda.  Yang pertama adalah melalui tindakan.  Orang melakukan gerakan tertentu atau melakukan tindakan yang menolong akal untuk berkonsentrasi pada objek tertentu.  Cara lain adalah dengan bantuan kata-kata.  Dengan pengulangan kata-kata tertentu orang belajar berpikir secara otomatis tentang suatu objek tertentu.  Cara yang ketiga adalah dengan bantuan memori.  Memori bagaikan tempat penampungan pembangun.  Dari sinilah pembangun mengambil apapun yang diinginkan, ubin, pilar-pilar, batu bata, apapun yang dia inginkan.  Orang yang berkonsentrasi dengan cara ini melakukan hal yang sama [dengan] anak-anak yang mempunyai batu bata untuk membangun rumah mainan dengannya.  Dia mengumpulkan benda-benda di memorinya, dan dengan mereka dia menyusun objek-objek agar supaya berkonsentrasi pada apa yang dia inginkan.

Mengenai kontemplasi, hanya jika seseorang cukup ahli sehingga dia dapat berkontemplasi, karena kontemplasi bukan pada objek, adalah pada ide.  Tak diragukan seorang mungkin berpikir bahwa dia siap melakukan apapun, dan setelah berkonsentrasi, dia dapat berkontemplasi, tetapi sifat-sifat akal adalah sedemikian bentuk sehingga ia melenting dari genggaman [pada] saat orang mencoba menahannya.  Maka  itu, sebelum orang benar-benar memulai berpikir sebelumnya akal telah melemparkan objek konsentrasi seperti kuda liar.  Akal tidak selalu begitu tak [dapat] diatur.  Ia terbukti tak dapat diatur manakala ia ingin mengatur diri sendiri, seperti tubuh, orang mungkin merasa beristirahat penuh duduk secara alami, tetapi begitu seorang mempertahankan diam tak bergerak selama lima menit, tubuh mulai merasa [hendak] bergerak-gerak.  Dan masih lebih sulit membuat akal [menjadi] patuh.  Maka itu, ahli mistik menemukan sebuah tali untuk mengikat akal di suatu tempat tertentu dimana ia tak dapat bergerak.  Apakah tali itu? Tali tersebut adalah  nafas.  Karena tali itulah sehingga mereka mengikat akal dan membuatnya berdiri dimana mereka inginkan untuk berdiri.  Seperti burung menggunakan air liurnya untuk membuat sarangnya, sehingga ahli mistik kehabisan nafas [dalam] menciptakan atmosfir, menciptakan cahaya dan magnetisme pada tempat untuk hidup.

Salah satu kekhasan akal ialah bahwa ia seperti sebuah rekaman gramaphone, apapun yang diimpreskan padanya, mampu di reproduksi.  Kekhasan lain adalah bahwa bukan hanya memproduksi sesuatu tetapi mencipta apa yang terkesan padanya.  Bila kejelekan terekam, akan memproduksi ketidak-akuran,  ketak-selarasan.  [Dengan] mempelajari konsentrasi memperjelas rekaman dan membuatnya memproduksi yang kita inginkan, bukan apa-apa yang keluar secara otomatis.  Di dunia ini, orang begitu terbuka terhadap pengesanan, orang berjalan dengan mata dan telinga terbuka.  Tetapi bukan hanya mata, bukan pula hanya telinga yang terbuka, bibir-bibir terbuka agar mengeluarkan yang mata dan telinga masukkan, dan inilah bagian yang membahayakan.

Bagian ketiga konsentrasi adalah meditasi.  Pada tingkat ini orang menjadi komunikatif.  Orang berkomunikasi dengan kehidupan hening, dan secara alami komunikasi membuka pula dengan kehidupan terluar.  Maka itulah sehingga manusia menyadari bahwa kedua kehidupan terluar dan terdalam, kenyataannya segala hal, adalah komunikatif.  Lalu dia memulai mempelajari apa yang tak akan pernah dipelajari melalui pengkajian ataupun dari buku-buku.  Kehidupan hening itu adalah guru terbesar dan mengetahui semua hal.  Bukan hanya mengajar, tetapi ia memberikan kedamaian, kenikmatan, kekuatan dan keselarasan yang membuat hidup indah.

Tak seorangpun yang mengaku menjadi meditatif.  Karena orang meditatif tidak perlu mengatakannya dengan bibir.  Atmosfirnyalah yang mengatakannya, dan atmosfir itu sendiri yang dapat mengatakan apatah salah atau benar.  Pernah saya menanyai guru ruhani saya apakah anda mengetahui Tuhan.  Dia berkata, “Bukan orang-orang yang menyebut nama Tuhan, tetapi orang-orang yang tak bersuara mengatakannya.”  Banyak orang yang mengembara melihat, mencari sesuatu yang berharga, sesuatu yang luar biasa, tetapi tak ada yang lebih luar biasa dari pada jiwa manusia.

Realisasi adalah hasil dari ketiga tingkatan [yang pertama].  Jenis ketiga dari pengalaman manusia mengejar meditasi, tetapi pada tingkatan ini, meditasi mengejar manusia.  Dengan kata lain, tidak lama lagi biduan menyanyikan lagu, tetapi lagulah yang menyanyikan biduan.  Tingkat keempat ini adalah sejenis ekspansi kesadaran, adalah pemaparan jiwa, penyelaman mendalam bersama diri sendiri, berkomunikasi dengan tiap atom keberadaan kehidupan di seluruh dunia, adalah kesadaran yang nyata yang membentukkan pemenuhan tujuan kehidupan.

KONSENTRASI MISTIK

Getaranlah yang menjadi odibel (audible), dan atom-atomlah yang menjadi dapat terlihat (visible).  Terdapat dua macam getaran, halus dan kasar, dan pula ada dua macam atom, yang  juga adalah halus dan kasar.  Getaran halus tidak terserap oleh telinga tetapi sens pencerapan.  Ini adalah getaran-getaran perasaan, yang menghantarkan mereka ke yang lain sampai ke perluasan tertentu.  Atom-atom halus tak terlihat oleh mata kita tetapi oleh sens pencerapan kita.  Mengelompokkan bersama, ini membentuk pikiran.  Semakin kasar suatu getaran-getaran bunyi dan suara yang telinga luar kita mendengar[nya], dan semakin kasar atom-atom adalah yang atom-atom yang membentuk substansi yang mata kita dapat melihat.

