1.Josef Stalin
Josef
(Josef Vissarionovich Stalin, Iósif Vissariónovich Stálin), nama asli
Ioseb Jughashvili, (21 Desember 1879 (tarikh Kalender Gregorian) – 5
Maret 1953) adalah pemimpin Uni Soviet dan seorang diktator yang sangat
kejam, dikenal juga dengan sebutan Manusia Baja. Ia diperkirakan telah
memerintahkan pembunuhan sekitar 30 juta jiwa penduduk Rusia dan
negara-negara sekitarnya. Ia juga dikenal sebagai orang yang membenci
agama. Tadinya ia masuk seminari di Tbilisi, namun ia kemudian menjadi
tak percaya lagi pada Tuhan setelah membaca buku Asal-usul Spesies
karya Charles Darwin.
Ia tampil sebagai pemimpin partai
komunis dalam negara Uni Republik Soviet Sosialis. Saingan utama Stalin
Adolf Hiadalah Leon Trotsky, Leon berhasil diusir keluar dari Rusia
kemudian dibunuh. Menjelang tahun 1929 Stalin menjadi kepala negara. Ia
memperlakukan saingannya atau siapapun yang melawannya degan kejam
mereka semua dihukum mati sebagai musuh negara Sovyet atau
menjebloskannya ke dalam kamp-kamp penjara. Dalam Perang Dunia II
(1939-1945) Rusia berperang dengan Inggris serta Amerika Serikat
melawan Jerman. Tetapi seusai perang Stalin ”memasang Tirai Besi”
antara sekutu Barat dan Rusia dan sebagian besar negara di Eropa Timur
dijadikan negara Komunis. Stalin berkuasa sampai akhir hayatnya pada
usia 73 tahun. Pada masa pemerintahannya ia tidak hanya mengawasi
seluruh negara Rusia, melainkan juga negara-negara di luar Rusia.
2.Mao Zedong
Mao
Zedong (Shaoshan, Hunan, 26 Desember 1893 – Beijing, 9 September 1976),
adalah nama seorang tokoh filsuf dan pendiri negara Republik Rakyat
Cina.
Mao dan Partainya
Partai Mao didirikan pada tahun 1921
dan Mao semakin hari semakin vokal. Antara tahun 1934 – 1935 ia
memegang peran utama dan memimpin Tentara Merah Cina menjalani “Mars
Panjang”. Lalu semenjak tahun 1937 ia ikut menolong memerangi Tentara
Dai Nippon yang menduduki banyak wilayah Cina. Akhirnya Perang Dunia II
berakhir dan perang saudara berkobar lagi. Dalam perang yang melawan
kaum nasionalis ini, Mao menjadi pemimpin kaum Merah dan akhirnya ia
menangkan pada tahun 1949. Pada tanggal 1 Oktober tahun 1949, Republik
Rakyat Cina diproklamasikan dan pemimpin Cina nasionalis; Chiang Kai
Shek melarikan diri ke Taiwan.
Mao dan Kebijakan Politiknya
Mao membedakan dua jenis konflik;
konflik antagonis dan konflik non-antagonis. Konflik antagonis
menurutnya hanya bisa dipecahkan dengan sebuah pertempuran saja
sedangkan konflik non-antagonis bisa dipecahkan dengan sebuah diskusi.
Menurut Mao konflik antara para buruh dan pekerja dengan kaum kapitalis
adalah sebuah konflik antagonis sedangkan konflik antara rakyat Cina
dengan Partai adalah sebuah konflik non-antagonis.
Pada tahun 1956 Mao memperkenalkan
sebuah kebijakan politik baru di mana kaum intelektual boleh
mengeluarkan pendapat mereka sebagai kompromis terhadap Partai yang
menekannya karena ingin menghindari penindasan kejam disertai dengan
motto: “Biarkan seratus bunga berkembang dan seratus pikiran yang
berbeda-beda bersaing.” Tetapi ironisnya kebijakan politik ini gagal:
kaum intelektual merasa tidak puas dan banyak mengeluarkan kritik. Mao
sendiri berpendapat bahwa ia telah dikhianati oleh mereka dan ia
membalas dendam. Sekitar 700.000 anggota kaum intelektual ditangkapinya
dan disuruh bekerja paksa di daerah pedesaan.
Mao percaya akan sebuah revolusi yang
kekal sifatnya. Ia juga percaya bahwa setiap revolusi pasti
menghasilkan kaum kontra-revolusioner. Oleh karena itu secara teratur
ia memberantas dan menangkapi apa yang ia anggap lawan-lawan politiknya
dan para pengkhianat atau kaum kontra-revolusioner. Peristiwa yang
paling dramatis dan mengenaskan hati ialah peristiwa Revolusi
Kebudayaan yang terjadi pada tahun 1966. Pada tahun 1960an para
mahasiswa di seluruh dunia memang pada senang-senangnya memberontak
terhadap apa yang mereka anggap The Establishment atau kaum yang
memerintah. Begitu pula di Cina. Bedanya di Cina mereka didukung oleh
para dosen-dosen mereka dan pembesar-pembesar Partai termasuk Mao
sendiri.
Para mahasiswa dan dosen mendirikan apa
yang disebut Garda Merah, yaitu sebuah unit paramiliter. Dibekali
dengan Buku Merah Mao, mereka menyerang antek-antek kapitalisme dan
pengaruh-pengaruh Barat serta kaum kontra-revolusioner lainnya. Sebagai
contoh fanatisme mereka, mereka antara lain menolak berhenti di jalan
raya apabila lampu merah menyala karena mereka berpendapat bahwa warna
merah, yang merupakan simbol sosialisme tidak mungkin mengartikan
sesuatu yang berhenti. Maka para anggota Garda Merah ini pada tahun
1966 sangat membabi buta dalam memberantas kaum kontra revolusioner
sehingga negara Cina dalam keadaan amat genting dan hampir hancur;
ekonominyapun tak jalan. Akhirnya Mao terpaksa menurunkan Tentara
Pembebasan Rakyat untuk menanggulangi mereka dan membendung fanatisme
mereka. Hasilnya adalah perang saudara yang baru berakhir pada tahun
1968.
G-30-S PKI dan Keterlibatan Mao
Masa Revolusi Kebudayaan Cina juga
bertepatan dengan masa-masa pemberontakan G-30-S PKI di Indonesia di
mana beberapa kalangan di Indonesia menuduh orang-orang dari Republik
Rakyat Cina sebagai dalangnya. Mao menyangkalnya dan hubungan antara
Indonesia dan RRT yang sebelumnya hangat menjadi sangat dingin sampai
hubungan diplomatik dibuka kembali pada tahun 1990, jauh setelah Mao
meninggal dunia.
Kegagalan Mao
Pada tahun 1958 Mao meluncurkan apa
yang ia sebut Lompatan Jauh ke Depan di mana daerah pedesaan
direorganisasi secara total. Di mana-mana didirikan
perkumpulan-perkumpulan desa (komune). Secara ekonomis ternyata ini
semua gagal. Komune-komune ini menjadi satuan-satuan yang terlalu besar
dan tak bisa terurusi. Diperkirakan kurang lebih hampir 20 juta jiwa
penduduk Cina kala itu tewas secara sia-sia.
3. Adolf Hitler
Adolf
Hitler (20 April 1889 – 30 April 1945) adalah Kanselir Jerman dari
tahun 1933 dan Führer (Pemimpin) (Reich ketiga) Jerman sejak 1934
hingga ia meninggal. Pada 2 Agustus 1934, ia menjadi diktator Jerman
setelah Presiden Von Hindenburg meninggal. Ia menyatukan jabatan
kanselir dan presiden menjadi Führer sekaligus menjadikan Nazi sebagai
partai tunggal di Jerman. Ia juga seorang Ketua Partai
Nasionalis-Sosialis (National Socialist German Workers Party atau
Nationalsozialistische Deutsche Arbeiterpartei/NSDAP) yang dikenal
dengan Nazi. Nazi secara resmi dibubarkan setelah Jerman kalah dalam
Perang Dunia II yang besar karena sistem kediktatoran Hitler. Hitler
seorang orator yang berkharisma, Hitler merupakan salah satu pemimpin
yang paling berpengaruh di dunia. Ketika Perang Dunia II akan berakhir,
Hitler bunuh diri di bunker bawah tanah-nya di Berlin bersama istrinya
yang dinikahinya belum lama di dalam bunker, Eva Braun.