Dengan konsentrasi dimaksudkan mengelompokkan bersama atom-atom halus pada model objek-objek yang nampak oleh mata kasat kita sehingga membentuk pada akal kita suatu gambar objek-objek sebagaimana nampak oleh mata kita di dunia eksternal.  Awalnya sulit, [karena] akal kita tak pernah dikendalikan, dan maka itu tidak terbiasa taat.  Ia akan menjadi lelah tatkala menahan pikiran apapun yang terdiri dari atom-atom halus.  Tetapi bila perasaan yang menahan pikiran, maka kuat bertahan, meski melawan hasrat.  Karena atom adalah keluaran getaran, dan manakala getaran menahannya, atom tersebut tertahan bagaikan baja dengan magnet.  Maka itu konsentrasi dikembangkan melalui penahanan objek dengan pertolongan perasaan.  Disinilah rahasia semua kerja keras (devotion).

Kehendak memerankan bagian terpenting dalam konsentrasi.  Kerjanya yang pertama-tama adalah mengambil atom-atom dari gudang memori, dan lalu menahan mereka bersama-sama, membuat satu visi tunggal untuk dikonsentrasikan.  Maka itulah sehingga kehendak kuat dapat berkonsentrasi lebih baik ketimbang kehendak lemah.  Orang-orang yang menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan besar dan pekerjaan-pekerjaan sulit serta orang-orang yang berhasil dalam setiap perusahaan yang mereka jalankan adalah para pemilik kehendak kuat.  Kehendak mengembangkan konsentrasi, dan konsentrasi mengembangkan kehendak.  Orang-orang yang berubah-ubah, yang beranjak dari satu pikiran kepada yang lain,  memperlihatkan kurang kehendak sebagaimana kurangnya konsentrasi.

Setiap orang, apakah akrab dengan hal-hal mistik atau tidak, biasanya mempunyai fakultas berkonsentrasi terhadap derajat lebih rendah atau tinggi.  Tentu saja orang mengembangkan fakultas tersebut melalui latihan, dan dengan tak menggunakan fakultas tersebut melemahkannya.  Kurang dikenal terhadap dunia, tetapi rahasia besar yang dimengerti dan dilatih oleh para ahli mistik, sehingga jika kehendak mampu mengambil atom-atom dari memori dan menyusun visi dikehendaki dan menahannya, saatnya menjadi mampu menguasai semua urusan di dunia, betapapun kemungkinan sulitnya mereka [urusan tersebut].  Bilamana kesempurnaan dicapai dalam hal ini, [berarti] orang telah mencapai kekuatan ajaib yang tidak mungkin bagi dunia  memungkinkan bagi seseorang.

Konsentrasi bisa dipertimbangkan [dalam] tiga macam.  Pertama memvisualisasikan bentuk, kedua memikirkan tentang sebuah nama, suatu bentuk yang tak berlainan, yang ketiga adalah pikiran tentang sifat yang berada dibalik bentuk dan nama. Orang yang belum menguasai konsentrasi pada bentuk dalam perluasan penuhnya tidak seharusnya mencoba jenis kedua, dan setelah mencoba jenis kedua konsentrasi secar menyeluruh, orang bisa mencoba yang ketiga.  Kurang  di tingkat pertama akan berlanjut pada yang kedua dan ketiga, maka itu yang pertama harus benar-benar dikuasai dengan baik.

Ada tiga jenis konsentrasi pada jenis pertama konsentrasi, memvisualisasikan suatu objek, menilik sampai ke rinci bentuk tersebut, dan memvisualisasikan ketubuhan bentuk pada saat yang sama.

Juga terdapat tiga jenis konsentrasi pada nama.  Jenis pertama adalah menahan nama seseorang atau objek yang dikenal agar menyatu dalam akal dan membentuknya melalui imajinasi seseorang.  Jenis kedua adalah menyimpan nama seseorang atau objek dalam akal dengan memori yang sama.  Yang ketiga adalah menahan nama suatu entitas yang sulit terbayangkan, yaitu [hal-hal] diluar jangkauan mata ataupun akal.

Dalam konsentrasi pada sifat juga terdapat tiga jenis.  Yang pertama berada pada perasaan-perasaan alami, seperti kebajikan, kebaikan, keramahan, atau kepahitan.  Jenis kedua berada pada kekayaan, kekuasaan, jabatan, atau magnetisme.  Dan yang ketiga berada pada intuisi, inspirasi, keberkahan, illuminasi.

Kemajuan bertingkat, setapak demi setapak, dianjurkan dalam konsentrasi yang harus dilanjutkan dengan ketahanan, dorongan, dan kesabaran.

Langkah pertama bagi konsentrasi adalah observasi.  Orang yang kurang observasi tak dapat berkonsentrasi [dengan] baik.  Konsentrasi bergantung pada kekokohan akal, dan kekokohan ini dapat dibawa-bawa melalui daya tarik.  Orang-orang yang tidak mempunyai daya tarik atau siapapun yang tidak mempunyai kekokohan akal, dan orang-orang yang akalnya tak kokoh tak dapat mengobservasi dengan tepat.  Konsentrasi pada guru-guru rohani, terlatih diantara kedua orang-orang Hindu dan para Sufi, [yang] mengajarkan rahasia ini.

Selama waktu seseorang mengobservasi suatu objek, sepanjang dalam proporsi memorinya cukup dan bisa berada didepan mata persepsinya kapanpun dia ingin.  Bila kita memikirkan hal tertentu dan [kita] tak dapat mengingat-ingat ke memori kita, mungkin akal kita tak kompak [unsteady] pada saat itu atau terdapat kekurangan observasi tentang objek tersebut tatkala kita melihatnya. Tak ada cara yang lebih baik mengolah [cultivate] memori sendiri ketimbang melalui observasi tentang suatu objek tinggal pada waktu tertentu.  Observasi memperlihatkan dengan pengamatan mendalam mereka tentang suatu tekad, akal kokoh dan kapasitas untuk berkonsentrasi.

Setiap objek yang sekali mata telah melihat disimpan dalam-dalam lebih atau kurang di memori seseorang, ia pada saat [itu] menebar menjadi serpihan-serpihan.  Manakala orang mengingatnya, orang [tersebut] mengumpulkan melalui tekad serpihan-serpihan yang sebelumnya tertebar, membuatnya utuh.

Muncul pertanyaan, apa yang membuat  objek tersebut menebar?  Jawabannya adalah bayang-bayang objek lain yang kita lihat dan simpan di akal jatuh pada objek tersebut, memotong-motongnya menjadi serpihan-serpihan.  Dan meski serpihan-serpihan setiap objek tetap berdekatan bersama, [tetapi] afinitas antara serpihan-serpihan yang menahan mereka.  Orang mengumpulkan mereka dengan tekadnya dan dengan cahaya intelegensi dalam keadaan jaganya.  Dalam mimpi kadang-kadang dia tak dapat mengelompokkan mereka dengan baik, karena cahaya intelegensi meremang dan tekad  melemah.  Maka itu orang sering melihat seekor singa dengan sayap-sayap elang atau seseorang dengan telinga gajah. Semua hal terlihat atau tidak yang orang lihat dalam mimpi-mimpinya adalah serpihan-serpihan dari lebih dari satu oleh yang menggabung bersama, disebabkan oleh kurangnya kehendak dan intelegensi.