Nazi
Hitler kemudian berkecimpung secara
langsung dalam politik dan menjadi pengurus Partai Buruh Jerman (bahasa
Jerman: Deutsche Arbeiterpartei/DAP) pada bulan Juli 1921. Hitler
menggunakan kebolehan berpidatonya untuk menjadi ketua partai. Dia
kemudian menukar nama DAP menjadi Nationalsozialistische Deutsche
Arbeiterpartei (NSDAP) atau partai Nazi. Pada tahun 1929 NSDAP menjadi
pemenang mayoritas dalam pemilihan umum di kota Coburg, dan kemudian
memenangi pemilu daerah Thüringen. Presiden Jerman masa itu, Paul von
Hindenburg akhirnya melantik Hitler sebagai Kanselir.
Hitler dan Teori Darwin
Teori Darwin telah memasuki benak
Hitler, bahkan meresap sampai ke tulang sumsum. Hal ini amat terasa
dalam bukunya Mein Kampf (Perjuanganku). Ia menyamakan ras non-Eropa
sebagai kera.
Dari dalam dirinya tumbuh ‘kekuatan’
yang mendapat inspirasi dari teori Darwin bahwa untuk mempertahankan
hidup manusia harus bertarung. Ia menerjemahkan impiannya dengan
menyerang Austria, Cekoslowakia, Perancis, Rusia, dll. Malah terbersit
nafsu menguasai seluruh dunia. Ia melansir konsep eugenetika yang
menjadi dasar pijakan pandangan evolusionis Nazi. Eugenetika berarti
‘perbaikan’ ras manusia dengan membuang orang-orang berpenyakit dan
cacat serta memperbanyak individu sehat. Sehingga menurut teori itu,
ras manusia bisa diperbaiki dengan meniru cara bagaimana hewan
berkualitas baik dihasilkan melalui perkimpoian hewan yang sehat.
Sedangkan hewan cacat dan berpenyakit dimusnahkan.
Tak lama setelah berkuasa, Hitler
menerapkan teori itu dengan tangan besi. Orang-orang lemah mental,
cacat, dan berpenyakit keturunan dikumpulkan dalam ‘pusat sterilisasi’
khusus. Karena dianggap parasit yang mengancam kemurnian rakyat Jerman
dan menghambat kemajuan evolusi, maka atas perintah rahasianya, dalam
waktu singkat mereka semua dibabat habis.
Masih dalam euforia teori evolusi dan
eugenetika, Nazi menghimbau muda-mudi berambut pirang bermata biru yang
diyakini mewakili ras murni Jerman biar berhubungan seks tanpa harus
menikah. Pada 1935, Hitler memerintahkan didirikannya ladang-ladang
khusus reproduksi manusia. Di dalamnya tinggal para wanita muda yang
memiliki ras Arya. Para perwira SS (Schutzstaffel) sering mampir ke
sana buat mesum dengan dalih eugenetika. Para bayi yang lahir kemudian
disiapkan menjadi prajurit masa depan ‘Imperium Jerman’. Menurut
Charles Darwin, karena ukuran tengkorak manusia membesar saat menaiki
tangga evolusi, maka di seluruh Jerman dilakukan pengukuran buat
membuktikan tengkorak bangsa Jerman lebih besar dari ras lain. Mereka
yang tak sebesar ukuran resmi, begitupun yang gigi, mata, dan rambut di
luar kriteria evolusionis langsung dihabisi.
Perang Dunia II dan Kejatuhan Jerman
Pada September 1939, Hitler menyerang
Polandia dengan serangan taktik blitzkrieg (serangan darat, udara
secara kilat) mencapai kejayaan yang mengejutkan musuh dan jenderalnya
sendiri. Serangan terhadap Polandia menyebabkan musuh-musuhnya Inggris
dan Perancis menyatakan perang terhadap Jerman, dengan itu dimulailah
Perang Dunia II.
Pada masa Perang Dunia II, pihak
Inggris dipimpin oleh Sir Winston Churchill yang menggantikan Arthur
Neville Chamberlain yang jatuh akibat skandal serbuan Nazi ke Polandia
1939, Perancis yang dipimpin oleh Jendral Gamelin yang saat itu
ditunjuk sebagai komando tertinggi sekutu gagal menahan serangan kilat
Jerman ke Belgia dan Perancis, Perancis akhirnya dipimpin oleh Jenderal
Charles de Gaulle yang memimpin pasukan perlawanan Perancis pada masa
Pemerintahan Vichy, serta bantuan Amerika Serikat yang dipimpin Jendral
Eisenhower sebagai panglima mandala di Eropa meskipun sebelumnya
Amerika Serikat enggan terlibat pada perang yang sebelumnya dianggap
sebagai perang Eropa itu.
Setelah lama berperang dan setelah
mengalami kekalahan di setiap medan pertempuran, Hitler menyadari bahwa
kekalahan sudah tidak dapat dielakkan. Awal kekalahan Hitler adalah
saat menggempur Kota Kursk Uni Sovyet dengan Operasi Citadel, kekuatan
Jerman terdiri dari 800.000 infanteri, 2.700 tank lapis baja, 2.000
pesawat tempur dan dipimpin oleh Jenderal Erich Von Manstein dan
Jenderal Walther Models sedangkan kekuatan Uni Soviet terdiri dari
1.300.000 infanteri, 3.600 tank, dan 2.400 pesawat tempur. Rencana
serangan ini telah diketahui secara detail oleh intelejen Uni Sovyet
yang berada di Switzerland. Stalin pun langsung memerintahkan
tentaranya untuk membangun pertahanan kuat di kawasan Kursk. Di
pertempuran inilah banyak sekali tank – tank andalan Jerman dan Uni
Sovyet hancur, diantaranya Tank Tiger, Panther, Elefant (Jerman) dan
Tank T-34, SU -152, dan KV -1. Jerman mengalami pukulan mematikan di
Stalingrad serta Serangan pukulan sekutu di Normandia dan gagal dalam
Ardennes Offensive, yaitu serangan balasan yang dilakukan tentara
jerman atau Wehrmacht dan beberapa divisi panzer yang masih tersisa
dipimpin Jenderal Mantauffel pada saat musim salju untuk merebut
kembali Kota Antwerp di Belgia. Serangan ini berlangsung secara terseok
– seok dan berakhir gagal karena kurangnya pasokan logistik dan bahan
bakar untuk Panzer dari Jerman sehingga banyak panzer yang masih “Fresh
from the Oven” seperti tank Tiger dan Panther teronggok di pinggir
jalan karena kehabisan solar. Hitler yang menyadari kejatuhannya sudah
dekat kemudian mengawini wanita simpanannya Eva Braun, kemudian bunuh
diri bersama-sama pada 30 April 1945. Jasadnya dibakar agar tidak jatuh
ke tangan musuh.
4. Vladimir Lenin
Vladimir
Illich Lenin, Nama aslinya adalah Vladimir Ilyich Ulyanov (10 April (22
April menurut tarikh Kalender Gregorian) 1870 – 21 Januari 1924),
adalah seorang revolusioner komunis Rusia, pemimpin partai Bolshevik,
Perdana Menteri Uni Soviet pertama dan pencipta paham Leninisme. Nama
Lenin sebenarnya adalah sebuah nama samaran dan diambil dari nama
sungai Lena, di Siberia.
Perkembangannya menjadi seorang Revolusioner
Sementara itu ketika bekerja sebagai
seorang pengacara di Saint Petersburg, ia mulai mengenal karya-karya
Karl Marx dan Friedrich Engels. Karena karya tentang Marxisme dilarang
di Rusia, Leninpun ditangkap dan dipenjara selama setahun. Lalu ia
dibuang ke Siberia. Saat di dalam penjara pun Lenin menunjukkan
bakatnya dengan mengalahkan para penghuni penjara yang lain dalam
bermain catur. Pada bulan Juli 1898, masih di Siberia, Lenin menikahi
seorang wanita sosialis bernama Nadezhda Krupskaya. Pada tahun 1899, ia
menulis buku tentang perkembangan Kapitalisme di Rusia. Pada tahun
1900, ia diperbolehkan pulang dari Siberia. Lalu ia berkeliling Eropa
dan mengunjungi konferensi-konferensi Marxis.
Pada tahun 1903 Lenin bertengkar dengan
para pengurus Partai Sosial-Demokrat dan Buruh Rusia mengenai struktur
kepartaian. Martov seorang pengurus menginginkan sebuah struktur yang
agak lepas dan otonom sedangkan Lenin menginginkan struktur yang
sentralistik. Lalu partai ini pecah menjadi dua. Orang-orang Lenin
disebut kaum Bolshevik yang berarti mayoritas dan orang-orang Julius
Martov disebut kaum Menshevik yang berarti minoritas.
Revolusi Rusia
Pada bulan Februari 1917, berhubung
dengan kekalahan besar Rusia di Perang Dunia I, maka Tsar Nikolas II
dipaksa untuk turun takhta. Lalu dibentuk sebuah kabinet yang dipimpin
oleh Alexander Kerensky. Lalu Lenin pada tanggal 16 April 1917 kembali
ke Petrograd, nama kota Saint Petersburg yang telah di’Rusia’-kan.
Kemudian Lenin pada bulan Juli mencoba
mengadakan pemberontakan kaum buruh. Tetapi pemberontakan ini gagal,
lalu Lenin melarikan diri ke Finlandia. Pada bulan Oktober ia kembali
lagi dan berusaha mengadakan Revolusi Oktober. Pada saat ini ia
berhasil, maka pada tanggal 7 November 1917 menurut tarikh Kalender
Gregorian atau tanggal 25 Oktober menurut tarikh Kalender Julian,
revolusinya berhasil dan Kerensky terpaksa melarikan diri. Pada
tanggal 30 Agustus 1918, Lenin ditembak oleh Fanya Kaplan, seorang
wanita revolusioner pula, sebanyak tiga kali. Kaplan menganggap Lenin
telah mengkhianati Revolusi Rusia. Lenin bisa selamat tetapi
kesehatannya mulai menurun dan akhirnya ia meninggal dunia pada tanggal
21 Januari 1924 setelah stroke empat kali.
5. Idi Amin
Jenderal
Idi Amin Dada Oumee (Koboko, Uganda, sekitar tahun 1925–Jeddah, Arab
Saudi, 16 Agustus 2003), yang juga dikenal dengan nama Idi Amin, adalah
pemimpin diktator militer di Uganda yang memerintah pada 25 Januari
1971- 13 April 1979.
Masa berkuasa
Begitu Idi Amin berkuasa, Uganda
menjadi negara yang sangat terkenal di dunia internasional. Pada bulan
Agustus 1972, semua orang Asia berwarga negara Inggris (60.000 jiwa)
diberi waktu sembilan puluh hari untuk angkat kaki dari Uganda.
Tindakan ini bukan karena rasialisme, tetapi karena ia ingin memberikan
“kemerdekaan yang sesungguhnya bagi rakyat Uganda”. Yang kalang kabut
tentu saja Inggris, yang para pejabatnya buru-buru menghubungi
Australia, Selandia Baru, dan negara-negara persemakmuran Inggris
lainnya untuk membicarakan penampungan, apalagi Kenya dan Tanzania
menolak memberikan penampungan terhadap para pengungsi. Sepuluh hari
kemudian ditetapkan aturan tambahan bahwa orang asing yang sudah
menjadi warga negara Uganda harus pergi dari Uganda. Jumlahnya sekitar
23.000 jiwa. Sudah tentu warga negara keturunan asing yang lahir di
Uganda kebingungan. Jika mereka pergi, status mereka adalah tanpa
negara (stateless). Ditambah lagi, India, Pakistan, dan Bangladesh
(negara asal mereka) menolak menerima kembali mereka. Ditambah pula
dengan kebijakan nasionalisasai perusahaan-perusahaan milik orang-orang
Eropa di Uganda. Idi Amin memang benar benar “memusingkan banyak orang”.
Akibat keputusan ini, timbul krisis
ekonomi parah di Uganda. Sekitar 90% perdagangan dan industrinya
dikuasai orang-orang Asia. Orang Uganda sendiri masih sangat agraris
tradisional dan kurang kecakapan, modal, dan ketrampilan. Sebenarnya,
rencana pengusiran orang Asia sudah direncanakan oleh Milton Obote
karena dirasakan terlalu mencengkram ekonomi Uganda, tetapi masih
menargetkan waktu lima tahun, dengan alasan mempersiapkan orang Uganda.
Pemerintahan Uganda sedemikian kacaunya
sehingga Komisi Hukum Internasional PBB melapor kepada sekjen PBB saat
itu, Kurt Waldheim pada tanggal 7 Juni 1974, yang isinya: “Uganda
adalah negeri tanpa hukum”. Salah satu puncak krisis adalah minta
suakanya Menteri Keuangan Emmanuel Wakheya ke Inggris karena tidak
tahan lagi terhadap keputusan ekonomi yang diambil oleh pemerintahan
rezim militer Idi Amin.
Di awal 1977, William Johnshon menulis
laporan kepada harian Bangkok Post yang isinya: “Setelah empat tahun
berkuasa, Idi Amin telah mengubah kehidupan Uganda yang buruk. Dulu
negeri Uganda pengekspor teh dan kopi, namun karena sistem administrasi
dan transportasi yang buruk, ratusan karung kopi teronggok di gudang
menunggu diekspor, semetara puluhan ribu ton diselundupkan ke Kenya.
Uganda dulunya sebagai salah satu negeri tersubur di Afrika, kini hasil
pertanian begitu langkanya sampai penduduk kota menanam tebu dan
pisang. Sabun, gula, dan gandum diperlakukan seperti emas saking
langkanya. Sementara di pedesaan hasil panen begitu melimpah, penduduk
kota tidak dapat menikmati hasilnya. Lima tahun lalu beroperasi 298 bus
yang dijalankan pemerintah, kini cuma 11 yang masih jalan.”Pada bulan
April 1979, Idi Amin berhasil digulingkan oleh tentara nasionalis
Uganda yang dibantu Tanzania. Sebelumnya Idi Amin dengan bantuan Libya
mencoba menyerang Kagera, provinsi utara Tanzania.
Idi Amin akhirnya terbang mengungsi ke
Libya yang kemudian meminta suaka ke Jeddah, Arab Saudi serta menetap
di sana. Menurutnya, angka kematian 100.000 sampai 300.000 orang yang
dianiya dan dibunuh adalah akibat kesalahan bagian intelijen. Bahkan
Biro Riset Nasional mengancam akan membunuhnya. Menurut Amin, banyak
hal-hal buruk yang disembunyikan ketika dia berkuasa. Ketika dia tahu
keberadaan biro itu, semua sudah terlambat.
Namun, semasa Amin belum jatuh, David
Martin dalam artikelnya di South China Morning Post membeberkan
bagaimana Idi Amin mengetahui sepak terjang oknum-oknumnya. Ia mengaku
tidak ingin jadi Presiden, tentaranyalah yang memintanya, namun
mengenai pengusiran orang Asia dia mengatakan, “Mereka terlampau
berkuasa dan mencemooh kaum kami”.
Idi Amin mempunyai empat orang istri.
Istri pertamanya adalah Sarah atau Mama Malian yang dinikahinya pada
tahun 1958, yang kedua Kay, yang ketiga Norah, dan yang keempat Medina,
yang dinikahinya pada tahun 1971. Pada awal tahun 1974 ia ceraikan tiga
istrinya yang pertama sehingga tinggal Medina. Pada 1 Agustus 1975, ia
menikah dengan Sarah, seorang pembalap pasukan berani mati Angkatan
Darat Uganda. Empat bulan kemudian, dia menikahi Babirye putri seorang
usahawan Uganda. Waktu itu Idi Amin sudah mempunyai 34 orang anak.