Konsentrasi jauh lebih penting daripada aktivitas apapun dalam kehidupan, karena ia bukan aktivitas pula bukan istirahat, dan nyatanya adalah keduanya.  Aktivitas pada inderalah sehingga orang mencipta dan menyusun objek konsentrasi dan diletakkan pada indera sehingga sementara orang menahan objek tersebut yang padanya orang berkonsentrasi orang mengendalikan dengan meletakkan aktivitas lebih lanjut dari akal.  Seseorang bagaikan penunggang menahan kudanya sesaat manakala ia berdiri pada kaki belakang, yang membentukkan aktivitas dan beristirahat pada saat yang sama.

Konsentrasi bisa dibagi menjadi tiga tingkat, perintah, aktivitas, dan kendali.  Pertama, kehendak memerintah akal agar aktif dan mencipta objek yang diinginkan kemudian, secepatnya akal membawa perintah tersebut dengan meyusun objek berdasarkan kemampuannya.  Dan ketiga, kehendak menahan aktivitas lanjutan dari akal seperti tuan penunggang akan menahan kekang kudanya, untuk mencegahnya dari mengambil langkah-langkah selanjutnya dari tempat dimana dia menginginkannya berhenti.

Halangan terbesar yang berdiri melawan konsentrasi adalah pikiran tentang ujudnya sendiri.  Manakala orang berpikir tentang keberadaan seseorang dan pada saat yang sama berpikir, “Saya sedang berkonsentrasi pada objek tertentu,” tidak mungkinlah melakukan konsentrasi penuh.  Semakin orang kehilangan pikiran tentang ujud sendiri dari konsentrasinya, orang itu semakin mampu berkonsentrasi.  Kesadaran diri adalah musuh dari pembicara, penyanyi, dokter atau pengacara, sehingga membentukkan musuh besar dari orang yang berkonsentrasi.  Konsentrasi dilatih agar menghindari kesadaran diri, dan sementara berkonsentrasi menggunakan puasa melawan aktivitas konstan dan terkendali dari akal.

Kadang-kadang seseorang menggambarkan suatu objek dalam penglihatan akalnya dan melihatnya, setelah suatu waktu, berdiri dihadapan realita seseorang.  Semakin banyak konsentrasi akal seseorang, semakin banyak dia mengalami pengalaman ini.  Saya teringat hal-hal yang pernah saya gambarkan di akal saya menjadi realita meski setelah dua belas tahun kemudian.

Orang yang bertanya-tanya apatah konsentrasi yang membuat suatu hal terjadi sejalan dengan waktu, ataukah konsentrasi sebelumnya mencerap apa yang akan terjadi.  Faktanya bahwa kedua hal tersebut benar.  Misalnya seseorang memikirkan membeli berlian [dengan] bentuk tertentu, jenis tertentu.  Barangkali berpikir terlalu kuat dan mendalam tentang itu pada suatu waktu yang lalu.  Dan lima tahun kemudian, tatkala ia telah lupa tentang hal ini, seseorang menghadiahkannya dengan cincin berlian.

Pertanyaannya apatah konsentrasinya yang membuat berlian tersebut untuknya dan membuat kawannya memberikannya kepadanya ataupun dia melihat berlian tersebut dalam konsentrasinya karena sudah diberikan [maka] mungkin dijawab sebagai berikut: tak diragukan ada berlian di toko untuknya, menunggu sampai ke jemarinya pada suatu waktu, yang membentukkan bagiannya dalam kehidupan.  Tetapi pada saat yang sama fakta pemikirannya sangat kuat tentangnya membuat berlian tersebut langsung kepadanya, tanpa berpindah, barangkali, ke dalam kepemilikan banyak [orang], dan tanpa berjuang keras untuknya.

Walaupun konsentrasi membantu dalam melihat hal-hal sebelumnya, ternyata bukan konsentrasi tetapi firasat (foresight) yang membantu.  Maka itu pikiran tentang jenis ini tidak harus membentukkan pikiran manusia sendiri, meski pada saat itu nampaknya demikian.  Terus terang, seharusnya disebut visi atau intuisi, [termasuk] yang pertama jika terjadinya dalam tidur, yang terakhir pada keadaan jaga.

Konsentrasi mempunyai kekuatan menciptakan hal-hal.  Ia dapat membuat hal-hal yang tidak dimaksudkan bagi seseorang, ia dapat menciptakan hal-hal yang meskipun orang mungkin tidak pernah memiliki.  Pendeknya, langit, dapat membalikkan orang  yang lara menjadi orang yang paling bahagia, dan dapat membuat orang yang selalu gagal [menjadi] sukses.

Penyair Persia Hafiz berkata, “Membodohi jangan dirimu sendiri, melihat lengan baju koyak darwisy, karena dibalik lengan baju koyak ini tersembunyi lengan paling ampuh.”

Seperti matahari mengalami terbit, zenith [di puncak], dan terbenam, begitupun akal mengalami tiga keadaan, disebut oleh Sufi [sebagai] uruj, kemal, dan zaval, yang datang bergantian.

Uruj adalah keadaan akal yang padanya seorang berpikir dengan energi dan antusiasme, “Saya akan melakukan ini dan itu.”  Supaya mencipta objeknya keadaan akal ini memproduksi suatu daya dan kekuatan yang akibatnya ia memproduksi semacam mendung yang sering meredupkan fakultas alasan dan keadilan.

Kondisi akal yang membentukkan kemal dicerap selama waktu tersebut manakala suatu aksi sedang dilakukan.  Semacam mendung tersebut yang energi akal telah memproduksi mencapai, di kemal, kulminasinya, yang membentukkan akhir kenikmatan atau kesedihan melekat kepada perbuatan, karena kelebihan dari daya menjadi habis.

Zaval adalah suatu keadaan akal yang padanya kekuatan antusiasme lenyap dan kenikmatan dan kesedihan dari perbuatan berlalu, tetapi memori menyimpan.  Jika pengesanan adalah kepedihan, jarum-jarum menusuk menembus [rasa] sakit hati yang terluka.  Jika kenikmatan, suatu kegelian dan perasaan membumbung yang dicerap.  Perasaan ini lenyap dan sirna pada saat dalam seluruh asimilasi dalam esensi.

Penguasa konsentrasi adalah dia yang bukan hannya memproduksi uruj tetapi juga kemal dan zaval.  Dia mencapai penguasaan diri, manakala kedua dosa dan kebajikan berlutut dikakinya.  Adalah dia yang bisa meremehkan kesenangan surga dan melecehkan siksa neraka.