Pada tanggal 20 Juli 2003, menjelang kematiannya di Rumah sakit Raja
Faisal di Jeddah, istrinya memohon kepada Presiden Uganda Yoweri
Museveni agar Idi Amin dikuburkan di negaranya, namun permintaan ini
ditolak. Idi Amin meninggal di Arab Saudi pada tanggal 16 Agustus 2003
dan dimakamkan di Jeddah.
Pada tanggal 17 Agustus 2003, David
Owen mengatakan dalam wawancara oleh Radio BBC bahwa ketika menjabat
sebagai Sekertaris Kementrian Luar Negeri Inggris (1977-1979), dia
memerintahkan agar Idi Amin dibunuh untuk mengakhiri rezim terorya.
Usulnya ditolak, namun alasan Owen adalah rezim Idi Amin sangatlah
buruk, sangat mengerikan bila dia dibiarkan berkuasa terlalu lama.
6. Benito Mussolini
Benito
Amilcare Andrea Mussolini (29 Juli 1883 – 28 April 1945) adalah seorang
diktator Italia yang menganut Fasis. Ia adalah diktator Italia pada
periode 1922-1943. Ia dipaksa mundur dari jabatan Perdana Menteri
Italia pada 28 Juli 1943 setelah serangkaian kekalahan Italia di
Afrika. Setelah ditangkap, ia diisolasi. Dua tahun kemudian, ia
dieksekusi di Como, Italia utara. Mussolini mengakhiri sebuah dekade
seperti di Jerman yang dilakukan diktator Adolf Hitler dengan Nazi-nya.
Kehidupan Awal
Mussolini lahir di Predappio, Forlì
(Emilia-Romagna). Ayahnya Alessandro seorang pandai besi dan ibunya
Rosa seorang guru sekolah. Seperti ayahnya, ia menjadi seorang sosialis
berat. Tahun 1902 ia beremigrasi ke Swiss. Karena sulit mencari
pekerjaan tetap, akhirnya ia pindah ke Italia. Pada 1908 ia bergabung
dengan surat kabar Austria di kota Trento.
Keluar dari situ, ia jadi editor sebuah
koran sosialis la Lotta di Class (Pertentangan Kelas). Di sini
antusiasmenya pada Karl Heinrich Marx makin besar. Tahun 1910, ia
menjabat sekretaris partai sosialis tingkat daerah di Forlì dan
kepribadiannya berkembang menjadi antipatriot. Ketika Italia menyatakan
perang dengan Kerajaan Ottoman tahun 1911, ia dipenjara karena
propaganda perdamaiannya. Ini bertentangan dengan kinerjanya kemudian.
Setelah ditunjuk jadi editor koran
sosialis Avanti, ia pindah ke Milan, tempatnya membangun dirinya
sebagai kekuatan berpangaruh atas para pemimpin buruh sosialis Italia.
Ia percaya, para proletar bisa dibuhul dalam gerakan fascio. Agaknya
inilah cikal bakal gerakan fasis, yang lahir di saat perekonomian
Italia memburuk akibat perang, dan pengangguran merebak di mana-mana.
Pada Maret 1919, fasisme menjadi suatu gerakan politik ketika ia
membentuk Kelompok untuk Bertempur yang dikenal sebagai baju hitam,
yakni kumpulan penjahat, kriminal, dan preman yang bertindak sebagai
tukang pukul para cukong. Penampilan mereka seram dan tiap hari
terlibat perkelahian di jalan-jalan.
Setelah gagal pada Pemilu 1919, ia
mengembangkan paham kelompoknya, sehingga mulai mendapat pengaruh.
Mereka, kaum fasis, menolak parlemen dan mengedepankan kekerasan fisik.
Anarki pecah di mana-mana. Pemerintah liberal tak berdaya
menghadapinya. Ia membawa “geng”nya, sejumlah besar kaum fasis yang
bertampang sangar, untuk melakukan Berbaris ke Roma. Melihat rombongan
preman berwajah angker memasuki Roma, Raja Vittorio Emanuele III
menciut jeri. Mussolini diundang ke istana lalu diberi posisi sang
Pemimpin. Pada Oktober 1922, Raja memintanya membentuk pemerintahan
baru. Jadilah Italia dikelola pemerintahan fasis.
Gebrakan pertamanya setelah memegang
kekuasaan, adalah menyerang Ethiopia dengan merujuk pada pandangan
rasis Charles Robert Darwin, “Ethiopia bangsa kelas rendah, karena
termasuk kulit hitam. Jika diperintah oleh ras unggul seperti Italia,
itu sudah merupakan akibat alamiah dari evolusi.” Bahkan ia bersikeras
bahwa bangsa-bangsa berevolusi melalui peperangan. Sehingga jadilah
Italia waktu itu bangsa yang ditakuti sepak terjangnya.
Yang meresahkan, ketika ia menduduki
Abbesinia tahun 1937, kontan dunia tersentak. Teman akrabnya di Eropa
adalah Adolf Hitler, dan mereka membuat aliansi, yang menyeret Italia
ke dalam Perang Dunia II di pihak Jerman pada 1940. Namun, pasukannya
kalah di Yunani dan Afrika, dan Italia sendiri diserbu oleh pasukan
Britania Raya dan Amerika Serikat pada 1943. Pada saat itu Mussolini
telah diturunkan dari takhtanya dan ditahan. Pasukan payung Jerman
membebaskan dan mengembalikannya berkuasa di Italia Utara. Akhir
riwayatnya tiba tak lama kemudian. Ketika akhirnya Italia dikalahkan,
ia ditembak oleh musuh Italianya dan mayatnya digantung terbalik di
Piazza Loreto di Milan.
7. Pol Pot
Saloth
Sar (19 Mei 1925 – 15 April 1998), lebih dikenal sebagai Pol Pot,
adalah pemimpin Khmer Merah dan Perdana Menteri Kamboja dari 1976
hingga 1979. Pemerintahannya banyak disalahkan untuk kematian sekitar
dua juta warga Kamboja, meski perkiraan jumlahnya beragam.
Kamboja Demokratis
Pada awal 1976 pihak Khmer Merah
menahan Sihanouk dalam tahanan rumah. Pemerintah yang ada saat itu
segera diganti dan Pangeran Sihanouk dilepas dari jabatannya sebagai
kepala negara. Kamboja menjadi sebuah republik komunis dengan nama
“Kamboja Demokratis” (Democratic Kampuchea) dan Khieu Samphan menjadi
presiden pertama. Pada 13 Mei 1976 Pol Pot dilantik sebagai Perdana
Menteri Kamboja dan mulai menerapkan perubahan sosialis terhadap negara
tersebut. Pengeboman yang dilakukan pihak Amerika Serikat telah
mengakibatkan wilayah pedesaan ditinggalkan dan kota-kota sesak diisi
rakyat (Populasi Phnom Penh bertambah sekitar 1 juta jiwa dibandingkan
dengan sebelum 1976).
Saat Khmer Merah mendapatkan kekuasaan,
mereka mengevakuasi rakyat dari perkotaan ke pedesaan di mana mereka
dipaksa hidup dalam ladang-ladang yang ditinggali bersama. Rezim Pol
Pot sangat kritis terhadap oposisi maupun kritik politik; ribuan
politikus dan pejabat dibunuh, dan Phnom Penh pun ikut berubah menjadi
kota hantu yang penduduknya banyak yang meninggal akibat kelaparan,
penyakit atau eksekusi. Ranjau-ranjau darat (oleh Pol Pot mereka
disebut sebagai “tentara yang sempurna”) disebarkan secara luas ke
seluruh wilayah pedesaan.
Pada akhir 1978, Vietnam menginvasi
Kamboja. Pasukan Kamboja dikalahkan dengan mudah, dan Pol Pot lari ke
perbatasan Thailand. Pada Januari 1979, Vietnam membentuk pemerintah
boneka di bawah Heng Samrin, yang terdiri dari anggota Khmer Merah yang
sebelumnya melarikan diri ke Vietnam untuk menghindari pembasmian yang
terjadi sebelumnya pada 1954. Banyak anggota Khmer Merah di Kamboja
sebelah timur yang pindah ke pihak Vietnam karena takut dituduh
berkolaborasi. Pol Pot berhasil mempertahankan jumlah pengikut yang
cukup untuk tetap bertempur di wilayah-wilayah yang kecil di sebelah
barat Kamboja. Pada saat itu, Tiongkok, yang sebelumnya mendukung Pol
Pot, menyerang, dan menyebabkan Perang Tiongkok-Vietnam yang tidak
berlangsung lama. Pol Pot, musuh Uni Sovyet, juga memperoleh dukungan
dari Thailand dan Amerika Serikat. Amerika Serikat dan Tiongkok
memveto alokasi perwakilan Kamboja di Sidang Umum PBB yang berasal dari
pemerintahan Heng Samrin. Amerika Serikat secara langsung dan tidak
langsung mendukung Pol Pot dengan menyalurkan bantuan dana yang
dikumpulkan untuk Khmer Merah.
Jumlah korban jiwa dari perang saudara,
konsolidasi kekuasaan Pol Pot dan invasi Vietnam masih dipertentangkan.
Sumber-sumber yang dapat dipercaya dari pihak Barat [1] menyebut angka
1,6 juta jiwa, sedangkan sebuah sumber yang spesifik, seperti jumlah
tiga juta korban jiwa antara 1975 dan 1979, diberikan oleh rezim Phnom
Penh yang didukung Vietnam, PRK. Bapa Ponchaud memberikan perkiraan
sebesar 2,3 juta—meski jumlah ini termasuk ratusan ribu korban sebelum
pengambil alihan yang dilakukan Partai Komunis. Amnesty International
menyebut 1,4 juta; sedangkan Departemen Negara Amerika Serikat, 1,2
juta. Khieu Samphan dan Pol Pot sendiri, masing-masing menyebut 1 juta
dan 800.000.
Pasca pemerintahan Partai Komunis
Pol Pot mundur dari jabatannya pada
1985, namun bertahan sebagai pemimpin de facto Partai Komunis dan
kekuatan yang dominan di dalamnya. Pada 1989, Vietnam mundur dari
Kamboja. Pol Pot menolak proses perdamaian, dan tetap berperang melawan
pemerintah koalisi yang baru. Khmer Merah bertahan melawan pasukan
pemerintah hingga 1996, saat banyak pasukannya yang telah kehilangan
moral mulai meninggalkannya. Beberapa pejabat Khmer Merah yang penting
juga berpindah pihak.
Pol Pot memerintahkan eksekusi terhadap
rekan dekatnya Son Sen dan sebelas anggota keluarganya pada 10 Juni
1997 karena mencoba mengadakan persetujuan dengan pemerintah (kabar
tentang ini tidak diketahui di luar Kamboja selama tiga hari). Pol Pot
lalu melarikan diri namun berhasil ditangkap Kepala Militer Khmer
Merah, Ta Mok dan dijadikan tahanan rumah seumur hidup. Pada April
1998, Ta Mok lari ke daerah hutan sambil membawa Pol Pot setelah sebuah
serangan pemerintah yang baru. Beberapa hari kemudian, pada 15 April
1998, Pol Pot meninggal – kabarnya akibat serangan jantung. Jasadnya
kemudian dibakar di wilayah pedesaan, disaksikan oleh beberapa anggota
eks-Khmer Merah.
8. Augusto Pinochet
Augusto
José Ramón Pinochet Ugarte (Valparaíso, 25 November 1915–Providencia,
10 Desember 2006) adalah seorang jenderal dan diktator Chili. Ia adalah
kepala junta militer yang berkuasa di Chili pada periode 1973 – 1990.
Ia meraih kekuasaan dengan cara kudeta sesaat setelah pemilu demokratis
yang memilih Presiden Salvador Allende yang sosialis. Ia tampil sebagai
presiden Republik pada 1974 – 1990 (dari 1981 hingga terbentuknya
sebuah Konstitusi 1980) yang baru. Sekitar 3.000 orang Chili terbunuh
selama masa pemerintahannya. Pinochet memperkenalkan banyak kebijakan
pasar bebas neoliberal.
Melalui Operasi Jakarta, presiden
Amerika Serikat, Richard Nixon menggunakan CIA untuk membantu junta
militer Chili dalam mengkudeta Presiden Salvador Allende dan menaikan
Wakil Panglima Angkatan Bersenjata Chile, Augusto Pinochet Agurte.
Sejak 1974-1990, tidak kurang dari 2025 kasus pelanggaran HAM
dilakukan oleh rezim Pinochet melalui dinas rahasianya DINA (semacam
Kopkamtib-nya Chile) telah terjadi. 1068 berupa kasus pembunuhan dan
957 kasus orang hilang. Kudeta yang dilakukan Pinochet terhadap
Allende, bila dicermati amat mirip dengan yang diduga dilakukan
Soeharto terhadap Soekarno yaitu setidaknya antara lain pada:
* Beredarnya dokumen yang meresahkan
tentang perencanaan pembunuhan beberapa jenderal dan komandan-komandan
militer. Hal itu selain terjadi di Chile (dokumen rencana ‘Z’) juga
Indonesia (Beredarnya daftar pejabat AD yang akan dibunuh dikalangan
tokoh-tokoh buruh, politisi dan elit militer Chili).
* Disebarnya isu yang menimbulkan
keresahan dan ketidakstabilan poltitik dalam negeri. Di Chile
masyarakat terutama serikat buruh militan dan jenderal-jenderal
konservatif mendapat kiriman kartu-kartu kecil di mana tercetak
kata-kata “Jakarta Se Acerca” (Jakarta Sudah Mendekat).
* Diduga sangat kuat kedua kudeta tersebut sama-sama di dukung CIA.
Pada 1990 ia kehilangan kekuasaan,
namun ia menjadikan dirinya senator seumur hidup, untuk mencegah agar
ia tak ditangkap. Ia dipaksa meninggalkan kedudukan senator pada 2002,
namun sekali lagi ia tak ditangkap, saat itu dikatakan ia menderita
dementia. Pada Mei 2004 hakim berkata itu tidak benar. Pada 13 Desember
ia ditempatkan dalam tahanan rumah. Ia meninggal dunia pada 10
Desember 2006 seminggu setelah terkena serangan jantung.
9. Soeharto
Jend.
Besar TNI Purn. Haji Moehammad Soeharto, (ER, EYD: Suharto) (lahir di
Kemusuk, Argomulyo, Yogyakarta, 8 Juni 1921 – wafat di Jakarta, 27
Januari 2008 dalam umur 86 tahun[1]) adalah Presiden Indonesia yang
kedua, menggantikan Soekarno, dari 1967 sampai 1998. Sebelum menjadi
presiden, Soeharto adalah pemimpin militer pada masa pendudukan Jepang
dan Belanda, dengan pangkat terakhir Mayor Jenderal. Setelah Gerakan 30
September, Soeharto menyatakan bahwa PKI adalah pihak yang bertanggung
jawab dan memimpin operasi untuk menumpasnya. Operasi ini menewaskan
lebih dari 500.000 jiwa.
Soeharto kemudian mengambil alih
kekuasaan dari Soekarno, dan resmi menjadi presiden pada tahun 1968. Ia
dipilih kembali oleh MPR pada tahun 1973, 1978, 1983, 1988, 1993, dan
1998. Pada tahun 1998, masa jabatannya berakhir setelah mengundurkan
diri pada tanggal 21 Mei tahun tersebut, menyusul terjadinya Kerusuhan
Mei 1998 dan pendudukan gedung DPR/MPR oleh ribuan mahasiswa. Ia
merupakan orang Indonesia terlama dalam jabatannya sebagai presiden.
Soeharto digantikan oleh B.J. Habibie.