Rahasia melangsungkan uruj diketahui oleh ahli mistik, dan yakni penahanan diri mereka dari pemuasan dalam uruj.  Sebagai contoh, bila suatu masakan enak, orang yang gembul akan memakan semua secepatnya, tetapi orang yang benar-benar menginginkan menikmati masakan tersebut harus memakan dengan lebih pelan.  Orang rakus akan mengambil wangi kembang dan ingin menciumnya dalam satu saat.  Saat berikutnya, mungkin dia tak berhasrat untuk merasakan dan menikmatinya, dan kembang tersebut sudah akan kehilangan wanginya.

Jika orang mempelajari rahasia dalam semua aspek kehidupan ini, orang akan menikmati kehidupan dan dapat membuat meski kenikmatan-kenikmatan hidup yang berlaku stabil terhadap perluasan tertentu.  Hal inilah yang setiap jiwa hasratkan, tetapi tak ada yang mampu menyelesaikannya kecuali seorang ahli mistik, yang dengan kesabaran dan ketabahan telah melahirkan dirinya, dan dengan mengalahkan dirinya sendiri [berarti] telah menguasai seluruh kehidupan.

Perikehidupan para ahli mistik mengajar kita; dengan meniliknya secara dekat kita dapat mempelajari banyak hal.  Para Sufi membuat khilvat, pemencilan, pada saat tertentu dalam suatu hari, pada hari tertentu dalam seminggu pada minggu tertentu dalam sebulan, dan pada bulan tertentu dalam setahun.  Yang terbesar diantara mereka telah bertekun berpencil [pada] periode tertentu dari kehidupan mereka – bagian awal, atau manakala [sudah] berumur yang mereka sebut gusha nashiri.  Mereka mempunyai kerudung yang menutupi kepala, menghalangi mata dari semua objek agar mempertahankan objek konsentrasi di akal tanpa jedah.  Biarawan dan biarawati Kristen memperlihatkan dikehidupan mereka kecenderungan pemencilan.  Hijab pada kepala biarawati menghalangi mata dan pengesanan yang mungkin datang dari sebelah kanan atau kiri.  Pengunduran para yogi juga mensugestikan kecenderungan yang sama untuk tujuan konsentrasi.

Sibuk sebagaimana dalam kehidupan kita, dengan seribu hal dalam satu hari, kita biasanya tidak dapat berkonsentrasi [dengan] baik. Tetapi hidup kita membutuhkan upaya dan pemencilan yang lebih banyak ketimbang yang dilakukan oleh orang-orang soleh yang sudah di jalan tersebut.  Maka itu pelajaran pertama kita dalam cara pemencilan seharusnya mempraktekkan prinsip itu dalam kehidupan sehari-hari kita, ketika sedang melakukan pekerjaan kita mesti mencoba menerapkan akal kita padanya, tidak membolehkan ia tertarik oleh apapun, bagaimanapun penting dan menariknya keadaannya.  Jika tidak, kita kehilangan keduanya seperti ceritera tentang anjing yang pergi setelah bercermin di air dengan roti di moncongnya dan kehilangan potongan [roti] yang dimilikinya. Jika memikirkan sesuatu kita tidak seharusnya membiarkan pikiran yang lain apatah di sisi kita pun sisi orang lain, membuyarkan konsentrasi kita.  Manakala kita berbicara tidak seharusnya kita mengganti subjek pembicaraan kita di pertengahan.  Kita harus menyelesaikan satu topik meski ia kurang penting.  Dengan melakukan demikian dalam berpikir, berbicara, dan bertindak, kita meningkatkan konsentrasi kita, hadirkan ke urusan sehari-hari kita pada saat yang sama.

Pengakalan-tunggal [single-mindedness] sebagai suatu kebiasaan menjadi bantuan besar terhadap konsentrasi. Orang dengan berbagai tanggungjawab besar dan sangat banyak ketertarikan dalam hidup tidak dapat selalu [dalam] pengakalan-tunggal, yang sesungguhnya membentukkan kekuatan yang sangat besar. Kebiasaan ini dapat dikembangkan melalui konsentrasi, tetapi terdapat pula banyak hal besar dalam kehidupan sehari-hari yang membantu ke arah pengembangannya. Hal penting pertama bagi orang yang melatih konsentrasi adalah membiarkan satu pikiran pada suatu waktu atau satu tindakan pada suatu waktu, dan menetapkan akal dan tubuh bersama-sama sibuk. Manakala seseorang melakukan sesuatu, dia tidak seharusnya memikirkan yang lain, dan bila dia ingin memikirkan sesuatu dia tidak semestinya melakukan sesuatu pada saat yang sama.  Pengakalan-tunggal adalah penyerapan penuh ujud keseluruhan seseorang dalam pikiran pemikiran, percakapan, atau tindakan tunggal.

Adapula sisi lain terhadapnya.  Pengakalan-tunggal dapat dikembangkan melalui berketetapan pada suatu subjek sampai pikiran tersebut selesai, dan sementara berpikir pada subjek tersebut jangan membiarkan akal mengambil sesuatu yang lain.  Aturan yang sama harus diterapkan dalam berbicara.  Hal sebentuk harus diterapkan dalam tindakan, orang harus menyibukkan dirinya dalam tindakan tanpa mengambil sesuatu yang lain sampai tindakan tersebut selesai.  Dalam cara ini orang dapat mengembangkan konsentrasinya setiap saat siang dan malam.  Dan dengan menerapkan ini orang memperoleh penguasaan atas hidupnya sendiri sebagaimana atas kehidupan secara umum.

Manakala seseorang mengembangkan konsentrasi dia tidak perlu membuat konsentrasi teratur, meski seorang Sufi melakukan demikian, karena hidupnya menjadi konsentrasi.  Jika dia membicarakan subjek tertentu, dia tidak serta-merta mengganti subjek, jika dia memikirkan sesuatu dia tidak membuyarkan pikirannya, dan jika dia melakukan sesuatu dia tidak mengganti akalnya dan meninggalkannya setengah jadi untuk menyelesaikan sesuatu yang lain.  Setiap saat dia melanjutkan pekerjaan yang dia kerjakan sampai terselesaikan.  Inilah rahasia konsentrasi.

Seseorang mungkin melatih konsentrasi selama waktu tertentu dalam sehari, tetapi jika kemudian selama sehari dia tetap mengganti akalnya dari satu hal ke yang lain, dia tidak akan mempu menyelesaikan konsentrasinya dalam seribu tahun.  Pengakalan-tunggal adalah rahasia konsentrasi.  Dengan itu manusia meningkatkan sikapnya.  Manakala seorang berbicara tentang sesuatu memulai menyatukan sesuatu yang lain sebelum subjek tersebut selesai, adalah membentukkan sakit.  Sikap disamping kurangnya konsentrasi.

Terdapat pula kemungkinan bahwa seorang dengan pengembangan besar dalam konsentrasi mungkin menjadi budak konsentrasi, sehingga dia mungkin tidak dapat mengeluarkan dari akalnya pikiran apapun yang sedang terjadi, menghentikan penggumaman suatu nada yang dia sendiri telah sangat letih, atau membebaskan [diri dari] depresi karena pikiran tertekan telah menguasai akalnya, akal tersebut adalah yang dikembangkan dan mampu berkonsentrasi. Sufi menguasai konsentrasi tetapi tidak membiarkan konsentrasi menguasainya, penguasaan membentukkan satu-satunya motiv yang menuntun kepada kesempurnaan.

Penguasaan pada suatu pikiran datang dari dua sumber. Yang satu adalah objek atau ujud eksternal yang secara tetap membawa kepada akal kita suatu pikiran tertentu.  Kehadirannya mengingatkan manusia tentang pikiran yang sama, yang mungkin dia hendak atau tidak memegang.  Sumber lain adalah perasaan yang memegang suatu pikiran secara tetap sebelum akal kita.  Ini mungkin kesenangan atau kesakitan.  Kesakitan berlangsung lebih lama daripada kesenangan, karena perasaan sakit adalah dalam, sebaliknya kesenangan itu sedang berlaku.

Itulah sebabnya para Sufi menganggap cinta bantuan sebagai konsentrasi. Karena dua alasan, pertama, objek cinta tinggal menetap dalam pikiran, selanjutnya, kesakitan membentukkan hasil cinta, membuat konsentrasi lebih kuat, seperti diungkap dalam bait, “Pembawa kenikmatan adalah anak-anak lara,”  Ini penjelasan bagi orang yang benar-benar menjadi pemikir dan orang ceria menjadi periang.

Inilah sifat konsentrasi, yang dilakukan secara tak-intensional.  Tak dapat disebut konsentrasi mistik, karena ahli mistik cukup kuat menguasai pikiran pada kehendak melalui kekuatan rasa, apatah kesenangan atau kesakitan, dan tak akan membiarkan pikiran atau perasaan apapun bekerja menentang keinginannya.  Dia membalikkan kesenangan menjadi kesakitan dan kesakitan kedalam kenikmatan sebagaimana yang dia pilih.  Baginya keduanya adalah sama, dan keduanya melayani tujuannya.  Kadang-kadang manis adalah menyenangkan dan kadang-kadang kegetiran adalah berguna, bahkan racun mungkin melayani sebagai suatu cara untuk menyembuhkan, dan kemanisan kadang-kadang menyebabkan meningkatnya penyakit.

Tuan konsentrasi adalah dia yang dalam memerintah semua pikiran dan perasaan tegak dalam disiplin.  Dia dapat membor mereka sesukanya.  Dia menjadi pemimpin kehidupan dan raja dunia dengan dan tanpa.

Konsentrasi terdapat berbagai macam perbedaan, dan perbedaaan mereka disebabkan oleh perbedaan tujuan-tujuannya.

Ada konsentrasi pada suatu objek, orang, urusan, yang menghasilkan pengetahuan tentang semua objek konsentrasi.  Ini adalah konsentrasi seorang siswa, yang menerima pengetahuan dalam cara ini.  Yang semacam konsentrasi adalah memandang sekuntum bunga dan memikirkannya dengan mata terkatup, memikirkan bunga apakah ia, wangi dan warna apakah ia miliki, apakah sifatnya, apakah rahasianya.

Konsentrasi yang lain adalah konsentrasi  fisik, orang yang berkonsentrasi atas objek tertentu agar supaya melatih akalnya.  Ketika akal mengembangkan kekuatan, maka dia menggunakannya pada semua hal yang dia ingin selesaikan dalam hidup.

Terdapat konsentrasi orang idealis, yang menghormati pahlawan peperangan, raja dalam keagungannya, pemimpin, guru, atau Rasul.  Sehingga dalam pengidealan dia mendapatkan dalam dirinya melalui pengkonsentrasian kualitas pahlawan teridealkan.  Pendalaman sejarah akan mensahkan ini dalam kehidupan orang besar, karena kebanyakan dari mereka menjadi besar melaui pengidealan, melalui penghormatan orang besar dan memikirkannya.

Kemudian ada konsentrasi tentang pecinta.  Masih tetap lebih kuat, karena dalam penyerahannya kepada kekasihnya, pecinta biasanya melupakan dirinya, dan rahasia semua keunggulan spiritual terletak pada satu hal ini – melupakan diri sendiri – yang pecinta, penyerah, menyelesaikan tanpa upaya khusus apapun karena dia tak dapat membantu tetapi memikirkan objek yang dia cintai.  Dia tidak perlu menetapkan akalnya pada objek tertentu melalui kekuatan kehendak, sebaliknya, kesulitannya adalah keluar dari pikiran tersebut, tetapi sangat sulit bagi pecinta.  Maka itulah kesulitan orang-orang menengah mengeluhkan, yaitu menjaga penyerah.  Maka itu pula para Sufi telah mengakui penyerahan adalah cara terbaik pencapaian spiritual, dan banyak diantara mereka berjalan di jalan cinta.

Konsentrasi pada sebuah batu biasanya memberi kualitas pada batu itu, hati pada saat itu mesti menjadi seperti batu.  Konsentrasi kepada sekuntum bunga seharusnya menghasilkan kembali dalam akal dan tubuh.  Sehingga konsentrasi pada yang berani memberikan keberanian, pada yang agung memberikan keagungan, dan yang suci memberikan kesucian.  Ini membuktikan bahwa tak ada objek biasa yang dapat direkomendasikan sebagai yang lebih bagi setiap orang untuk berkonsentrasi atasnya.  Objek konsentrasi harus dipilih menurut tujuan yang orang ingin menyelesaikan dalam hidup.

Ketika mempelajari konsentrasi, sangat penting mengetahui lebih dahulu atas apa yang dikonsentrasikan.  Orang tidak semestinya berfikir, “Apapun bisa, selama saya melatih akal saya”, orang harus mengerti bahwa objek yang orang simpan dalam akalnya memiliki pengaruh besar terhadap hidupnya.  Jika dalam akal ada cinta atau setidaknya keterikatan pada seseorang, mungkin untuk kebaikan seseorang atau barangkali untuk kesakitan seseorang, atau barangkali bisa bukan hal yang benar.  Jika ada kebencian bagi seseorang, bisa berbalik dan menghancurkan semua urusan dari orang yang berkonsentrasi.  Jika ada kekayaan dalam akal, tak diragukan orang bisa menjadi kaya, tetapi jika bekerja menentang kesehatan seseorang, sahabat, atau kesenangan atau kedamaian seseorang dalam hidup, apatah mungkin menjadi kekayaan?  Jika itu adalah ketenaran yang atasnya orang berkonsentrasi, orang harus menggenggamnya dengan kedua belah tangan suatu reputasi kosong, yang mungkin terhempas pada suatu saat, seperti sebening kaca.