Naik ke kekuasaan
Pada pagi hari 1 Oktober 1965, beberapa
pasukan pengawal Kepresidenan, Tjakrabirawa di bawah Letnan Kolonel
Untung Syamsuri bersama pasukan lain menculik dan membunuh enam orang
jendral. Pada peristiwa itu Jendral A.H. Nasution yang menjabat sebagai
Menteri Koordinator bidang Hankam dan Kepala Staf Angkatan Bersenjata
berhasil lolos. Satu yang terselamatkan, yang tidak menjadi target
dari percobaan kudeta adalah Mayor Jendral Soeharto, meski menjadi
sebuah pertanyaan apakah Soeharto ini terlibat atau tidak dalam
peristiwa yang dikenal sebagai G-30-S itu. Beberapa sumber mengatakan,
Pasukan Tjakrabirawa yang terlibat itu menyatakan bahwa mereka mencoba
menghentikan kudeta militer yang didukung oleh CIA yang direncanakan
untuk menyingkirkan Presiden Soekarno dari kekuasaan pada “Hari ABRI”,
5 Oktober 1965 oleh badan militer yang lebih dikenal sebagai Dewan
Jenderal.
Peristiwa ini segera ditanggapi oleh
Mayjen Soeharto untuk segera mengamankan Jakarta, menurut versi resmi
sejarah pada masa Orde Baru, terutama setelah mendapatkan kabar bahwa
Letjen Ahmad Yani, Menteri / Panglima Angkatan Darat tidak diketahui
keberadaannya. Hal ini sebenarnya berdasarkan kebiasaan yang berlaku di
Angkatan Darat bahwa bila Panglima Angkatan Darat berhalangan hadir,
maka Panglima Kostrad yang menjalankan tugasnya. Tindakan ini diperkuat
dengan turunnya Surat Perintah yang dikenal sebagai Surat Perintah 11
Maret (Supersemar) dari Presiden Soekarno yang memberikan kewenangan
dan mandat kepada Soeharto untuk mengambil segala tindakan untuk
memulihkan keamanan dan ketertiban. Langkah yang diambil Soeharto
adalah segera membubarkan Partai Komunis Indonesia (PKI) sekalipun
sempat ditentang Presiden Soekarno, penangkapan sejumlah menteri yang
diduga terlibat G-30-S (Gerakan 30 September). Tindakan ini menurut
pengamat internasional dikatakan sebagai langkah menyingkirkan Angkatan
Bersenjata Indonesia yang pro-Soekarno dan pro-Komunis yang justru
dialamatkan kepada Angkatan Udara Republik Indonesia di mana jajaran
pimpinannya khususnya Panglima Angkatan Udara Laksamana Udara Omar
Dhani yang dinilai pro Soekarno dan Komunis, dan akhirnya memaksa
Soekarno untuk menyerahkan kekuasaan eksekutif. Tindakan pembersihan
dari unsur-unsur komunis (PKI) membawa tindakan penghukuman mati
anggota Partai Komunis di Indonesia yang menyebabkan pembunuhan
sistematis sekitar 500 ribu “tersangka komunis”, kebanyakan warga
sipil, dan kekerasan terhadap minoritas Tionghoa Indonesia. Soeharto
dikatakan menerima dukungan CIA dalam penumpasan komunis. Diplomat
Amerika 25 tahun kemudian mengungkapkan bahwa mereka telah menulis
daftar “operasi komunis” Indonesia dan telah menyerahkan sebanyak 5.000
nama kepada militer Indonesia. Been Huang, mantan diplomat bidang
politik kedutaan besar Amerika Serikat di Jakarta mengatakan di 1990
bahwa: “Itu merupakan suatu pertolongan besar bagi Angkatan Bersenjata.
Mereka mungkin membunuh banyak orang, dan saya kemungkinan memiliki
banyak darah di tangan saya, tetapi tidak seburuk itu. Ada saatnya di
mana anda harus memukul keras pada saat yang tepat.” Howard
Fenderspiel, ahli Indonesia di State Department’s Bureau of
Intelligence and Research di 1965: “Tidak ada yang peduli, selama
mereka adalah komunis, bahwa mereka dibantai. Tidak ada yang bekerja
tentangnya.”1 Dia mengakhiri konfrontasi dengan Malaysia dalam rangka
membebaskan sumber daya di militer.
Jendral Soeharto akhirnya menjabat
sebagai Presiden Republik Indonesia setelah pertanggungjawaban Presiden
Soekarno (NAWAKSARA) ditolak MPRS pada tahun 1967, kemudian mendirikan
apa yang disebut Orde Baru. Beberapa pengamat politik baik dalam
negeri maupun luar negeri mengatakan bahwa Soeharto membersihkan
parlemen dari komunis, menyingkirkan serikat buruh dan meningkatkan
sensor. Dia juga memutuskan hubungan diplomatik dengan Republik Rakyat
Cina dan menjalin hubungan dengan negara barat dan PBB. Dia menjadi
penentu dalam semua keputusan politik.
Jendral Soeharto dikatakan meningkatkan
dana militer dan mendirikan dua badan intelijen – Komando Pemulihan
Keamanan dan Ketertiban (Kopkamtib) dan Badan Koordinasi Intelijen
Nasional (Bakin). Sekitar 2 juta orang dieksekusi dalam pembersihan
massal dan lebih dari 200.000 ditangkap hanya karena dicurigai terlibat
dalam kudeta. Banyak komunis, tersangka komunis dan yang disebut “musuh
negara” dihukum mati (meskipun beberapa hukuman ditunda sampai 1990).
Diduga bahwa daftar tersangka komunis
diberikan ke tangan Soeharto oleh CIA. Sebagai tambahan, CIA melacak
nama dalam daftar ini ketika rezim Soeharto mulai mencari mereka.
Dukungan yang tidak dibicarakan ini dari Pemerintah Amerika Serikat
untuk rezim Soeharto tetap diam sampai invasi Timor Timur, dan terus
berlangsung sampai akhir 1990-an. Karena kekayaan sumber daya alamnya
dan populasi konsumen yang besar, Indonesia dihargai sebagai rekan
dagang Amerika Serikat dan begitu juga pengiriman senjata tetap
dipertahankan ke rezim Soeharto. Ketika Soeharto mengumjungi Washington
pada 1995 pejabat administratif Clinton dikutip di New York Times
mengatakan bahwa Soeharto adalah “orang seperti kita” atau “orang
golongan kita”.
Pada 12 Maret 1967 Soeharto diangkat
sebagai Pejabat Presiden Indonesia oleh MPR Sementara. Setahun
kemudian, pada 27 Maret 1968 dia resmi diangkat sebagai Presiden untuk
masa jabatan lima tahun yang pertama. Dia secara langsung menunjuk 20%
anggota MPR. Partai Golkar menjadi partai favorit dan satu-satunya yang
diterima oleh pejabat pemerintah. Indonesia juga menjadi salah satu
pendiri ASEAN.
Ekonomi Indonesia benar-benar amburadul
di pertengahan 1960-an. Soeharto pun kemudian meminta nasehat dari tim
ekonom hasil didikan Barat yang banyak dikenal sebagai “mafia
Berkeley”. Tujuan jangka pendek pemerintahan baru ini adalah
mengendalikan inflasi, menstabilkan nilai rupiah, memperoleh hutang
luar negeri, serta mendorong masuknya investasi asing. Dan untuk satu
hal ini, kesuksesan mereka tidak bisa dipungkiri. Peran Sudjono
Humardani sebagai asisten finansial besar artinya dalam pencapaian ini.
Di bidang sosial politik, Soeharto menyerahkannya kepada Ali Murtopo
sebagai asisten untuk masalah-masalah politik. Menghilangkan oposisi
dengan melemahkan kekuatan partai politik dilakukan melalui fusi dalam
sistem kepartaian.
Puncak Orde Baru
Pada masa pemerintahannya, Presiden
Soeharto menetapkan pertumbuhan ekonomi sebagai pokok tugas dan tujuan
pemerintah. Dia mengangkat banyak teknokrat dan ahli ekonomi yang
sebelumnya bertentangan dengan Presiden Soekarno yang cenderung
bersifat sosialis. Teknokrat-teknokrat yang umumnya berpendidikan
barat dan liberal (Amerika Serikat) diangkat adalah lulusan Berkeley
sehingga mereka lebih dikenal di dalam klik ekonomi sebagai Mafia
Berkeley di kalangan Ekonomi, Industri dan Keuangan Indonesia. Pada
masanya, Indonesia mendapatkan bantuan ekonomi dan keuangan dari
negara-negara donor (negara-negara maju) yang tergabung dalan IGGI yang
diseponsori oleh pemerintah Belanda. Namun pada tahun 1992, IGGI
dihentikan oleh pemerintah Indonesia karena dianggap turut campur dalam
urusan dalam negeri Indonesia, khususnya dalam kasus Timor Timur pasca
Insiden Dili. Peran IGGI ini digantikan oleh lembaga donor CGI yang
disponsori Perancis. Selain itu, Indonesia mendapat bantuan dari
lembaga internasional lainnya yang berada dibawah PBB seperti UNICEF,
UNESCO dan WHO. Namun sayangnya, kegagalan manajemen ekonomi yang
bertumpu dalam sistem trickle down effect (menetes ke bawah) yang
mementingkan pertumbuhan dan pengelolaan ekonomi pada segelintir
kalangan serta buruknya manajemen ekonomi perdagangan industri dan
keuangan (EKUIN) pemerintah, membuat Indonesia akhirnya bergantung pada
donor Internasional terutama paska Krisis 1997. Dalam bidang ekonomi
juga, tercatat Indonesia mengalami swasembada beras pada tahun 1984.
Namun prestasi itu ternyata tidak dapat dipertahankan pada tahun-tahun
berikutnya. Kemudian kemajuan ekonomi Indonesia saat itu dianggap
sangat signifikan sehingga Indonesia sempat dimasukkan dalam negara
yang mendekati negara-negara Industri Baru bersama dengan Malaysia,
Filipina dan Thailand, selain Singapura, Taiwan dan Korea Selatan.
Di bidang politik, Presiden Soeharto
melakukan penyatuan partai-partai politik sehingga pada masa itu
dikenal tiga partai politik yakni Partai Persatuan Pembangunan (PPP),
Golongan Karya (Golkar) dan Partai Demokrasi Indonesia (PDI) dalam
upayanya menyederhanakan kehidupan berpolitik di Indonesia sebagai
akibat dari politik masa presiden Soekarno yang menggunakan sistem
multipartai yang berakibat pada jatuh bangunnya kabinet dan dianggap
penyebab mandeknya pembangunan. Kemudian dikeluarkannnya UU Politik dan
Asas tunggal Pancasila yang mewarnai kehidupan politik saat itu. Namun
dalam perjalanannya, terjadi ketimpangan dalam kehidupan politik di
mana muncullah istilah “mayoritas tunggal” di mana GOLKAR dijadikan
partai utama dan mengebirikan dua parpol lainnya dalam setiap
penyelenggaraan PEMILU. Berbagai ketidakpuasan muncul, namun dapat
diredam oleh sistem pada masa itu.
Seiring dengan naiknya taraf pendidikan
pada masa pemerintahannya karena pertumbuhan ekonomi, muncullah
berbagai kritik dan ketidakpuasan atas ketimpangan ketimpangan dalam
pembangunan. Kesenjangan ekonomi, sosial dan politik memunculkan
kalangan yang tidak puas dan menuntut perbaikan. Kemudian pada masa
pemerintahannya, tercatat muncul peristiwa kekerasan di masyarakat yang
umumnya sarat kepentingan politik, selain memang karena ketidakpuasan
dari masyarakat.
Beberapa catatan atas tindakan represif Orde Baru
Presiden Soeharto dinilai memulai
penekanan terhadap suku Tionghoa, melarang penggunaan tulisan Tionghoa
tertulis di berbagai material tertulis, dan menutup organisasi Tionghoa
karena tuduhan simpati mereka terhadap komunis. Walaupun begitu,
Soeharto terlibat persahabatan yang akrab dengan Lee Kuan Yew yang
pernah manjadi Perdana Menteri Singapura yang beretnis Tionghoa.
Pada 1970 Soeharto melarang protes
pelajar setelah demonstrasi yang meluas melawan korupsi. Sebuah komisi
menemukan bahwa korupsi sangat umum. Soeharto menyetujui hanya dua
kasus dan kemudian menutup komisi tersebut. Korupsi kemudian menjadi
sebuah endemik. Dia memerintah melalui kontrol militer dan penyensoran
media. Dia menguasai finansial dengan memberikan transaksi mudah dan
monopoli kepada saudara-saudaranya, termasuk enam anaknya. Dia juga
terus memainkan faksi berlainan di militer melawan satu sama lain,
dimulai dengan mendukung kelompok nasionalis dan kemudian mendukung
unsur Islam.
Pada 1973 dia memenangkan jangka
lima-tahun berikutnya melalui pemilihan “electoral college”. dan juga
terpilih kembali pada 1978, 1983, 1988, 1993, dan 1998. Soeharto
mengubah UU Pemilu dengan mengizinkan hanya tiga partai yang boleh
mengikuti pemilihan, termasuk partainya sendiri, Golkar. Oleh karena
itu semua partai Islam yang ada diharuskan bergabung menjadi Partai
Persatuan Pembangunan, sementara partai-partai non-Islam (Katholik dan
Protestan) serta partai-partai nasionalis digabungkan menjadi Partai
Demokrasi Indonesia.
Pada 1975, dengan persetujuan bahkan
permintaan Amerika Serikat dan Australia, ia memerintahkan pasukan
Indonesia untuk memasuki bekas koloni Portugal Timor Timur setelah
Portugal mundur dan gerakan Fretilin memegang kuasa yang menimbulkan
kekacauan di masyarakat Timor Timur Sendiri, serta kekhawatiran Amerika
Serikat atas tidakan Fretilin yang menurutnya mengundang campur tangan
Uni Sovyet. Kemudian pemerintahan pro integrasi dipasang oleh Indonesia
meminta wilayah tersebut berintegrasi dengan Indonesia. Pada 15 Juli
1976 Timor Timur menjadi provinsi Timor Timur sampai wilayah tersebut
dialihkan ke administrasi PBB pada 1999. Korupsi menjadi beban berat
pada 1980-an. Pada 5 Mei 1980 sebuah kelompok yang kemudian lebih
dikenal dengan nama Petisi 50 menuntut kebebasan politik yang lebih
besar. Kelompok ini terdiri dari anggota militer, politisi, akademik,
dan mahasiswa. Media Indonesia menekan beritanya dan pemerintah mecekal
penandatangannya. Setelah pada 1984 kelompok ini menuduh bahwa Soeharto
menciptakan negara satu partai, beberapa pemimpinnya dipenjarakan.
Catatan hak asasi manusia Soeharto juga semakin memburuk dari tahun ke
tahun. Pada 1993 Komisi HAM PBB membuat resolusi yang mengungkapkan
keprihatinan yang mendalam terhadap pelanggaran hak-hak asasi manusia
di Indonesia dan di Timor Timur. Presiden AS Bill Clinton mendukungnya.
Pada 1996 Soeharto berusaha
menyingkirkan Megawati Soekarnoputri dari kepemimpinan Partai Demokrasi
Indonesia (PDI), salah satu dari tiga partai resmi. Di bulan Juni,
pendukung Megawati menduduki markas besar partai tersebut. Setelah
pasukan keamanan menahan mereka, kerusuhan pecah di Jakarta pada
tanggal 27 Juli 1996 (peristiwa Sabtu Kelabu) yang dikenal sebagai
“Peristiwa Kudatuli” (Kerusuhan Dua Tujuh Juli).
Soeharto turun takhta
Pada 1997, menurut Bank Dunia, 20
sampai 30% dari dana pengembangan Indonesia telah disalahgunakan selama
bertahun-tahun. Krisis finansial Asia di tahun yang sama tidak
membawa hal bagus bagi pemerintahan Presiden Soeharto ketika ia dipaksa
untuk meminta pinjaman, yang juga berarti pemeriksaan menyeluruh dan
mendetail dari IMF.