Maka itulah melatih akal, atau konsentrasi, diajarkan oleh Sufi dengan pandangan keagamaan, bukan sebagai latihan keilmuan [scientific].  Andai ada sesuatu yang berharga [untuk] berkonsentrasi atasnya, maka tiada yang lain kecuali Tuhan.  Tetapi karena manusia tidak dapat menangkap secara utuh gagasan Tuhan, dia hanya dapat menggambarkan Dia sebagai sesuatu yang dapat tersentuh baginya.  Nama atau bentuk apapun, selama semua bentuk adalah Dia.  Tetapi tidak bisakah manusia memilih sebarang bentuk manusia dengan tujuan dia dapat mengaitkannya dengan ujud ketuhanan, dan menyebutnya manusia ideal dan manusia ketuhanan?  Itulah Rasul, pemanggul risalah Tuhan.  Dan bagaimanapun manusia tak dapat menggambarkan bentuk apapun yang belum pernah dia lihat dalam hidupnya.  Itulah sebabnya dia mencari suatu gambar atau citra untuk membuat bentuk Rasul sempurna sehingga dapat memvisualisasikannya.  Tetapi jika dia berpikir apa yang berharga tersembunyi di hati manusia yang hidup, akankah dia mengartikan tempat ini yang orang memberikan idola dibuat oleh pematung atau kepada lukisan cat dibuat oleh artis, kepada gurunya, dihadapan orang yang dia berhadap-hadapan, dan dari bibir orang yang kalimat Tuhan datang, yang menghantam hatinya dan membangkitkan ruh ketuhanan padanya?

Pada tahap ini, maka, seorang mureed [anak didik] memulai konsentrasinya, disebut tasawwuri murshid.  Dia melanjutkannya sampai dia begitu mantap sehingga dia tak lagi membutuhkan suatu bentuk untuk berkonsentrasi karena keindahan anugerah (merit) telah menguasai hatinya.  Ketika dia beranjak ke atas tahap ini, yang berada di luar batas bentuk-bentuk dan anugerah.  Kontemplasi atas nama Tuhan tergenggam, yang menguasai seluruh akal dan memuncak pada kesempurnaan yang berada di luar batas pemahaman manusia.

Manakala kita memikirkan ciptaan, alamiah atau buatan, kita menemukan asalnya pada kekuatan konsentrasi. Tuhan diketahui melalui sifat-sifatNya, maka rahasia sifat dapat dipelajari melalui observasi rahasia seni. Seluruh penemuan ilmiah dan produksi artistik adalah tidak lain kecuali keluaran konsentrasi.  Sehingga hal-hal alami, yang penciptaannya tak terlihat, pula dibuat dari konsentrasi. Ada pepatah sansekerta mengatakan bahwa seluruh ciptaan adalah mimpi sang Brahma. Mimpi atau imajinasi dengan tekad dibelakangnya adalah kreatif, dan terus terang adalah konsentrasi. (Ini penjelasan bagi efek mimpi dan pula efek imajinasi pada kehidupan seseorang).

Ibadah adalah konsentrasi dan takwa adalah konsentrasi, dan sebagaimana ibadah membawa hal-hal yang dihasratkan oleh ahli ibadah, begitupun takwa membawa ketakwaan, pada kedua kasus tersebut penguasaan absen. Pada kasus pertama terdapat kelemahan, terikat ketergantungan pada yang lain, dan setiap ada kelemahan besar yang membuat orang takwa.

Penguasaan terletak pada konsentrasi kreatif akal. Akal terkesan oleh kekeliruan seseorang dan oleh kelemahan seseorang menjadi cacat dan menemukan kegagalan, dan ia tak dapat mempertahankan pikiran yang dihasrati dengan harapan dan keyakinan.  Pada kasus tersebut ibadah sendiri menjadi penyelamatan, tatkala orang berpikir, “Saya jahat dan lemah, tetapi Anda adalah Pengampun dan Maha Agung, wahai Tuhanku.  Saya tak mempunyai kekuatan untuk menyelesaikan hasratku, tetapi Engkaulah Maha Kuasa.”  Dalam cara ini orang dapat mempersalahkan hidupnya pada keyakinan dan harapan disamping kekeliruan dan kelemahan seseorang.

Kadang-kadang orang dapat, dan kadang-kadang tidak.  seseorang tak dapat manakala akal seseorang terlalu terkesan oleh kelemahan dan kekeliruan, dan tatkala seseorang berpikir, “Tak mungkin saya diampuni,” atau, “Tuhan selalu jauh untuk mendengar do’aku.  Saya, pendosa, yang hidup di dunia jahat, dan Tuhan, yang paling suci diantara yang suci, di surga.”  Tetapi untuk [pada] kondisi seseorang yang akalnya terkesan oleh kekeliruan dan kelemahan dan orang yang tidak mempunyai citra Tuhan untuk bergantung.  Dia tak disini pun disana.

Tetapi manakala manusia sampai pada kesadaran bahwa dia dan Tuhan tidaklah dua.  Andai Tuhan adalah matahari, jiwanya adalah berkas sinar, andai Tuhan adalah akar, dia adalah buah, andai Tuhan adalah laut, dia adalah gelembungnya, maka dia menjadi bagian penguasa alam.  Dia bukan lagi seperangkat mesin, dia manusia.  Dia mempunyai kehendak sendiri, yang tidak terpisah dari kehendak Tuhan.  Berdasarkan pengembangan dirinya, kepada kepercayaan dirinya sendiri, dan terhadap kekuatan konsentrasinya, dia menyelesaikan  [banyak] hal, meski semisal hal-hal yang muncul di atas batas kekuatan manusia.


***


Bab Tiga Belas

Penyucian Mental
         

Sebagaimana wajibnya membersihkan dan mensucikan tubuh, begitupun wajibnya, bahkan lebih wajib dari itu, akal dibersihkan dan disucikan. Semua ketaksucian menimbulkan penyakit, seperti halnya ketakaturan bekerjanya sistem fisik. Hal yang sama berlaku pada akal. Terdapat banyak ketaksucian dimiliki oleh akal yang mungkin menyebabkan penyakit yang berbeda, dan dengan membersihkan akal orang membantu menciptakan kesehatan kedua akal dan tubuh. Dengan kesehatan, yang saya maksudkan kondisi alamiah. Dan [untuk] apa keruhanian kecuali menjadi alami.

MENENANGKAN AKAL

Penyucian akal dapat dilakukan dalam tiga cara yang berbeda. Cara pertama adalah dengan menenangkan akal, karena sangat sering kegiatan akal yang memproduksi ketaksucian. Penenangan akal menghilangkan ketaksucian darinya; seperti menyelaraskan akal kepada situasi alami.