Mekipun sempat menyatakan untuk tidak
dicalonkan kembali sebagai Presiden pada periode 1998-2003, terutama
pada acara Golongan Karya, Soeharto tetap memastikan ia terpilih
kembali oleh parlemen untuk ketujuh kalinya di Maret 1998. Setelah
beberapa demonstrasi, kerusuhan, tekanan politik dan militer, serta
berpuncak pada pendudukan gedung DPR/MPR RI, Presiden Soeharto
mengundurkan diri pada 21 Mei 1998 untuk menghindari perpecahan dan
meletusnya ketidakstabilan di Indonesia. Pemerintahan dilanjutkan oleh
Wakil Presiden Republik Indonesia, B.J. Habibie. Dalam pemerintahannya
yang berlangsung selama 32 tahun lamanya, telah terjadi penyalahgunaan
kekuasaan termasuk korupsi dan pelanggaran HAM. Hal ini merupakan salah
satu faktor berakhirnya era Soeharto.
Kasus dugaan korupsi
Soeharto memiliki dan mengetuai tujuh
buah yayasan, yaitu Yayasan Dana Sejahtera Mandiri, Yayasan Supersemar,
Yayasan Dharma Bhakti Sosial (Dharmais), Yayasan Dana Abadi Karya
Bhakti (Dakab), Yayasan Amal Bhakti Muslim Pancasila, Yayasan Dana
Gotong Royong Kemanusiaan, Yayasan Trikora. Pada 1995, Soeharto
mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 90 Tahun 1995. Keppres ini
menghimbau para pengusaha untuk menyumbang 2 persen dari keuntungannya
untuk Yayasan Dana Mandiri.
Hasil penyidikan kasus tujuh yayasan
Soeharto menghasilkan berkas setebal 2.000-an halaman. Berkas ini
berisi hasil pemeriksaan 134 saksi fakta dan 9 saksi ahli, berikut
ratusan dokumen otentik hasil penyitaan dua tim yang pernah dibentuk
Kejaksaan Agung, sejak tahun 1999. Menurut Transparency International,
Soeharto menggelapkan uang dengan jumlah terbanyak dibandingkan
pemimpin dunia lain dalam sejarah dengan perkiraan 15–35 miliar dolar
AS. selama 32 tahun masa pemerintahannya.
Pada 12 Mei 2006, bertepatan dengan
peringatan sewindu Tragedi Trisakti, Jaksa Agung Abdul Rahman Saleh
mengeluarkan pernyataan bahwa pihaknya telah mengeluarkan Surat
Keputusan Penghentian Penuntutan (SKPP) perkara mantan Presiden
Soeharto, yang isinya menghentikan penuntutan dugaan korupsi mantan
Presiden Soeharto pada tujuh yayasan yang dipimpinnya dengan alasan
kondisi fisik dan mental terdakwa yang tidak layak diajukan ke
persidangan. SKPP itu dikeluarkan Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan
pada 11 Mei 2006, namun SKPP ini lalu dinyatakan tidak sah oleh
Pengadilan Negeri Jakarta Selatan pada 12 Juni 2006.
10 George Walker Bush
George
Walker Bush (lahir di New Haven, Connecticut, 6 Juli 1946; umur 62
tahun) adalah Presiden Amerika Serikat ke-43 yang saat ini sedang
menjabat. Ia dilantik 20 Januari 2001 setelah terpilih lewat pemilu
presiden tahun 2000 dan terpilih kembali pada pemilu presiden tahun
2004. Jabatan kepresidenan kedua kalinya akan berakhir pada 20 Januari
2009. Sebelumnya, ia adalah Gubernur Texas ke-46 (1995-2000). Jabatan
ini ditinggalkan sesaat setelah dirinya terpilih sebagai presiden.
Dalam sejarahnya, Keluarga Bush adalah
bagian dari Partai Republik dan politik Amerika. Bush adalah anak
tertua mantan Presiden Amerika Serikat George H. W. Bush. Ibunya adalah
Barbara Bush. Kakeknya, Prescott Bush adalah mantan Senator Amerika
Serikat dari Connecticut. Sedang, adiknya, Jeb Bush adalah mantan
Gubernur Florida. Menyusul Serangan 11 September 2001, Bush mengumumkan
Perang melawan terorisme secara menyeluruh. Sepanjang Oktober 2001, dia
memerintahkan invasi ke Afganistan untuk melumpuhkan kekuatan Taliban
dan al-Qaeda. Pada Maret 2003, Bush memerintahkan penyeranganan ke
Irak dengan alasan bahwa Irak telah melanggar Resolusi PBB no. 1441
mengenai senjata pemusnah massal dan karenanya harus dilucuti dengan
kekerasan. Setelah digulingkannya rezim Saddam Hussein, Bush bertekad
memimpin Amerika Serikat untuk menegakkan demokrasi di Timur tengah,
yang dimulai dengan Afganistan dan Irak. Namun hingga kini situasi di
Irak semakin tidak stabil karena pertikaian yang berkepanjangan antara
kelompok Sunni, yang di masa Saddam Hussein praktis berkuasa atas
kelompok mayoritas Syi’ah, yang kini ganti berkuasa.
Bush pertama-tama dipilih pada tahun
2000, dan menjadi presiden keempat dalam sejarah AS yang dipilih tanpa
memenangkan suara rakyat setelah 1824, 1876, dan 1888. Bush yang
menggambarkan dirinya sebagai “presiden perang”, terpilih kembali pada
2004 setelah kampanye pemilihan yang sengit dan panas. Dalam kampanye
ini, keputusannya untuk mengadakan Perang melawan Terorisme dan Perang
Irak dijadikan isu sentral. Bush menjadi kandidat pertama yang
memperoleh kemenangan mayoritas suara rakyat sejak ayahnya menang 16
tahun sebelumnya. Dalam tiga pemilihan umum sebelumnya, penampilan
kandidat partai ketiga yang hebat telah menghalangi pemenang suara
rakyat, Gore dan Clinton, untuk memperoleh suara mayoritas rakyat.
Presiden AS
Bush merupakan orang kedua menjadi
presiden yang mengikuti jejak ayahnya George H. W. Bush, Presiden
Amerika Serikat yang ke-41, setelah John Adams, Presiden kedua, dan
John Quincy Adams, yang keenam, merupakan bapak dan anak. Terdapat juga
pasangan kakek dan cucu, William Henry Harrison dan Benjamin Harrison.
Masa jabatan pertama
Masa jabatannya sebagai presiden
didominasi “perang melawan terorisme”, yang mencuat setelah terjadinya
Peristiwa 9/11 (serangan terhadap WTC). Serangan tersebut dijadikannya
alasan untuk memerintahkan invasi terhadap Afganistan pada tahun 2001
untuk membebaskan Afganistan dari rezim Taliban dan Irak pada tahun
2003 untuk menjatuhkan pemerintah Saddam Hussein. Bush menyatakan
kemenangan Amerika Serikat dalam invasi Irak pada 1 Mei 2003, namun
hingga kini (Agustus 2006) konflik di Irak masih belum berakhir akibat
serangan-serangan dari para pemberontak.
Masa jabatan kedua
Meskipun banyak pihak yang menentang
kedua peristiwa tersebut (khususnya dari luar Amerika Serikat), ia
memenangkan Pemilu Presiden Amerika 2004 dengan selisih 3% dengan
saingan utamanya John Kerry. Masa jabatan keduanya masih dipenuhi
masalah di Irak, karena korban dari pasukan Amerika Serikat terus
berjatuhan, mencapai lebih dari 2.500 orang hingga 3 Agustus 2006.
Peristiwa penting lain pada masa
jabatan kedua ini adalah Badai Katrina pada Agustus 2005. Bush dianggap
lambat dalam menangani peristiwa ini, yang memakan korban ribuan jiwa.
Kejadian ini juga memperlihatkan jurang ekonomi yang jelas antara kaum
kulit putih dan kulit hitam di Amerika. Dalam acara penandatanganan
peraturan bioetik alternatif yang dihadiri 18 keluarga dengan 20-an
batita yang lahir dari embrio sumbangan sisa dari prosedur fertilisasi
in vitro, untuk pertama kalinya ia menggunakan hak vetonya untuk
menghalangi RUU bagi pengembangan riset sel induk embrionik. Pada saat
ini jabatan Kepala Staf Gedung Putih dipegang oleh Joshua B. Bolten dan
Wakil Kepala Stafnya dijabat oleh Karl Rove.
0 komentar:
Posting Komentar