Akal dapat ditenangkan melalui latihan menenangkan (repose) fisik. Duduk dengan postur tertentu akan menciptakan suatu pengaruh tertentu. Para ahli mistik dalam ilmu mereka mengetahui cara-cara berbeda duduk dalam keheningan, dan setiap cara mempunyai signifikansi tertentu. Dan bukan hanya signifikansi imajiner: ia menghasilkan hasil yang pasti. Saya telah memiliki, baik secara pribadi maupun melalui orang-orang lain, berbagai pengalaman tentang bagaimana cara duduk tertentu yang mengubah sikap akal. Orang-orang terdahulu mengetahui hal ini, dan mereka menemukan cara yang berbeda untuk duduk. Terdapat cara pendekar, ahli hukum, siswa, orang meditatif, usahawan, buruh, hakim, penemu. Bayangkan, betapa mengagumkan ahli mistik telah berupaya menemukan cara ini dan telah memiliki pengalaman tentangnya selama ribuan tahun: pengaruh terbesar duduk tersebut dalam postur tertentu dimiliki pada orang, dan khususnya pada akalnya.

Kami mengalaminya dalam kehidupan sehari-hari kami, tetapi kami tidak berpikir tentangnya. Kadang kami duduk dalam cara tertentu dan kami merasa gelisah; terkadang kami duduk dalam cara lain dan kami merasa damai. Posisi tertentu kami membuat kami merasa terilhami, dan cara lain membuat kami merasa tak bergairah, tanpa antusiasme. Melalui menenangkan akal dengan bantuan postur tertentu seorang dapat mensucikannya.

Sebelum orang dapat mengetahui penggunaan penenangan akal, orang mesti mempertimbangkan beda antara menyarankan akal tersebut menjadi tenang dan menyarankan raga tersebut menjadi tidak tenang. Kehidupan adalah bukan sesuatu kecuali kegiatan dalam segala hal. Ketakgiatan raga menghilangkan daya dan kekuatannya: otot tak berkesempatan berkembang. Pemalas, orang tak giat, selalu menderita pencernaan atau semacam beberapa kesukaran. Lalu bagaimana mungkin bisa demikian kecuali jika akal dibuat tenang ia tak akan menderita dalam daya dan kekuatan? Bukankah menenangkan akal menumpulkan seseorang? Jika suara [hendak] dikembangkan ia mesti digunakan melalui latihan menyanyi dan dengan menjalankan latihan-latihan tertentu; jika [hendak] mengembangkan otot mereka harus digunakan. Lalu bagaimana mungkinkah akal dapat menciptakan kekuatan akal?

Terdapat kebenaran sejati dalam tujuan ini. Orang yang tidak mengerti rahasia kehidupan, hukum kehidupan, menganggap bahwa menenangkan akal menumpulkannya dan menjadikannya kurang kuat. Adalah benar bahwa dalam kehidupan pada alam fisik, latihan kita dan kegiatan harian mesti memberi tempat untuk istirahat, kenyamanan, dan tidur ketika malam. Bilamana raga tak menerima istirahat tersebut ia tak akan pernah bergelora. Ketika lebih membutuhkan istirahat dari pada kegiatan, kita lebih membutuhkan kenyamanan ketimbang kesusah-payahan. Bila tak diberikan kesehatan menjadi tak setimbang. Sebagaimana perlunya raga untuk memperoleh kenyamanan dan istirahat setelah bersusah payah, maka sama perlunya bagi akal memperoleh istirahat dan kedamaian setelah berpikir dan bekerja.

Sesungguhnya akal tersusun dari unsur-unsur yang sangat halus, sebaliknya raga terbuat dari unsur-unsur yang lebih kasar, dan itulah yang membuat perbedaan besar dalam kegiatannya. Semakin tinggi alam kemaujudan, semakin giat; semakin rendah alam tersebut, semakin kurang kegiatan-kegiatannya. Itulah sebabnya mengapa akal secara alamiah lebih aktif ketimbang raga. Maka itu, jika setelah besusah payah istirahat diperlukan, berapa banyakkah hal ini tidak berlaku terhadap akal ketimbang terhadap raga? Biasanya, kita tenang beristirahat manakala keadaan memungkinkan, untuk kepentingan raga kita. Kita bersandar pada sofa atau pada kursi bersandar-lengan (arm chair) setelah tiba di rumah dari kantor atau bekerja, dan pada malam hari kita beristirahat dan pergi tidur. Tetapi kapankah kita memberi istirahat kepada akal? Istirahat akal sama perlunya sebagaimana raga, dan meski kita selalu membiarkannya dalam kegiatan. Ia tetap bekerja meskipun raga kita beristirahat. Meskipun raga tersebut tertidur, akal memproduksi mimpi.

Banyak orang tetap bekerja selama siang hari, selain itu akal tidaklah kurang sibuknya dalam bekerja pada alam fisik ketimbang raga, karena akal bekerja bersamanya. Lalu mereka bekerja dengan akal mereka sepanjang malam. Raga memperoleh istirahat dan kenyamanan, tetapi tidaklah demikian bagi akal. Meski di kursi mereka tetap menghayal, tetap bekerja dengan akal. Akal tak memperoleh ketenangan; ia barangkali sedang khawatir atau berencana atau berpikir atas perjuangan dan kecemasan dari kehidupan yang begitu padat. Meskipun raga sedang tidur, akal tetap melanjutkan pekerjaan tetapnya. Sungguh jarang akal mempunyai waktu kapan akal beristirahat, kecuali ketika alam memberinya istirahat. Ia menjadi begitu lelah untuk bekerja lagi, lalu akal berkata, “Duhai, saya akan memperoleh tidur nyenyak.” Jika ia memperoleh tidur hanya dua jam tetap saja orang terbangun dengan kenikmatan dan kekuatan sehingga seluruh dunia nampak baru. Jika [saat tidur] terjadi mimpi, orang hanya bisa berkata, “Ya, saya baru saja tidur, tetapi saya merasa tidak beristirahat,” Karena kegiatan ujud tersebut tidaklah beristirahat.

Semua ini berlangsung untuk menunjukkan kebutuhan praktis yang besar bagi akal agar bisa beristirahat, bisa tenang. Orang-orang yang membuatkannya suatu prinsip bahwa kerja adalah hal yang dapat disarankan yang bersisi satu. Kesetimbangan terletak pada pencerapan bahwa kerja dan istirahat adalah kebutuhan yang sama bagi kesehatan, kedua fisik dan mental.

Kerja raga kadang-kadang ditempatkan di bawah kendali manusia, tetapi dia tidak menempatkan kerja akal dalam kendalinya. Hal ini bukan karena manusia tak mampu; itu karena dia tak pernah memikirkannya. Pernahkah seseorang berhenti bertanya kepada dirinya sendiri, “Mengapa saya berpikir? Apakah ada tujuan dalam semua kecemasan, pikiran khawatir?” Tidakkah lebih baik akal dibiarkan saja untuk pergi kemanapun ia inginkan? Sementara seseorang duduk tenang di kursi, tidaklah pikiran giat dengan hal-hal yang tak ada hubungannya dengan kehidupan seseorang? Itu hanyalah membuang-buang energi.

Semakin akal dibiarkan pergi tanpa tujuan, semakin akal menjadi serupa kendaraan atau mesin, yang seluruh cara pengaruh mengitarinya — pengaruh rohani, obsesi ruhani, manusia lain — akan bekerja, alih-alih pemiliknya. Bila pengguna akal adalah orang yang tepat, maka ia mungkin bertindak tepat; tetapi jika orang yang tak tepat menggunakannya, maka kerja akal akan sia-sia. Dalam kasus apapun tidak akan menjadi pemenuhan tujuan kehidupannya. Tujuan ini adalah untuk mempelajari penguasaan, bukan menjadi kendaraan bagi yang lain untuk menggunakannya. Dia yang tidak mengarahkannya akalnya kekurangan penguasaan.

Semua ini menunjukkan bahwa pelajaran paling awal yang ahli mistik pelajari adalah melatih akal melalui konsentrasi, bukankah menenangkan akal yang datang kemudian, yang keuntungannya bahkan lebih besar. Jika orang hanya menggapai keuntungan dari penenangan sempurna, meski hanya raga! Kita melihat simbol ketegangan tersebut pada patung Buddha atau Krishna atau dalam berhala-berhala orang-orang Hindu. Efek apakah yang dimiliki! Bandingkanlah efek dari orang yang datang di hadapan Anda yang selalu giat, menggaruk tangannya, bergerak-gerak, mengangkat pundaknya, membuat ketololan, menepuk meja, mencakar, gelisah dalam satu atau lain cara. Tidakkah dia membuat Anda gelisah? Semua suasana menjadi terusik. Mengapa? Karena terdapat kegiatan intens akal yang membuat pengaruh pada raga. Raga dan akal dalam keadaan gelisah, yang melewati orang yang berada di tempat tersebut, karena ia memproduksi kegelisahan di seluruh atamosfir. Kita mungkin tidak menyadari bahwa hal ini demikian, tetapi secara tak sadar kita merasa terusik.

Kenyamanan besar setelah orang terbangun dari tidur lelap tak dapat dibandingkan dengan apapun di dunia ini. Tetapi lebih dari itu, ahli mistik melihat dalam simbol keadaan mistik besar. Rumi, guru sufi dari Persia, berkata, “Duhai tidur dalam anda aku dapatkan kebahagaian tertinggi ketuhanan. Anda membuat pasien melupakan penyakit mereka;  Anda membuat para raja selama sesaat melupakan bahwa mereka di istana; Anda membuat narapidana untuk sesaat bahwa mereka dalam kungkungan. Sungguh kebahagiaan tertinggi, sungguh kenikmatan kebahgiaan tertinggi, manakala jiwa terbebas dari keberadaan terbatas, dari keadaan aspek-aspek hidup yang berbeda yang membuat mereka tetap terkungkung.

Tidur adalah masa tatkala jiwa bebas. Itulah sebabnya tidur lelap adalah keadaan yang begitu penting bagi seorang ahli mistik. Di Timur mereka berkata, “Bila seseorang tertidur, jangan bangunkan dia. Suatu dosa besar bila melakukannya.” Tentu saja di Barat tidak dapat mengatakan ini, jika Anda tak ingin pergi ke pekerjaan Anda di pagi hari, lalu apa? Akan merupakan dosa besar bila Anda tidak membangunkannya!

Karena terdapat semacam kenyamanan dan kenikmatan serta begitu luar biasanya rahasia kedamaian surgawi selama suara tidur, sehingga terdapat kenikmatan, kedamaian dan inspirasi terbesar manakala akal tenang. Maka akal sangat mirip air yang para penyair sering menyebutnya laut, lautan. Sifat air adalah begitu Anda melihat ke dalamnya Anda melihat seraut wajah terpantul disana, citra Anda. Jika air tidak tenang, wajah tersebut tidaklah jelas. Ketika air tenang, segala sesuatu yang terpantul di dalamnya menjadi jelas.

Maka akallah. Ketika akalnya tenang, ia mendengar yang orang lain katakan; ia dapat berpikir atas objek apapun yang ia lihat; dan tatkala seseorang dikembangkan, akal bisa mendengar meski perkataan tersebut dari sisi yang lain. Bahkan yang Tuhan katakan dari surga.

Maka itu telinga hati orang-orang yang telah mendengar firman Tuhan terlebih dahulu menyelesaikan ketenangan dalam kehidupan mereka. Atmosfer apakah yang sebarang orang dapat memproduksi, apakah pengaruh kehadiran mereka. Lebih dari sekedar penyembuhan, dan akal yang tenteram akan langsung mengangkat orang lain yang mengalami kesengsaraan, kegelisahan, kepedihan, prilaku buruk, khawatir, atau kegagalan. Keutamaan kehadiran orang yang hatinya tenang memberikan semacam harapan, semacam inspirasi, semacam simpati, semacam kekuatan dan kehidupan. Semua isi langit berjalan dengan begitu halus dan bebas dari orang yang akalnya tenang sehingga kakta-katanya, suaranya, kehadirannya secsara keseluruhan bereaksi atas orang-orang lain; dan tatkala dia menenangkan aklanya, maka kehadiran utamanya menjadi menyembuhkan.

NAFAS

Cara kedua mensucikan akal adalah melalui pernafasan. Sangatlah penting bagi orang Timur melihat bagaimana kadang-kadang di Barat, dalam penemuan mereka, orang-orang tanpa sadar menerapkan prinsip-prinsip alam mistik. Mereka mempunyai suatu mesin untuk membersihkan karpet dengan cara mengisap debu. Ini sistem yang sama luar-dalam; cara pernapasan yang tepat mengisap debu dari akal dan mengeluarkannya. Para ilmuwan bergerak sejauh dengan mengatakan bahwa seseorang menghembuskan karbon dioksida:  gas yang buruk dilemparkan keluar dari tubuh melalui penghembusan. Para ahli mistik lebih jauh lagi, mengatakan bukan hanya dari tubuh tetapi dari akal juga yang ketaksuciannya dapat dihilangkan. Jika orang mengeaatahuia bagaimana, orang dapat menghilangkan, lebih dari yang dapat bayangkan. Ketaksucian dapat dihilangkan dengan cara benar bernapas; inilah sebabnya mengapa ahli mistik memadukan pernapasan dengan postur ( prilaku tubuh ). Postur membantu menenangkan akal dan pernapasan membersihkan akal. Kedua hal ini berjalan berbarengan.

0 komentar:

Posting Komentar

Referensi Scroll Box

Start a blog